Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyusur Jakarta Pagi-Pagi

20 Maret 2024   14:28 Diperbarui: 20 Maret 2024   14:40 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudut Lain Sentral Senen Jakarta Pusat (foto Joko Dwiatmoko)

Kalau macet, kesal, capai, mengisi emosi manusia megapolitan. Seperti ada luka jiwa yang tergores pelan-pelan. kalau tidak tahan bisa mengganggu kesehatan jiwa. Sampai kapankah akan berakhir suasana kesuh melihat pergolakan yang tidak kunjung selesai. Begitu kira-kira kata jiwa-jiwa manusia kota yang resah. Jakarta tempat berputarnya cuan dalam jumlah yang luar biasa. Dari transportasi, pusat kulakan, pusat pendidikan, pemerintahan, pusat pengendalian perusahaan-perusahaan besar dengan gedung gedung menaranya yang menjualan seperti mau merobek angkasa.

Pagi ini warna biru cerah tanpa awal terlihat. Sinar matahari memantulkan warna keemasan dari jembatan penyeberangan, Baru beberapa moda transportasi umum yang menghias jalanan. Apalagi tampak di Jakarta sedikit anak-anak yang memadati transjakarta karena sebagian belajar di rumah (darurat informasi demi antisipasi centangperenang demo di pusat kota khususnya yang dekat dengan KPU).

Suasana Pagi Depan Istana Merdeka (Foto Joko Dwiatmoko)
Suasana Pagi Depan Istana Merdeka (Foto Joko Dwiatmoko)

Catatan pagi ini , Jakarta begitu tenang seperti tidak ada tanda-tanda munculnya keramaian yang tidak diharapkan. Sebagai warga kota yang lama bermigrasi dari daerah ke perkotaan, tujuan utama adalah mencari uang untuk kesejahteraan dan masa depan keluarga. 

Mungkin tahun ini adalah tahun terakhir merasakan euforia sebagai ibu kota negara. Tahun lalu ibu kota negara jika benar sesuai rencana sudah berpindah ke Sepaku Kalimantan Timur . Tempat bernama IKN (Ibu Kota Negara ) bernama Nusantara. Tapi Jakarta mungkin tidak berubah tetap menjadi pusat bisnis, dan pusat pergerakan ekonomi negara. 

Di dinginnya AC transjakarta melongok di jalanan yang lengang Jakarta itu begitu menyihir, dengan warna eksotisnya di pagi hari, sebuah kemewahan jika dijepret dari kamera ponsel. Sesekali tidak perlu mengeluh, tetapi menikmati. Tidak perlu nyinyir tetapi membantu memotivasi diri agar Indonesia jauh lebih baik ke depannya. Tidak perlu seperti pengamat, politisi yang merasa ada aroma ketidakadilan dan kecurangan. Pikiran masyarakat kecil seperti saya cuma satu. negara aman dan damai, bisa bekerja dengan tenang tanpa direcoki intrik-intrik yang menakutkan.

(JPO Sentral Senen (Foto Joko Dwiatmoko)
(JPO Sentral Senen (Foto Joko Dwiatmoko)

Dalam bathin berharap sudahlah ketika pengumuman sudah diketok para elite politik menyudahi wacana, argumentasi yang menggiring opini masyarakat bahwa negara tengah sedang tidak baik-baik saja. Masyarakat butuh kepastian, butuh ruang luas untuk berkreasi. Ketika harga-harga melambung sejauh masih dijangkau dengan cara menghemat pengeluaran itu sebuah kemewahan. 

Harga sebuah kemakmuran memang mahal, perlu kekompakan untuk mengatasi krisis. perlu gotong royong untuk bisa menutup kekurangan diri. Kalau mengikuti perasaan semua orang akan mempunyai pikiran yang tidak pernah sama antara satu dengan yang lainnya. Dari jutaan jiwa masyarakat selalu ada perbedaan pandangan. Tetapi sejauh ini dari perbedaan bahasa, perbedaan suku, budaya dan ideologi negara kepulauan Indonesia masih satu bahasa persatuan, satu bangsa. jangan diprovokasi dengan pemimpin Demagog yang seakan-akan menginspirasi tetapi ternyata menyimpan energi negatif untuk mengacak-acak persatuan dan kesatuan.

Jakarta terlalu indah untuk diacak-acak.  Jakarta butuh ketenangan. Salam Damai Selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun