Dua teori pembelajaran utama dalam psikologi pendidikan, yaitu teori behavioristik dan humanistik, serta konsep kematangan individu yang berpengaruh terhadap proses belajar. Dalam teori behavioristik, pembelajaran dilihat sebagai perubahan perilaku akibat interaksi stimulus-respons yang dapat dikondisikan. Sementara dalam pendekatan humanistik, pembelajaran lebih menekankan pada pengalaman subjektif individu, potensi pribadi, dan pencapaian aktualisasi diri. Pemahaman akan kematangan menjadi penting karena mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merespons dan menginternalisasi pembelajaran. Teori behavioristik cenderung mengabaikan aspek intrinsik seperti motivasi pribadi, sedangkan teori humanistik mengakui pentingnya perkembangan holistik.
Teori Belajar Behavioristik
Pendekatan behavioristik menitikberatkan pada perubahan perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari hubungan stimulus-respons. Teori ini melihat belajar sebagai proses yang sangat bergantung pada lingkungan eksternal dan rangsangan yang diberikan. Tiga prinsip utama dari teori ini meliputi:
- Perubahan Perilaku
Pembelajaran dianggap terjadi bila ada perubahan perilaku yang dapat diukur. Jika seseorang menunjukkan perilaku yang berbeda setelah mendapatkan stimulus tertentu, maka dianggap bahwa ia telah belajar sesuatu.
- Stimulus dan Respon
Proses belajar terjadi ketika seseorang merespons stimulus yang diberikan oleh lingkungannya. Perubahan perilaku ini dihasilkan dari paparan terus-menerus terhadap stimulus tersebut.
- Penguatan (Reinforcement)
Penguatan dapat berupa penghargaan atau hukuman. Penghargaan atau hadiah memperkuat perilaku yang diinginkan, sementara hukuman mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
Tokoh-Tokoh Behavioristik
- Ivan PavlovÂ
Melalui eksperimennya dengan anjing, Pavlov memperkenalkan konsep "classical conditioning", di mana respons tertentu dapat diciptakan melalui stimulus yang dikondisikan, seperti air liur yang dikeluarkan anjing saat melihat lampu dinyalakan.
- John B. Watson
Watson mengembangkan teori *classical conditioning* pada manusia. Ia percaya bahwa tingkah laku manusia dapat dikendalikan melalui pengkondisian stimulus-respons.
- Clark Hull
Hull menekankan bahwa tingkah laku merupakan hasil dari kebutuhan biologis. Dengan memenuhi kebutuhan biologis, pembelajaran akan semakin efektif.
- Edwin Guthrie
Mengajukan teori "contiguous conditioning", yang menyatakan bahwa belajar terjadi ketika gerakan atau respons tertentu berasosiasi dengan stimulus, tanpa membutuhkan pengulangan atau hadiah.
Implikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Menurut teori behavioristik hasil dari proses pembelajaran harus berupa perubahan perilaku yang jelas pada siswa. Beberapa penerapan dalam pembelajaran meliputi pemberian instruksi yang ketat dan evaluasi berbasis respons. Namun, teori ini cenderung kurang memberikan ruang untuk perkembangan kreatif siswa karena berfokus pada kontrol eksternal.
Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik dalam psikologi pendidikan menekankan pada aspek subjektif individu, seperti kesadaran diri, pengalaman pribadi, dan potensi pengembangan diri. Teori ini memandang manusia sebagai individu yang memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang secara holistik.
Prinsip Dasar Psikologi Humanistik
Fokus utama dari pendekatan ini adalah pada kebutuhan dan aspirasi individu. Pendekatan humanistik melihat bahwa belajar tidak hanya sekedar akumulasi informasi, melainkan proses yang berfokus pada pengembangan pribadi.
Tokoh-Tokoh Humanistik
- Abraham Maslow
Maslow mengembangkan teori hirarki kebutuhan yang menggambarkan kebutuhan manusia dari yang paling mendasar hingga yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Maslow berpendapat bahwa individu akan termotivasi untuk belajar setelah kebutuhan dasar mereka terpenuhi.
- Carl Rogers
Rogers memperkenalkan "client-centered therapy", yang menekankan pentingnya penerimaan tanpa syarat, empati, dan keaslian dalam mendukung perkembangan diri individu. Dalam pendidikan, prinsip ini diterapkan dengan menciptakan lingkungan yang mendukung siswa untuk mengeksplorasi diri mereka.
- Arthur Combs
Combs percaya bahwa persepsi individu adalah faktor utama yang mempengaruhi perilaku mereka. Dalam pendidikan, guru dan konselor sebaiknya memahami bagaimana siswa memandang dirinya dan lingkungannya untuk membantu mereka berkembang.
Implikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran
Dalam pendekatan humanistik pembelajaran diorientasikan pada siswa sebagai pusat, di mana kebutuhan dan potensi mereka menjadi fokus utama. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung pertumbuhan pribadi siswa. Pendekatan ini juga mendorong metode pembelajaran aktif dan kolaboratif, di mana siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri.
Konsep kematangan menjadi elemen penting dalam memahami proses belajar. Kematangan adalah tahap perkembangan individu secara fisik, emosional, sosial, dan intelektual, yang memungkinkan individu untuk bertindak secara bertanggung jawab.
- Kematangan Fisik
Berkaitan dengan perkembangan tubuh yang memungkinkan seseorang untuk mencapai potensi biologisnya. Hal ini mencakup pertumbuhan fisik yang terjadi terutama pada masa remaja.
- Kematangan Emosional
Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat dan seimbang. Individu yang matang secara emosional mampu menunjukkan empati, ketenangan, dan ketahanan dalam menghadapi situasi sulit.
- Kematangan Sosial
Merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain, memahami norma sosial, dan berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan sosial.
- Kematangan Intelektual
Berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis, menganalisis situasi, dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia.
- Kematangan Moral
Melibatkan pemahaman dan internalisasi nilai-nilai moral yang membimbing perilaku seseorang dalam konteks etika.
Fungsi Kematangan dalam Perkembangan dan Pembelajaran
Kematangan memainkan peran penting dalam perkembangan individu. Kematangan fisik, emosional, sosial, dan intelektual masing-masing memiliki fungsi khusus dalam membentuk kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan hidup.Â
- Kematangan Fisik, Meningkatkan kemampuan kognitif dan motorik seseorang, yang sangat penting untuk proses pembelajaran.
- Kematangan Emosional, Membantu individu dalam menghadapi konflik, stres, dan tantangan hidup secara seimbang.
- Kematangan Sosial, Mendorong interaksi dan hubungan yang sehat, yang penting dalam lingkungan sosial seperti sekolah dan masyarakat.
- Kematangan Intelektual, Memungkinkan individu untuk menganalisis dan membuat keputusan yang tepat.
- Kematangan dan Kesiapan Belajar
Kematangan juga berkaitan erat dengan kesiapan belajar. Menurut teori ini kematangan adalah proses yang memungkinkan individu untuk siap menerima informasi dan pengetahuan baru. Ketika seseorang mencapai kematangan tertentu, ia akan lebih mudah menerima dan memahami pembelajaran. Faktor-faktor kesiapan dalam belajar meliputi perhatian dan motivasi.
- Perhatian, yaitu memperhatikan hal-hal yang mendukung proses belajar adalah kunci agar siswa dapat menyerap pelajaran dengan baik.
- Motivasi, yaitu keinginan untuk belajar adalah faktor yang sangat penting dalam pembelajaran. Motivasi dapat dipicu baik secara internal (dorongan untuk belajar demi kepuasan pribadi) maupun eksternal (dorongan dari lingkungan sekitar).
Prinsip-Prinsip Kematangan dalam Pendidikan
Setiap siswa memiliki tingkat kematangan yang berbeda, yang memengaruhi kecepatan dan cara mereka belajar. Sekolah dan guru diharapkan memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kematangan masing-masing siswa untuk memaksimalkan potensi belajar. Prinsip-Prinsip kematangan mencakup:
- Kematangan Kognitif (Kemampuan untuk memahami konsep abstrak).
- Kematangan Emosional (Pengendalian emosi yang lebih tinggi).
- Kematangan Sosial (Kemampuan berinteraksi dengan lebih baik dan menunjukkan tanggung jawab sosial).
- Kematangan Moral (Kemampuan untuk mengikuti aturan moral dan etis).
Pentingnya memahami teori belajar behavioristik dan humanistik serta konsep kematangan dalam mendukung proses pembelajaran. Kematangan individu, baik fisik, emosional, sosial, maupun intelektual, sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang menerima dan mengolah pembelajaran. Teori behavioristik dengan pendekatan stimulus-respons yang terstruktur dan teori humanistik yang menekankan perkembangan intrinsik dapat saling melengkapi. Kombinasi kedua teori ini, dengan memperhatikan kematangan siswa, dapat menciptakan metode pembelajaran yang lebih efektif dan adaptif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI