Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Indonesia Bukan "Konoha", Masih Banyak Kebaikan di Jalanan

18 Juni 2024   09:44 Diperbarui: 20 Juni 2024   07:30 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit risi dengan analogi Konoha yang diusung netizen Indonesia.Hampir setiap hari saya menggunakan transportasi umum menuju tempat kerja. Khususnya Trans jakarta. Dari situ saya melihat banyak karakter penumpang yang silih berganti. Pengguna trans Jakartapun pembaca buku, pekerja, anak sekolah. Berbagai cerita bisa dibagi. Yang cuek, yang sok tidur ketika ada penumpang tua, ibu-ibu renta, wanita hamil, anak-anak. Kadang pedagang keliling yang memikul barang dagangannya berangkat jauh di luar kota menuju pusat Jakarta yang ramai.

Masih Ada Kebaikan di Jalanan

Di antara para penggunanya yang egois, suka memanfaatkan posisi berdiri, saling berdesakan untuk melampiaskan libido fantasinya yang aneh, banyak anak muda, dengan sangat perhatian menolong orang-orang disabel, orang tua yang kedinginan dan dengan rela hati menyumbangkan jaket, kapucong untuk dikenakan pada orang tua yang tengah sakit. Petugas dan tentara sigap merayu orang tua itu untuk minum air hangat dahulu dan menawarkan pengobatan di rumah sakit terdekat.

"Wajah bapak pucat dan badan bapak menggigil, ayo kita ke rumah sakit terdekat ya." Seorang tentara berseragam mendekati kakek tua tanpa jaket yang sedang antre di halte Monas.

"Nggak apa-apa, bapak cuma sedikit lelah saja, tadi sebetulnya turun dari halte Lebakbulus tetapi kebablasan sampai Monas, Nak"

"Tetapi bapak menggigil begitu, tidak pakai jaket lagi, istirahat dulu,ngeteh hangat baru kalau sudah baikkan nanti dilanjutkan lagi perjalanannya."

Bapak tua itu masih keukeuh untuk melanjutkan perjalanan sementara sedikit-sedikit ia membungkuk dan menyembunyikan satu tangannya di kaos tipis yang ia kenakan.

Di halte cuaca mendung tetapi hawa udara tampak pengab baru saja hujan deras di sekitar Monas reda. Saya yang berdiri di depan kakek tua itu cukup merasakan panas udara siang itu tetapi kakek tua itu malah menggigil kedinginan dan wajahnya tampak pucat.

Seorang pegawai BUMN di belakang saya mencopot jaketnya dan memberikan jaket pada kakek tersebut.

Kakek itu matanya berkaca-kaca dan dengan pelan berkata."

"Terimakasih ya, dik?"

"Sama-sama Kek."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun