Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah dalam Dunia Politik Kebenaran itu Hanya "Kamuflase" Saja?

22 April 2024   13:38 Diperbarui: 22 April 2024   13:38 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebenaran semakin lama semakin absurd, akhirnya hanya menjadi semacam kamuflase yang susah dipercaya lagi, sebab tiap orang punya sudut pandang sendiri terhadap kebenaran. Agama misalnya yang dipercaya menjadi sumber hakiki kebenaran, nyatanya adalah penyulut konflik. Ibu Kartini  pernah menyatakan: "Agama memang menjauhkan kita dari dosa namun berapa banyak dosa yang pernah kita lakukan atas nama agama"

Dalam hal politik agamapun sering menjadi pembuka celah konflik, meskipun sebenarnya bukan agama sebenarnya yang menjadi sumber konflik tetapi banyak politisi mencampuradukkan urusan politik dengan menyeret-nyeret agama untuk meraih legitimasi. Politik yang urusan duniawi, urusan kekuasaan, urusan yang sebetulnya jauh dengan visi agama di negara berkembang seperti di Indonesia dan negara berkembang lainnya mencoba menyetelkan urusan politik dengan agama karena menyangkut massa pendulang suara karena ketokohan dalam agama.

Jika kemudian ada yang beranggapan bahwa kebenaran politik itu hanya kamuflase, hanya gambaran samar, tidak nyata tergantung siapa yang memandang. Dalam kamus KBBI :perubahan bentuk, sikap, rupa, warna, dan sebagainya menjadi tidak dikenali. Kalau saya menterjemahkan bebas tentang kamuflase kalau dikaitkan dengan kebenaran politik saat ini yaitu kebenaran yang dipahami secara samar, tidak pasti, menurut pandangan masing-masing hingga kemudian kebenaran sebenarnya susah dikenali. Mana yang benar mana yang salah sulit ditelaah karena di era post truth saat ini kadang kesalahan-kesalahan  kadang diyakini sebagai kebenaran, kebenaran menurut....siapa yang sebetulnya hoaks, tidak benar malah dijadikan rujukan untuk membenarkan yang salah.

Itulah bagaimana dunia saat ini terasa terbolak-balik, Susah mencari kebenaran ditengah simpangsiur kepercayaan masyarakat yang lebih memuja popularitas, famous, yang viral , yang secara penampakan visual lebih meyakinkan untuk dikatakan orang suci, orang soleh, daripada mereka yang penampakan sangar, terlihat jahat dan tidak meyakinkan sebagai orang yang benar. Orang akan membuat bocil, plonga-plongo, pah-poh itu adalah barisan orang-orang salah, sedangkan mereka yang berwajah keren, penampilan agamis dan tampak seperti orang suci lebih dipercaya sebagai orang benar.

Dan banyak budayawan, banyak seniman, kaum intelektual, akademisi kadang terjebak dalam casing, penampakan luar, hingga ketika ada satu dua kesalahan dari orang yang casingnya tidak meyakinkan akan digiring sebagai penyebab masalah. Maka perlu dipertimbangkan untuk dilengserkan dan disingkirkan.

Tetapi sebenarnya tulisan saya di ataspun juga asumsi, penulis yakin dengan tulisan saya yang "agak mengarah" akan banyak bantahan dan ketidaksetujuan mereka akan pendapat saya, jadi bagaimana memahami kebenaran?

Serahkah pada hati nurani saja. Kebenaran sejati akhirnya akan menemukan jalannya sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun