Aksiologi adalah cabang filsafat yang berfokus pada studi tentang nilai, termasuk nilai-nilai etis dan estetis. Dalam konteks pendidikan Islam, aksiologi berperan penting dalam menentukan nilai-nilai yang dipegang oleh pendidik dan peserta didik. Aksiologi mengkaji bagaimana nilai-nilai ini mempengaruhi perilaku dan keputusan dalam pendidikan (Nasution, hal. 45, 2018). Sebagai contoh, dalam pendidikan Islam, nilai-nilai seperti kejujuran dan tanggung jawab menjadi landasan penting dalam proses pembelajaran, yang tidak hanya mengedepankan aspek akademis tetapi juga karakter.
Pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan karakter dan moral peserta didik. Aksiologi berperan dalam membantu pendidik memahami bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam praktik pendidikan sehari-hari. Misalnya, Al-Attas (hal. 67, 2015) menekankan bahwa pendidikan yang baik harus berakar pada nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis, yang menjadi pedoman dalam membentuk karakter siswa. Dalam hal ini, penerapan nilai-nilai aksiologi dalam kurikulum pendidikan Islam menjadi sangat krusial untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki integritas moral.
Etika, estetika, dan moralitas saling terkait dalam manajemen pendidikan Islam. Etika berkaitan dengan prinsip-prinsip yang mengatur perilaku baik dan buruk, estetika berhubungan dengan keindahan dan pengalaman, sedangkan moralitas mencakup nilai-nilai yang mendasari tindakan manusia. Ketiga aspek ini harus diintegrasikan dalam manajemen pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan produktif (Suhendra, 2020, hal. 112). Sebagai contoh, penerapan prinsip etika dalam pengelolaan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai Islam dapat menciptakan atmosfer yang mendukung pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Tulisan ini mengidentifikasi nilai-nilai aksiologi yang ada dalam pendidikan Islam, termasuk bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan dalam kurikulum dan praktik pembelajaran sehari-hari. Dengan memahami nilai-nilai ini, diharapkan pendidik dapat lebih efektif dalam mengajarkan karakter kepada siswa (Rohman, 2020, hal. 58). Penelitian akan mengeksplorasi berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan nilai-nilai aksiologi dalam proses pembelajaran sekaligus menganalisis bagaimana etika, estetika, dan moralitas saling berinteraksi dan terintegrasikan dalam manajemen pendidikan Islam.
Â
Konsep Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios yang berarti nilai, dan logos yang berarti ilmu. Secara sederhana, aksiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari nilai-nilai. Dalam konteks pendidikan, aksiologi berperan dalam menilai dan memahami nilai-nilai yang ada dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana dijelaskan oleh Paul Ricoeur (1992), aksiologi tidak hanya membahas nilai-nilai yang bersifat teoritis, tetapi juga aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Aksiologi sebagai cabang filsafat yang mempelajari nilai mencakup berbagai aspek, termasuk nilai-nilai moral, estetika, dan sosial. Rizki (hal. 12, 2020) menyatakan bahwa dalam konteks pendidikan, aksiologi berperan dalam menentukan tujuan pendidikan dan cara-cara pencapaiannya. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam tentang aksiologi dapat membantu pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang tidak hanya mencakup aspek akademis tetapi juga pengembangan karakter siswa.
Sejarah aksiologi dapat ditelusuri kembali ke pemikiran filsuf Yunani kuno, seperti Plato dan Aristoteles, yang membahas nilai dalam konteks etika dan estetika. Sukma (hal. 67, 2021) mencatat bahwa seiring perkembangan zaman, aksiologi menjadi lebih kompleks dengan banyaknya pendekatan dan teori yang muncul, termasuk dalam konteks pendidikan. Menurut J. W. Smith (2003), perkembangan aksiologi sangat dipengaruhi oleh pemikiran filsafat modern yang menekankan pentingnya nilai dalam pengambilan keputusan dan tindakan manusia.
Dalam konteks pendidikan, aksiologi berfungsi sebagai alat untuk menilai nilai-nilai yang diajarkan dan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Aksiologi membantu pendidik untuk memahami bagaimana nilai-nilai tersebut dapat mempengaruhi perkembangan karakter siswa. Menurut M. A. Rahman (2015), penerapan aksiologi dalam pendidikan dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai yang penting dalam kehidupan mereka, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang lebih baik.
Nilai-nilai yang dapat diambil dari aksiologi dalam manajemen pendidikan Islam meliputi kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat. Nilai-nilai ini tidak hanya penting dalam interaksi antar individu di lingkungan pendidikan tetapi juga dalam pengambilan keputusan manajerial yang adil dan bijaksana (Hidayati, hal. 76, 2022). Sebagai contoh, dalam pengelolaan sekolah, penerapan nilai keadilan dalam distribusi sumber daya pendidikan dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua siswa.
Etika, Estetika, dan Moralitas dalam Pendidikan Islam
Etika dalam pendidikan Islam merujuk pada prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku individu dalam konteks sosial dan akademis. Etika ini berakar pada ajaran Al-Qur'an dan Hadis yang menekankan pada nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab (Nugroho, hal. 45, 2022). Beberapa prinsip etika yang penting dalam pendidikan Islam antara lain kejujuran, integritas, dan rasa hormat kepada sesama. Penerapan prinsip-prinsip ini dalam lingkungan pendidikan dapat menciptakan atmosfer yang mendukung pembelajaran yang efektif dan produktif (Halim, hal. 92, 2023). Etika memiliki relevansi yang sangat besar dalam manajemen pendidikan Islam. Keputusan yang diambil oleh manajer pendidikan harus mencerminkan nilai-nilai etika agar dapat menciptakan kepercayaan dan rasa hormat dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan (Jamal, hal. 78, 2021).
Estetika dalam konteks pendidikan Islam berkaitan dengan nilai keindahan dan pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar. Hal ini mencakup cara penyampaian materi ajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa (Rizal, hal. 34, 2020). Estetika dapat diterapkan dalam berbagai aspek pendidikan, seperti desain ruang kelas, metode pengajaran, dan penggunaan media pembelajaran. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang estetis, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan (Sari, hal. 56, 2022). Estetika juga berperan penting dalam pengembangan karakter siswa. Melalui pengalaman estetis, siswa dapat belajar untuk menghargai keindahan dan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya akan membentuk kepribadian mereka (Taufik, hal. 90, 2023).
Moralitas dalam pendidikan Islam mengacu pada seperangkat nilai dan norma yang mengatur perilaku individu dalam konteks sosial dan spiritual. Moralitas ini sangat penting dalam membentuk karakter siswa dan mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang bertanggung jawab (Fauzan, hal. 44, 2021). Beberapa nilai moral yang diajarkan dalam pendidikan Islam antara lain kejujuran, kasih sayang, dan toleransi. Nilai-nilai ini harus diterapkan dalam setiap aspek pendidikan untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang baik (Widianto, hal. 75, 2022). Implikasi moralitas dalam manajemen pendidikan sangat signifikan. Manajer pendidikan harus memastikan bahwa kebijakan dan praktik yang diterapkan mencerminkan nilai-nilai moral yang tinggi, agar dapat membangun kepercayaan dan integritas dalam lingkungan pendidikan (Maulana, hal. 123, 2023).
Hubungan Antara Aksiologi, Etika, Estetika, dan Moralitas
a. Interaksi antara Aksiologi dan Etika
Aksiologi, sebagai cabang filsafat yang mempelajari nilai, memiliki hubungan yang erat dengan etika, yang merupakan studi tentang apa yang dianggap benar dan salah. Dalam konteks manajemen pendidikan Islam, interaksi ini menjadi sangat penting. Nilai-nilai aksiologi dapat memberikan kerangka kerja yang jelas untuk mendefinisikan etika dalam praktik pendidikan. Misalnya, dalam kajian oleh Al-Ghazali (2005), dijelaskan bahwa nilai-nilai moral yang terkandung dalam ajaran Islam harus menjadi landasan dalam pengambilan keputusan etis di lembaga pendidikan.
Statistik menunjukkan bahwa lembaga pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai etis dalam kurikulum mereka cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi di antara siswa dan orang tua. Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2020, 75% orang tua menyatakan bahwa mereka lebih memilih sekolah yang mengajarkan nilai-nilai etika yang kuat (Kemdikbud, hal. 12, 2020). Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang mendesak untuk mengaitkan aksiologi dengan etika dalam pendidikan.
Contoh kasus yang relevan dapat dilihat pada Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) yang menerapkan kurikulum berbasis nilai-nilai Islam. Di SMAIT, pengajaran etika tidak hanya dilakukan melalui mata pelajaran, tetapi juga diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hasilnya, siswa tidak hanya belajar tentang teori etika, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih harmonis dan produktif.
Dengan demikian, interaksi antara aksiologi dan etika dalam manajemen pendidikan Islam tidak hanya memberikan panduan moral, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan karakter siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (2018) yang menyatakan bahwa pendidikan yang baik harus mencakup aspek moral dan etis, sehingga siswa dapat menjadi individu yang bertanggung jawab dalam masyarakat (Nasution, hal. 45, 2018).
b. Interaksi antara Aksiologi dan Estetika
Estetika, yang berhubungan dengan keindahan dan pengalaman estetik, juga memiliki interaksi yang signifikan dengan aksiologi. Dalam konteks pendidikan Islam, estetika tidak hanya berhubungan dengan seni, tetapi juga mencakup cara penyampaian materi ajar yang menarik dan menyenangkan. Aksiologi dapat memberikan nilai-nilai yang mendasari pentingnya estetika dalam pendidikan, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik.
Data dari penelitian oleh Harahap (2021) menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang estetis dapat meningkatkan motivasi siswa. Dalam studi tersebut, 80% siswa menyatakan bahwa mereka lebih termotivasi untuk belajar di ruang kelas yang memiliki desain yang menarik dan estetis (Harahap, hal. 30, 2021). Ini menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara nilai-nilai aksiologi yang diterapkan dalam estetika pendidikan dan peningkatan motivasi belajar siswa.
Contoh penerapan estetika dalam pendidikan Islam dapat dilihat pada penggunaan seni Islam dalam pengajaran. Misalnya, pengajaran tentang kaligrafi Arab tidak hanya mengajarkan siswa tentang tulisan, tetapi juga tentang nilai-nilai keindahan dan keselarasan yang terkandung dalam seni tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan Al-Faruqi (1986) yang menekankan pentingnya estetika dalam pendidikan Islam sebagai sarana untuk mendekatkan siswa kepada nilai-nilai spiritual (Al-Faruqi, hal. 78, 1986).
Dengan mengintegrasikan aksiologi dan estetika, lembaga pendidikan Islam dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih holistik. Siswa tidak hanya belajar tentang nilai-nilai moral dan etis, tetapi juga menghargai keindahan dalam setiap aspek pendidikan mereka. Hal ini penting untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peka terhadap nilai-nilai estetis dalam kehidupan sehari-hari.
c. Interaksi antara Aksiologi dan Moralitas
Moralitas, yang berkaitan dengan prinsip-prinsip baik dan buruk dalam perilaku manusia, merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam pendidikan. Aksiologi memberikan panduan tentang nilai-nilai yang seharusnya dipegang dalam konteks moralitas. Dalam pendidikan Islam, moralitas tidak hanya diukur dari tindakan, tetapi juga dari niat dan tujuan yang mendasarinya.
Penelitian oleh Supriyadi (2019) menunjukkan bahwa lembaga pendidikan yang menerapkan nilai-nilai aksiologi dalam kurikulum mereka cenderung menghasilkan lulusan yang memiliki moralitas tinggi. Dalam studi tersebut, 85% lulusan dari sekolah yang menerapkan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam melaporkan bahwa mereka merasa lebih bertanggung jawab dalam tindakan mereka. Ini menunjukkan bahwa aksiologi dapat berfungsi sebagai fondasi bagi pengembangan moralitas dalam pendidikan.
Contoh konkret dapat dilihat pada program pengabdian masyarakat yang diterapkan di banyak sekolah Islam. Siswa dilibatkan dalam kegiatan sosial yang tidak hanya mengajarkan mereka tentang tanggung jawab sosial, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini membantu siswa untuk memahami pentingnya moralitas dalam konteks yang lebih luas, sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pada kepedulian terhadap sesama.
Interaksi antara aksiologi dan moralitas dalam pendidikan Islam sangat penting untuk membentuk karakter siswa. Dengan memahami nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka, siswa dapat membuat keputusan yang lebih baik dan bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan pendapat Murtadho (hal. 67, 2020) yang menyatakan bahwa pendidikan moral harus menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan Islam.
d. Sinergi antara Etika, Estetika, dan Moralitas dalam Manajemen Pendidikan Islam
Sinergi antara etika, estetika, dan moralitas dalam manajemen pendidikan Islam menciptakan pendekatan yang komprehensif terhadap pendidikan. Ketiga elemen ini saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain dalam membentuk individu yang berkarakter. Dalam konteks ini, aksiologi berperan sebagai jembatan yang menghubungkan ketiga aspek tersebut.
Data menunjukkan bahwa lembaga pendidikan yang berhasil mengintegrasikan etika, estetika, dan moralitas dalam kurikulum mereka memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Menurut laporan dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) pada tahun 2022, sekolah-sekolah yang menerapkan pendekatan holistik ini memiliki rata-rata nilai akreditasi 90,5, jauh di atas rata-rata nasional sebesar 75 (BAN-S/M, hal. 25, 2022). Ini menunjukkan bahwa pendekatan sinergis ini sangat efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Contoh penerapan sinergi ini dapat dilihat pada program pendidikan di Pondok Pesantren yang menggabungkan pengajaran agama, etika, dan seni. Di pesantren tersebut, siswa diajarkan untuk menghargai keindahan dalam ibadah dan tindakan sehari-hari, sehingga mereka tidak hanya memahami nilai-nilai moral dan etis, tetapi juga merasakan keindahan dalam praktik keagamaan mereka. Hal ini sejalan dengan pandangan Syahrur (2018) yang menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai dalam pendidikan untuk menciptakan individu yang seimbang secara spiritual dan moral.
Dengan demikian, sinergi antara etika, estetika, dan moralitas dalam manajemen pendidikan Islam tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga membentuk karakter yang kuat dan bertanggung jawab. Ini adalah langkah penting menuju penciptaan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian sosial yang tinggi.
e. Aplikasi Aksiologi dalam Manajemen Pendidikan Islam
Implementasi nilai-nilai aksiologi dalam kebijakan pendidikan Islam sangat penting untuk memastikan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter siswa. Kebijakan pendidikan yang berbasis nilai aksiologi dapat memberikan panduan yang jelas bagi pengelola lembaga pendidikan dalam merumuskan visi dan misi mereka. Misalnya, Kementerian Agama Republik Indonesia telah menerbitkan kebijakan yang mendorong sekolah-sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kurikulum mereka (Kemenag, hal. 8, 2021).
Statistik menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang menerapkan kebijakan berbasis aksiologi cenderung menghasilkan lulusan yang lebih baik dalam hal moral dan etika. Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) pada tahun 2021, 78% lulusan sekolah yang menerapkan nilai-nilai aksikologi melaporkan bahwa mereka merasa lebih siap menghadapi tantangan kehidupan (LPPM, hal. 25, 2021). Ini menunjukkan bahwa kebijakan yang mengedepankan nilai aksiologi dapat berkontribusi pada pengembangan karakter siswa.
Contoh implementasi nilai aksiologi dalam kebijakan pendidikan dapat dilihat pada program pendidikan karakter yang diterapkan di banyak sekolah Islam. Program ini tidak hanya fokus pada pengajaran akademis, tetapi juga mengajarkan siswa tentang nilai-nilai moral dan etis yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang baik.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai aksiologi dalam kebijakan pendidikan, lembaga pendidikan Islam dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Arifin (2020) yang menyatakan bahwa pendidikan yang baik harus mencakup semua aspek pengembangan individu, termasuk moral, etika, dan karakter.
Salah satu contoh nyata penerapan aksiologi dalam pendidikan Islam dapat dilihat pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Falah di Jakarta. Sekolah ini menerapkan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai aksiologi, etika, dan moralitas dalam setiap aspek pengajaran. Dalam praktiknya, siswa diajarkan untuk menghargai keindahan dalam setiap pelajaran, baik itu dalam seni, sains, maupun agama.
Data dari evaluasi internal sekolah menunjukkan bahwa 90% siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka diajarkan dengan cara yang mengedepankan nilai-nilai estetika dan moral (SDIT Al-Falah, hal. 14, 2022). Selain itu, siswa juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang mengajarkan mereka tentang tanggung jawab moral dan sosial. Ini menunjukkan bahwa penerapan aksiologi dalam pendidikan dapat menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang baik.
Contoh lain dapat dilihat pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang menerapkan program pengabdian masyarakat sebagai bagian dari kurikulum mereka. Siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan sosial yang tidak hanya mengajarkan mereka tentang tanggung jawab sosial, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Program ini membantu siswa untuk memahami pentingnya moralitas dalam konteks yang lebih luas, sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pada kepedulian terhadap sesama.
Dengan demikian, studi kasus ini menunjukkan bahwa penerapan aksiologi dalam pendidikan Islam dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan menghasilkan individu yang berkualitas. Ini sejalan dengan pendapat Hasan (2019) yang menyatakan bahwa pendidikan yang baik harus mencakup semua aspek pengembangan individu, termasuk moral, etika, dan karakter.
f. Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Aksiologi
Meskipun penerapan aksiologi dalam manajemen pendidikan Islam memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai aksiologi di kalangan pendidik. Banyak pendidik yang masih terfokus pada aspek akademis dan mengabaikan pentingnya pengembangan karakter dan moral siswa.
Data dari survei yang dilakukan oleh Asosiasi Pendidikan Islam pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 65% pendidik merasa kurang memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai aksiologi dalam pengajaran mereka (Asosiasi Pendidikan Islam, hal. 20, 2021). Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pelatihan dan workshop bagi pendidik untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang aksiologi dan penerapannya dalam pendidikan.
Tantangan lain adalah resistensi dari orang tua dan masyarakat terhadap perubahan kurikulum yang berbasis nilai-nilai aksiologi. Beberapa orang tua mungkin lebih mengutamakan prestasi akademis daripada pengembangan karakter. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan orang tua dalam proses pendidikan dan menjelaskan manfaat dari pendekatan berbasis aksiologi.
Solusi yang dapat diterapkan adalah dengan mengadakan seminar dan diskusi yang melibatkan orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk membahas pentingnya pendidikan berbasis nilai. Dengan cara ini, orang tua dapat lebih memahami manfaat dari pendekatan ini dan mendukung penerapannya di sekolah. Kolaborasi antara sekolah dan orang tua sangat penting untuk keberhasilan pendidikan (Amin, hal. 37, 2020).
Dari penjelasan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi antara aksiologi dan etika menunjukkan nilai-nilai aksiologi dapat memberikan panduan bagi pengambilan keputusan etis dalam pendidikan. Sementara itu, interaksi antara aksiologi dan estetika menunjukkan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan estetis untuk meningkatkan motivasi siswa. Berikutnya, interaksi antara aksiologi dan moralitas menegaskan bahwa nilai-nilai aksiologi dapat berfungsi sebagai fondasi bagi pengembangan moralitas dalam pendidikan.
Sinergi antara etika, estetika, dan moralitas dalam manajemen pendidikan Islam menciptakan pendekatan yang komprehensif terhadap pendidikan, yang tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter siswa. Implementasi nilai-nilai aksiologi dalam kebijakan pendidikan dan studi kasus yang telah disajikan menunjukkan bahwa penerapan aksiologi dalam pendidikan Islam dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan menghasilkan individu yang berkualitas.
Â
Â
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attas, S. M. N. Â Islamic Philosophy: A Historical and Contemporary Perspective. Kuala Lumpur: International Islamic University Malaysia Press, 2015.
Al-Faruqi, I. R. Islamic Philosophy: A General Introduction. Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, 1986.
Al-Ghazali, A. H. The Incoherence of the Philosophers. Translated by Michael E. Marmura. Provo: Brigham Young University Press, 2005.
Amin, M. Kolaborasi Pendidikan: Membangun Sinergi antara Sekolah dan Orang Tua. Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 35-40, 2020.
Arifin, Z. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2020.
BAN-S/M. Laporan Akreditasi Sekolah/Madrasah 2022. Jakarta: Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah, 2022.
Fauzan, M. Moralitas dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 12(1), 43-56, 2021.
Harahap, A. Pengaruh Lingkungan Estetis terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 10(2), 28-35, 2021.
Hasan, M. Pendidikan Islam dan Pembentukan Karakter. Jurnal Ilmu Pendidikan, 15(3), 44-50, 2019.
Hidayati, N. Nilai-Nilai Aksiologi dalam Manajemen Pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(2), 75-89, 2022.
Jamal, R. Etika dalam Manajemen Pendidikan Islam. Jurnal Etika Pendidikan, 5(1), 77-90, 2021.
Kemdikbud. Survei Kepuasan Orang Tua Terhadap Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020.
Kemenag. Pedoman Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Kurikulum Pendidikan. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2021.
LPPM. Hasil Penelitian tentang Pengembangan Karakter Siswa di Sekolah Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2021.
Mansur, H. Pendidikan Karakter dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2019.
Murtadho, A. Pendidikan Moral dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 60-70, 2020.
Nasution, A. Aksiologi dan Pendidikan. Jurnal Filsafat, 15(2), 45-60, 2018.
Nasution, H. Etika dan Pendidikan dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018.
Rizal, F. Estetika dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan dan Estetika, 8(1), 30-45, 2020.
Rohman, A. Integrasi Nilai Aksiologi dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 11(1), 57-70, 2020.
Sari, D. Pengaruh Estetika Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Psikologi Pendidikan, 9(3), 50-65, 2022.
Sarnoto, Ahmad Zain. Filsafat Ilmu Manajemen Pendidikan Islam. Malang: Seribu Bintang, 2024.
Suhendra, M. Manajemen Pendidikan Islam: Etika, Estetika, dan Moralitas. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 9(2), 111-125, 2020.
Sukma, R. Sejarah dan Perkembangan Aksiologi. Jurnal Filsafat dan Pendidikan, 7(2), 66-80, 2021.
Supriyadi, D. Dampak Pendidikan Berbasis Aksiologi terhadap Moralitas Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter, 8(1), 48-55, 2019.
Syahrur, A. Integrasi Nilai-Nilai dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), 90-95, 2018.
Taufik, B. Peran Estetika dalam Pengembangan Karakter Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter, 6(1), 89-100, 2023.
Wahyu, S. Analisis Data dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Metodologi Penelitian, 4(2), 100-115, 2023.
Widianto, E. Nilai Moral dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan dan Moral, 10(2), 70-85, 2022.
Zainuddin, H. Etika dan Moralitas dalam Manajemen Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 12(3), 130-145, 2021.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI