Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis Profesional Harus "Sombong"

10 Juni 2024   10:58 Diperbarui: 10 Juni 2024   11:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis kalau terlalu murah hati, seringkali hanya dimanfaatkan untuk menjadi pembicara atau nara sumber gratisan. Padahal kalau penulis adalah sebuah profesi, sharing pengalaman penulis adalah sebuah investasi, selalu berhubungan dengan asap dapur. 

Kadang kalau ucapan terimakasih hanya berupa barang atau cindera mata maka akan menyulitkan penulis. Sebab mereka butuh biaya untuk transportasi, butuh tambahan finansial untuk kelangsungan hidupnya.

Penulis amatir mungkin tidak butuh uang, karena kebanyakan aktivitas menulisnya hanyalah selingan dari rutinitas sehari-hari yang memusingkan, butuh healing dengan menulis. Kalau imbasnya mendapat honor dan hadiah uang dari lomba-lomba menulis itu sebagai reward atas partisipasinya dan ketekunannya dalam mengikuti berbagai event.

Tega Menentukan Tarif Demi Kelangsungan Hidup Penulis

Penulis profesional bagaimanapun harus tega untuk melakukan perjanjian saat menjadi nara sumber. Setiap job adalah peluang untuk menambah pundi-pundi uang. Itu sebuah keharusan. Kalau penulis total menggantungkan hidup sebagai penulis maka mereka harus memastikan setiap kegiatan, tulisan-tulisan yang dikirimkan ke media bisa memberi sumber pendapatan. 

Ketika ada komentator atau netizen yang menuduh sombong dan mata duitan sebenarnya mereka hanya tidak tahu bahwa modal penulis adalah pemikiran, riset, mengalami langsung, Mencari informasi  valid agar ia secara profesional bisa menginspirasi pembacanya.

Tulisan dari penulis sudah melalui eksperimen, analisis, riset, kajian pustaka, bahkan seringkali penulis harus survey dan berkunjung ke lokasi, Untuk bisa melakukan eksperimen, kajian pustaka, riset memerlukan uang yang tidak sedikit. Maka perlu ada pemasukan yang stabil agar periuk nasi di rumahnya tetap mengepul.

Tidak perlu baper jika dikatakan sombong, karena penulis profesional harus memastikan keberimbangan finansial yang mendukungnya untuk tetap bisa selalu menghasilkan karya yang berbobot dan bisa dipertanggungjawabkan keakuratannya jika jenis tulisannya faktual, sedangkan kalau menjadi penulis fiksi, riset, pengenalan karakter, survey lokasi dan kedalaman karakter tokohnya adalah reprentasi dari berbagai sifat-sifat manusia yang beragam.

Penulis Lebih Butuh Uang daripada Hadiah Barang

NH Dini, dalam tulisan dari Avizena Zen pernah mendapat rumor tidak enak. Ada orang yang merumorkan NH Dini karena susah diundang. Lebih baik menulis daripada menerima undangan wawancara wartawan. Sebagai Penulis Profesional. Waktu sangat berharga bagi penulis, kadang banyak event ceramah hanya memberikan cindera mata berupa barang. 

Padahal penulis butuh biaya untuk transportasi, mobilitas perlu modal, bukan ditukar dengan barang tetapi lebih berguna kalau tanda kasih lebih berguna jika berupa uang. Dalam  buku berjudul :"Dari Ngalian ke Sendowo" NH Dini menjelaskan ia meminta bayaran  ketika melakukan ceramah  di depan umum.

Dari situ semoga pengundang, pengguna jasa menulis perlu mengerti bahwa penulis butuh pendapatan pasti dari segala aktivitasnya. Karena itu disebut profesional. Mungkin kadang sesekali mensharingkan tanpa memungut bayaran, tetapi supaya masyarakat tahu, input dari penulis profesional setimpal dengan keahliannya dalam menulis. Seluruh pemasukan dan modal hidup penulis adalah dari menulis dan ceramah atau menjadi nara sumber, jadi ada semacam penghargaan atas kemampuannya menulis.

NH Dini belajar dari pengalaman, ia pernah menerima undangan menjadi pembicara di  berbagai instansi sekolah dan Kampus. Setelah menyampaikan materi NH Dini jarang menerima  bayaran bear, Kadang hanya cukup untuk biaya transportasi. Bahkan kadang sering menerima cindera mata berupa kain batik sebagai kompensasi sebagai pembicara.

NH Dini yang bergantung dari menulis dan ceramah tentu saja butuh pemasukan. Maka bisa dikatakan itu kesombongan penulis. Karena kalau tidak "sombong" maka tidak ada pemasukan untuk biaya hidup sehari-hari.

Penulis sendiri saat ini masih sebagai penulis amatir, sebab kalau mengandalkan menulis seperti di Kompasiana ini tidak ada kompensasi dari aktivitas menulis yang butuh modal tidak sedikit. Banyak penulis Kompasiana yang perlu membuka diri, menerima endorse, membuka jasa menulis yang setiap tulisannya dihargai dan ada honor yang bisa diterima.

Tuntutan kehidupan saat ini, apalagi ketika sudah berkeluarga, menulis amatir banyak tantangannya. Pasangan hidup perlu diyakinkan bahwa kegiatan menulis bisa memberi tambahan pendapatan. Kalau tidak ada honor bagaimana dengan nyaman melakukan aktivitas, termasuk menulis. Di Indonesia penghargaan pada profesi menulis bisa dikatakan minim, kecuali mereka yang sudah mapan dan sangat dikenal dengan buku atau jejak karya yang sering muncul di media masa seperti Kompas.

Perlindungan Hak Cipta Untuk Penulis

Beberapa Media online malah hanya mengambil dari media online lain tulisan-tulisan yang sudah ditayangkan. Penulis sendiri tidak mempunyai kekuatan hukum ketika menuntut sebuah media yang mengambil artikel. Bahkan novel di sebuah platform berisi kumpulan tulisan novel diambil tanpa sepengetahuan penulis aslinya, diupload kemudian mendapat monetisasi dari penayangan novel tersebut. 

Ketidakberdayaan penulis di Indonesia semoga mendapat perhatian, agar tulisan penulis menjadi semacam hak cipta yang dilindungi undang-undang, apabila menggunakan tulisan untuk kepentingan media harus sepengetahuan penulis. Dan perlu ditegaskan penulis mendapat kompensasi atas tulisannya. Sebab ketika menulis penulis memerlukan riset dan referensi yang didapat tidak secara gratis. Itulah yang disebut nilai-nilai profesionalitasan.

Kompasiana adalah platform blog yang menampung tulisan dari para penulis yang kebanyakan memang merelakan tulisannya diunduh tanpa kompensasi. Penulisnya jarang mendapat bayaran, tetapi jika rutin dan tingkat keterbacaannya tinggi akan mendapat reward yang lumayan. Kalau hanya sesekali menulis maka kemungkinan mendapat rewards kecil, kecuali tulisannya mendapat respon tinggi sehingga satu tulisan bisa mengundang pembaca lebih dari tiga ribu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun