Mohon tunggu...
Husnaya Dwi
Husnaya Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

"Menulis adalah jendela hati, kata-kata adalah kunci untuk memahami dunia. Mari bersama-sama menjelajahi makna di balik setiap cerita."

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aliran Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan di Indonesia

21 Mei 2024   21:54 Diperbarui: 21 Mei 2024   22:00 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aliran filsafat konstruktivisme telah menjadi salah satu aliran yang berpengaruh dalam dunia pendidikan di Indonesia. Konstruktivisme menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman belajar yang mereka alami. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep konstruktivisme dalam konteks pendidikan di Indonesia, serta menyoroti implementasinya dalam sistem pendidikan negara ini.
Konstruktivisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang menekankan pada peran aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mereka melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman belajar yang mereka alami. Secara bahasa, konstruktivisme berasal dari kata "construct", yang berarti membangun atau membentuk, dan merujuk pada proses di mana individu secara aktif membangun pemahaman baru berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
Menurut beberapa ahli filsafat pendidikan Islam, konstruktivisme juga dapat dipahami dalam konteks ajaran Islam. Dalam perspektif Islam, konstruktivisme menekankan pada konsep bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri melalui refleksi, kontemplasi, dan pengalaman spiritual. Dalam konteks pendidikan Islam, konstruktivisme menggaris bawahi pentingnya pendekatan yang berpusat pada siswa, di mana guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam proses pembelajaran yang mandiri dan bermakna.
Secara keseluruhan, konstruktivisme dalam konteks pendidikan Islam adalah suatu pendekatan yang menekankan pada peran aktif individu dalam membangun pemahaman dan nilai-nilai mereka sendiri melalui pengalaman belajar yang bermakna dan refleksi spiritual. Dengan demikian, konstruktivisme tidak hanya menjadi suatu aliran dalam filsafat pendidikan umum, tetapi juga menjadi relevan dalam konteks pendidikan Islam dalam upaya membentuk karakter dan moralitas siswa.
Menurut pendapat ahli mengatakan bahwa ada dua hal yang menjadi esensi dari pandangan konstruktivisme dalam aktivitas pembelajaran, yaitu: 

a) Belajar lebih diartikan sebagai proses aktif membangun daripada sekedar memperoleh pengetahuan

b) Pembelajaran merupakan proses mendukung pembangunan pengetahuan daripada hanya sekedar mengkomunikasikan pengetahuan. 

Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah 

a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik, secara personal maupun secara sosial

b) Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar

c) Siswa aktif mengkonstruksisecara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah

d) Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. Elemen humanis dalam filosofi konstruktivisme ada dalam subjektivitas yang tersirat, dan gagasan bahwa kebenaran dapat bervariasi terbantung orang ke orang, atau dari budaya ke budaya. 

Pendapat ahli mengemukakan bahwa siswa belajar dan membangun pengetahuan maka dia terlibat aktif dalam kegiatan dengan cara:

a) Merumuskan pertanyaan secara kolaboratif

b) Menjelaskan fenomena

c) Berpikir kritis tentang isu-isu yang kompleks

d) Mengatasi masalah yang dihadapi.


Adapun implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian dan lebih mendekatkan kepada konsep-konsep yang lebih luas.
2) Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide peserta didik.
3) Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan.
4) Peserta didik dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.
5) Pengukuran proses dan hasil belajar peserta didik terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan peserta didik, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.
6) Peserta didik hanya belajar di dalam grup proses.
7) Memandang pengetahuan adalah non-objektif, bersifat tempreratur, selalu berubah, dan tidak menentu.
8) Belajar adalah penyusunan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah menata lingkungan agar peserta didik termotivasi dalam menggali makna.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivisme terarah pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk menentukan, mengasimilasi, dan mengaplikasi ide-ide sehingga siswa memiliki strategi untuk mentransformasi konten kurikulum menjadi pengetahuan. Selain itu teori konstruktivisme mengemukakan peserta didik adalah pembelajaran yang bebas yang dapat menentukan sendiri kebutuhan belajarnya.
Berdasarkan hal tersebut maka implikasi teori konstruktivisme dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran modern yaitu dengan berkembangnya pembelajaran menggunakan web (web learning) dan pembelajaran melalui media sosial (social media). Pembelajaran dengan memanfaatkan web dan media sosial memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi, berkolaborasi, berbagi informasi, dan pemikiran secara bersama. Model pembelajaran melalui web maupun media sosial akan memberikan kebebasan kepada peserta didik dapat menentukan sendiri kebutuhan belajarnya. Sesuai dengan kurikulum merdeka yang sarat akan IT (Informasi dan Teknologi) seperti yang sedang diterapkan pada saat sekarang dan dengan sendirinya menuntut kemampuan guru dalam penguasaan IT.


Kesimpulan

Aliran filsafat konstruktivisme memiliki dampak yang signifikan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Konstruktivisme menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman belajar yang mereka alami. Implementasi konstruktivisme dalam pendidikan memungkinkan siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, kreatif, dan kritis, serta membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir yang kritis dan analitis. Dalam konteks pendidikan Islam, konstruktivisme juga memiliki relevansi yang signifikan, dengan menekankan pentingnya pendekatan yang berpusat pada siswa dan memfasilitasi pembangunan nilai-nilai moral dan spiritual melalui pengalaman belajar yang bermakna dan refleksi spiritual. Implementasi konstruktivisme dalam pembelajaran melibatkan pendekatan yang menekankan pada peran aktif siswa, penggunaan beragam strategi pembelajaran yang menarik, dan pembelajaran berbasis pengalaman. Dengan demikian, pendekatan konstruktivisme dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih relevan, menarik, dan bermakna bagi siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun