Jaket warna coklat muda itu dikenakan kakek, tetapi nampaknya kakek itu masih kedinginan, lalu anak muda yang berjaket kapucong hitam lantas melepas jaketnya lalu diberikan ke kakek dan dibantu memakainya.
Seorang tentara dan petugas di halte merayunya kembali
"Ayo kakek, istirahat dulu, kita buatkan teh hangat dulu, nanti kalau badan kakek sudah hangat boleh melanjutkan perjalanan." Akhirnya kakek menurut dan keluar dari antrean.
***
Negeri ini bukan negeri Konoha yang sering diilustrasikan netizen untuk menggambarkan betapa anehnya negeri ini dengan segala kebijakan politik dan budaya dinasti yang masih ada, sementara zaman menuju ke era digital, modern sehingga diperlukan kehidupan yang realistis yang mampu memberikan tempat nyaman bagi masyarakat untuk mendapatkan pemerataan kesejahteraan.
Tenang masih banyak orang baik di jalanan, meskipun perkembangan kejahatan meningkat, kriminalitas terus bergerak dengan aneka macam bentuknya. Yang jelata hanya bisa mencuri ayam dan ngutil barang di toko kelontong tetapi hukumannya bisa lebih parah dari mereka yang ngutil uang milyaran rupiah.Â
Di jalanan ada hukum rimba sekali ketahuan mencuri, hanya satu hukumannya dikeroyok dihajar sampai bonyok bahkan kalau tidak dilerai bisa berakhir tragis dengan kematian yang mengenaskan.
Tetapi di antara cerita betapa kejamnya ibu kota, masih ada jiwa-jiwa merdeka yang dengan rela hati menolong tanpa mengharapkan imbalan. Mereka murni menolong karena kemanusiaan, karena rasa iba, karena senasib sepenanggungan.
Jadi jangan jadikan peristiwa memalukan itu sebagai indikator bahwa isi negeri isinya hanya orang-orang bermental "bedebah".
Penjahat pun masih punya hati, yang tidak punya hati kadang adalah mereka yang bertopeng orang baik, agamis, tetapi menyimpan watak rakus yang susah diobati. Dengan tersenyum merampas hak masyarakat banyak untuk bisa hidup bergelimang harta, padahal dari hasil memanfaatkan kekuasaan semata.
Mereka seperti sekumpulan orang-orang dermawan, menyumbang sarana prasarana ibadah, masuk dalam lingkungan para penganut agama teguh, berpakaian layaknya orang suci dan tulus, tetapi ternyata hanyalah kamuflase dari rencana-rencana besar yang hendak dilakukan untuk menguras harta negara.