Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kalau Tidak Kuat Mental Jangan Menjadi Penulis

24 April 2024   12:34 Diperbarui: 24 April 2024   12:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fllickr/asmarainjogja.id

Bagi yang profesional, koleksi karya itu menjadi modal untuk menghasilkan tulisan yang bisa dikomersialkan dijadikan modal untuk menulis dan berbagi pengalaman lewat, seminar, webinar dan kursus penulisan.

Kematangan, pengalaman dan jam terbang penulis bisa mengantarkan penulis untuk bisa menajamkan intuisi, naluri penulis bergerak menghasilkan karya karya yang mampu menembus ruang dan waktu, karya yang bisa memahami bahasa bathin pembacanya. Intuisi penulis mampu memahami tren masa depan, sehingga ketika sebuah tulisan ditulis tetap bisa dirasakan dan dikorelasikan di masa depan.

Intuisi dan Kemampuan Mengenal Masa Depan Dalam Feeling Penulis

Seperti halnya lukisan kadang karya dan idenya bergerak mendahului zamannya. Lukisan Vincent van Gogh contohnya. Lukisan yang dihasilkan van Gogh adalah lukisan yang mendahului zaman, ia hanya bisa dipahami selang seabad kemudian. Banyak cerita-cerita yang kemudian relevan sampai saat ini. Ini dimungkinkan pada cerita-cerita yang yang ditulis oleh sufi, rasul, nabi atau penulis yang mendalami dunia transenden, filsafat, meditasi, permenungan, pengendapan pengalaman kehidupan.

Intuisi penulis, pengarang akan bergerak membaca tanda-tanda zaman. Bila penulis sudah sampai pada tahab intuisi maka ada semacam  kekuatan bathin, kekuatan alam bawah sadar yang bisa meraba sesuatu yang terjadi di masa depan meskipun dengan bahasa simbol atau sebuah ilustrasi samar yang baru bisa dipahami setelah melalui waktu lama dikemudian hari.

Tidak semua penulis beruntung sampai menapak di level tinggi. Banyak yang berguguran di jalan karena masalah ekonomi, masalah tantangan rasa bosan, putus asa karena merasa tidak menemukan apa-apa setelah lama berjuang untuk menjadi penulis. Bahkan ada yang akhirnya mengakhiri hidupnya karena sejumlah alasan, termasuk merasa gagal tidak bisa menghasilkan karya box office, diterima di penerbit mayor, atau disergap kesepian di masa tuanya. 

Jadi apakah anda para pembaca mau tetap menjadi penulis, mendedikasikan diri menulis meskipun secara finansial belum bisa dipastikan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, bisa tetap terus mengepulkan asap dapur dan mampu menjamin masa depan keluarganya.

Biasanya penulis sukses mendapat suport dari orang-orang terdekatnya, mereka mengerti fluktuasi kehidupan penulis, mampu mengelola pendapatan tidak pasti, kecuali penulis, pengarang yang sudah terikat dengan penerbit atau publishing. Jadi apakah tertantang menjadi penulis?! Siapkan mental anda.

Jika penulis hanya sebagai healing, refreshing, untuk terapi ya tidak masalah, karena siapa tahu dari coba-coba, hanya menjadi penulis amatir akhirnya keterusan menjadi penulis profesional, siapa tahu. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun