Mohon tunggu...
Dwi Auditya Muttaqin
Dwi Auditya Muttaqin Mohon Tunggu... Supir - Trip Planner - Licensed Guide - Simple and Friendly // Instagram: @dwiauditya

write to remember, speak to forget

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Paman Gober dan Pasar Modal

31 Agustus 2020   23:12 Diperbarui: 31 Agustus 2020   23:12 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paman Gober Hanya Ada di Indonesia - MerahPutih

Semua berawal dari salah satu akun sosial media instagram, @ngertisaham yang selalu bercuap-cuap tiada henti memberikan edukasi tentang salah satu instrumen investasi yang tidak begitu familiar bagi sebagian orang, termasuk saya. 

Tanpa pamrih, tanpa imbal, admin akun instagram tersebut dengan sangat gencarnya membuka pandangan para millenial muda, khususnya dan masyarakat umum untuk melek tentang Pasar Modal.

Ya, Pasar Modal, salah satu tempat yang mungkin tabu atau terkesan eksklusif yang hanya bisa diakses oleh segelintir orang, yang berduit, pastinya. Bagaimana tidak, sedikit meraba permukaannya saja sudah disuguhkan berbagai istilah yang mungkin hanya didengar oleh orang-orang berpendidikan, minimal yang memiliki dasar ekonomi. 

Belum lagi melihat deretan angka laporan keuangan suatu perusahaan yang bahkan masih kesulitan menentukan satuan jumlah milyar dan triliyun, karena jumlah angka yang berbaris begitu panjang.

Meskipun begitu, Pasar Modal adalah tempat salah satu instrumen investasi. Kawan saya dengan begitu santai nya menjelaskan bahwa Pasar Modal itu, laiknya Pasar Serangan, Yogyakarta. 

Pasar, dimana istri saya selalu menghabiskan waktu paginya untuk pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari. Letak persamaan diantara kedua pasar itu adalah sama-sama tempat dimana orang melakukan transaksi jual beli, yang membedakan hanyalah produknya. 

Karena kita tidak bisa membeli cabe dan bawang putih di Pasar Modal. Begitupun sebaliknya, kita tidak bisa membeli saham perusahaan Telkom atau Reksadana di Pasar Serangan.

Diumur yang hampir menginjak kepala 3 ini, saya sendiri bukanlah tidak melek terhadap investasi. Sejak masih semester awal kuliah, sudah terbiasa untuk berinvestasi, dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengumpulkan logam mulia, sekedar menabung atau deposito, membeli produk asuransi, menyetorkan modal kepada usaha kawan, menyimpan mata uang asing, bermain dengan properti atau bahkan mengkoleksi beberapa komoditas yang sedang hits pada jamannya. 

Ternyata, pengetahuan saya tentang dunia investasi masih sangat lah dangkal, karena sebetulnya ada yang bisa lebih menguntungkan dan meyakinkan.

Teringat sebuah kartun yang sangat populer pada tahun 90'an, bukan dilayar kaca, melainkan sebuah komik. Seekor bebek yang cerewet dan kadang menyebalkan, yaitu Donald Duck atau Donald Bebek. 

Sang tokoh utama itu digambarkan memiliki seorang paman yang sangat tajir melintir, tinggal di sebuah brankas besar berlogokan 'Dollar' yang sangat besar didepannya. Selain itu, sang paman yang bernama Paman Gober, selalu terlihat berenang diatas setumpukan uang yang tidak berdasar, menandakan betapa kaya nya Scrooge McDuck, nama lain dari Paman Gober.

Diketahui ternyata sang Paman mendapatkan pundi-pundi kekayaannya itu dari Pasar Modal. Bagaimana tahu? Karena saya teringat pada saat itu, Paman Gober kedatangan saudaranya yang akan menitipkan anaknya disana. 

Lalu setelah itu, sang Paman lengah tidak mengawasi dengan sigap keponakannya, dan mendapati dia sudah berada di depan komputer dengan mengotak-atik komputer Pamannya tersebut. 

Sang Paman dibuat sangat kaget melihat history transaksi komputer tersebut, si keponakan dengan sangat santainya menjual saham-saham andalan sang Paman dan membeli saham yang bukan hanya dirinya, melainkan sang Paman pun tidak mengetahui perusahaan apa itu, atau biasa kita sebut 'Saham Gorengan'. 

Tapi disaat dia sedang bersedih meratapi keadaan dan menghadapi kerugian, tanpa disangka-sangka ternyata perusahaan yang dibeli keponakan tersebut mencatatkan keuntungan yang sangat signifikan yang sangat singkat dan dalam waktu seketika, kekayaan sang Paman meningkat berpuluh-puluh kali lipat. 

Bahkan diakhir cerita, ketika saudaranya akan mengambil anaknya, sang Paman bersikeras tidak memperbolehkan dan menjadikan keponakannya tersebut pewaris tahtanya.

Terlihat sepele, tapi ternyata saya sendiri sudah diperkenalkan tentang dunia Pasar Modal sedari dini, melalui media kartun sang Paman Gober. Mengingatnya saya selalu tersenyum tipis, karena ternyata saya bisa Memanfaatkan Produk Keuangan dengan secara maksimal dengan terjun didunia Pasar Modal. 

Lo Kheng Hong -cermati.com
Lo Kheng Hong -cermati.com

'Harta Karun terbesar ada didalam Pasar Modal, bukan didasar laut.' Lo Kheng Hong

Fakta yang menarik adalah, selain kita bisa mendapatkan keuntungan yang cukup besar, kita juga bisa berperan dalam membangun Stabilitas Sistem Keuangan. Bagaimana bisa?

Karena, dengan berinvestasi di salah satu perusahaan di Pasar Modal tersebut, kita berkontribusi untuk membantu agar perusahaan itu bisa berkembang lebih besar dan lebih maju, yang dengan semakin besarnya perusahaan tersebut, akan memberikan dampak yang lebih besar lagi kepada ekonomi negara kita. 

Seperti inovasi produk baru, ekspansi target market, penyerapan tenaga kerja, dan lain-lain. Hal ini membuat Makroprudensial Aman Terjaga, sehingga memberikan Domino Effect kepada berbagai pihak secara luas.

Walaupun begitu, terjun di dunia Pasar Modal tidaklah sepenuhnya menjanjikan keuntungan, khususnya untuk instrumen investasi saham, ia bersifat 'High Risk, High Return', sehingga sangat diperlukan pengenalan diri sendiri tentang kategori investor seperti apa kita, untuk meminimalisir resiko dari setiap investasi yang akan kita pilih. 

Secara umum, ada 3 kategori investor berdasarkan profil resikonya, yaitu: Investor Konservatif, Investor Moderat, dan Investor Agresif.

Investor Konservatif adalah jenis investor pemula yang tidak berani menghadapi resiko dari kerugian atau ketidakpastian, sehingga cenderung memilih investasi yang aman dengan konsekuensi return yang rendah. 

Lalu, Investor Moderat adalah Investor yang lebih berani menerima resiko, akan tetapi akan menimbang-nimbang dengan sangat hati-hati jenis investasi yang memiliki return tinggi dengan resiko yang rendah. 

Dan yang terakhir adalah Investor Agresif, yaitu jenis investor yang faham bahwa dibalik resiko yang tinggi, memiliki return yang tinggi pula. Biasanya, investor jenis ini memiliki keyakinan yang sangat tinggi dalam membuat keputusan, sekalipun dengan resiko yang tinggi.

Selain pengenalan diri sendiri terhadap jenis-jenis investor, pengetahuan tentang Saham itu sendiri sangat diperlukan. Karena ketika kita sudah dapat meminimalisir resiko, kita harus bisa meningkatkan penghasilannya, sehingga dalam penentuan pembelian Saham emiten tersebut memang berdasarkan pengetahuan dan analisa yang mendasar, bukan apa kata orang, apalagi hanya ikut saran grup Whatsapp atau Telegram.

Ribet? Tidak, jika kita memang ada kemauan. Akun instagram @ngertisaham yang diceritakan diawal sangat gamblang menjelaskan step by step bagaimana kita memulai untuk berinvestasi di Pasar Modal. 

Kalau dirasa kurang, ada juga komunitas-komunitas saham, seperti Investor Saham Pemula yang tersebar diberbagai daerah biasanya melakukan pertemuan rutin atau Kopdar untuk membahas dan belajar tentang Saham dan sejenisnya. 

Jadi, mari kita berkontribusi untuk negara kita dengan Memanfaatkan Produk Keuangan agar Stabilitas Sistem Keuangan dan Makroprudensial Aman Terjaga.

Yogyakarta, 31 Agustus 2020

Dwi Auditya Muttaqin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun