Semua berawal dari salah satu akun sosial media instagram, @ngertisaham yang selalu bercuap-cuap tiada henti memberikan edukasi tentang salah satu instrumen investasi yang tidak begitu familiar bagi sebagian orang, termasuk saya.Â
Tanpa pamrih, tanpa imbal, admin akun instagram tersebut dengan sangat gencarnya membuka pandangan para millenial muda, khususnya dan masyarakat umum untuk melek tentang Pasar Modal.
Ya, Pasar Modal, salah satu tempat yang mungkin tabu atau terkesan eksklusif yang hanya bisa diakses oleh segelintir orang, yang berduit, pastinya. Bagaimana tidak, sedikit meraba permukaannya saja sudah disuguhkan berbagai istilah yang mungkin hanya didengar oleh orang-orang berpendidikan, minimal yang memiliki dasar ekonomi.Â
Belum lagi melihat deretan angka laporan keuangan suatu perusahaan yang bahkan masih kesulitan menentukan satuan jumlah milyar dan triliyun, karena jumlah angka yang berbaris begitu panjang.
Meskipun begitu, Pasar Modal adalah tempat salah satu instrumen investasi. Kawan saya dengan begitu santai nya menjelaskan bahwa Pasar Modal itu, laiknya Pasar Serangan, Yogyakarta.Â
Pasar, dimana istri saya selalu menghabiskan waktu paginya untuk pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari. Letak persamaan diantara kedua pasar itu adalah sama-sama tempat dimana orang melakukan transaksi jual beli, yang membedakan hanyalah produknya.Â
Karena kita tidak bisa membeli cabe dan bawang putih di Pasar Modal. Begitupun sebaliknya, kita tidak bisa membeli saham perusahaan Telkom atau Reksadana di Pasar Serangan.
Diumur yang hampir menginjak kepala 3 ini, saya sendiri bukanlah tidak melek terhadap investasi. Sejak masih semester awal kuliah, sudah terbiasa untuk berinvestasi, dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengumpulkan logam mulia, sekedar menabung atau deposito, membeli produk asuransi, menyetorkan modal kepada usaha kawan, menyimpan mata uang asing, bermain dengan properti atau bahkan mengkoleksi beberapa komoditas yang sedang hits pada jamannya.Â
Ternyata, pengetahuan saya tentang dunia investasi masih sangat lah dangkal, karena sebetulnya ada yang bisa lebih menguntungkan dan meyakinkan.
Teringat sebuah kartun yang sangat populer pada tahun 90'an, bukan dilayar kaca, melainkan sebuah komik. Seekor bebek yang cerewet dan kadang menyebalkan, yaitu Donald Duck atau Donald Bebek.Â