A. Pengertian Filsafat Pendidikan Perennialisme
-Perennialisme berasal dari bahasa latin yaitu perenis atau dalam bahasa inggris yang artinya abadi atau kekal.
-Perennialisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang lahir karena adanya suatu reaksi pendidikan progresif. Aliran ini menggunakan pemikiran kebelakang dengan menggunakan kembali nilai atau prinsip menjadi pandangan hidup yang kuat.
B. Tokoh Pemikiran Filsafat Pendidikan Perennialisme
1. Robert Maynard Hutchins
Robert Maynard Hutchins lahir pada 17 Januari 1899 di Brooklyn, New York.
-Hutchins adalah seorang filsuf pendidikan Amerika.
-Hutchins adalah presiden di Universitas Chicago pada tahun 1929-1945 , dan menjadi kiselir pada tahun 1945-1951.Â
-Robert Hutchins percaya untuk mendidik siswa untuk kebebasan, bahwa mereka harus di didk dalam seni liberal.
-Hutchins mengajar semua orang untik berpikir dan berpikir dengan baik adalah yang terbaik dalam pendidikan demokratis.
-Robert Hutchins memainkan peran besar dalam filsafat pendidikan. Reformasi pendidikannya membantu mendefinisikan perennialisme. Karena itu Hutchins, perennialis dan idealis utama yang berkata "pendidikan menyiratkan mengajar. Mengajar menyiratkan pengetahuan sebagai kebenaran. Kebenaran dimana-mana sama. Karena itu pendidikan harus sama dimana-mana.
Perennialisme percaya bahwa membaca harus dilengkapi dengan investigasi timbal balik antara guru dan siswa.
2. Mortimer Adler
Mortimer Jerone Adler lahir pada 28 Desember dan meninggal pada 28 Juni 2001. Adalah seorang penulis populer, pendidik dan filsuf Amerika Serikat.
Adler menyebut Etika Nikomakea dari Aristoteles sebagai "etika akal sehat" dan juga sebagai "satu-satunya filsafat moral yang kukuh, praktis, dan tidak dogmatis". Dengan demikian, etika tersebut dipandangnya sebagai satu-satunya ajaran etis yang menjawab segala pertanyaan yang harus dan dapat dijawab oleh filsafat moral, tidak lebih dan tidak kurang, serta memiliki jawaban yang benar dengan standar kebenaran yang tepat dan berlaku untuk penilaian-penilaian normatif.
 Sebaliknya, ia meyakini bahwa ajaran-ajaran atau teori-teori lainnya berupaya menjawab lebih banyak pertanyaan daripada yang dapat dijawabnya ataupun lebih sedikit daripada yang seharusnya dijawab, dan jawaban-jawaban tersebut merupakan perpaduan antara kebenaran dan kekeliruan, terutama filsafat moral Immanuel Kant.