Di sisi lain juga didukung kerjasama baik antara biro jasa travel, guru pendamping dan juga sekolah. Masalah kecelakaan setiap manusia tidak bisa memprediksi kapan kecelakaan terjadi. Manusia hanya bisa mencegah dan meminimalisir resiko perjalanan. Bisa jadi bukan salah armada transportasinya saja tetapi juga kondisi lapangan dan juga akibat kelalaian dan kecerobohan pengendara lain di perjalanan sehingga memicu kecelakaan terjadi.
Ketika muncul kasus rem blong, bus terjungkal ke jurang, menabrak tiang, tabrakan dengan sesama kendaraan banyak sekali tanggapan netizen, rupa-rupa pendapat. Yang telak adalah ketika ada netizen memaki dan mengumpat bahwa semua guru-guru di Indonesia itu terlalu berorientasi pada uang sehingga membuat kegiatan yang hanya menguntungkan guru tetapi merugikan anak didik dan orang tua. Sebuah kritik dari pengelolaan organisasi pendidikan di sekolah. Apakah sepenuhnya salah guru atau guru sekedar menjadi kambing hitam atas ruwetnya kebijakan pendidikan di negara ini.
Sebab sebuah masalah selalu merembet pada masalah politik akhir-akhir ini. Akhirnya masalah kebijakan publik dan keberpihakan serta terlalu politik arah kritik netizen akhir-akhir ini. Kalau masalah selesai dengan baik maka perlu dipecahkan bagaimana solusinya agar kegiatan study tour tetap berjalan, namun kegiatan itu tidak sampai membuat masalah yang membuat orang tua khawatir terhadap keselamatan anaknya selama melakukan perjalanan. Masalah biaya okomidasi dari sebuah kegiatan orang tua dan guru tentunya sudah punya komitmen. Sebab Di sekolah study tour adalah kegiatan ekstra wajib yan sudah berlangsung lama. Banyak yang sukses membuat anak terbuka dan bisa memberi bekal pendidikan karakter dan cinta tanah air. Saat ada kasus kecelakaan, tentunya tidak bisa digeneralisir bahwa guru biang dari kecelakaan tersebut atau lembaga pendidik hanya membuat orang tua menjadi sasaran pemerasan lembaga pendidikan.
Ada konsekwensi dari pembelajaran. Sekolah swasta yang SPP dan biaya gedungnya mahal sebanding dengan fasilitas dan kualitas pendidikan yang disediakan. Orang tua bisa memilih sekolah sesuai kemampuan. Untuk bisa masuk sekolah favorit perlu esktra biaya, tetapi orang tua pasti sudah berhitung tidak apa-apa membiayai anak cukup mahal asal masa depan anaknya terjamin dan ada juga jaminan kualitas bila siswa meneruskan jenjang pendidikan selanjutnya.
Guru, Lembaga Pendidikan dan Suara Kritis Netizen
Rasanya netizen dan pegiat medsos yang amat keras mengkritik guru dan jajarannya dalam mengadakan study tour harus berpikir ulang sebelum melontarkan kritik. Guru bukan tanpa resiko. Mereka sudah biasa dihujat dan dikritik, tetapi yang perlu diketahui tanggungjawab dalam mendampingi anak selama di perjalanan itu sungguh luar biasa. Kewaspadaan guru bukan sekedar memastikan kehadiran tetapi juga memantau tingkah laku, sopan santun, asupan makanan dan istirahat anak didik selama di perjalanan.
Jadi kalau mau tahu betapa besar tanggungjawab guru apakah perlu netizen sesekali ikut menjadi pendidik untuk melihat betapa banyak harus dipikirkan ketika mengadakan sebuah kegiatan hangout.
Sudah menjadi resiko di era keterbuakaan dan medsos ini menerima kritikan, nyinyiran makian yang sangat tidak mengenakkan. Ada mungkin oknum  guru yang bermain api dengan membuat bisnis kegiatan di sekolah tetapi prosentasinya pasti lebih kecil sebab yang utama tujuan dari kegiatan Dharma wisata atau study tour, atau karya wisata adalah wisata edukasi, membuka wawasan anak didik terbuka terhadap dunia luar selain  institusinya. Ini akan menumbuhkan kecintaan negara dan tanah airnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H