Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kalah dan Menang Itu Resiko Pemilu Kembalilah Tebar Kasih Sayang

13 Februari 2024   13:52 Diperbarui: 13 Februari 2024   15:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
triplettransport.com

"Jika kita belajar dari kekalahan, sesungguhnya kita tidak kalah." - Zig Ziglar

Pemungutan Suara serentak di Indonesia berlangsung tanggal 14 Februari 2024. Tepat dimana dunia sedang merayakan hari kasih sayang. Sebuah momentum membagi kasih sayang pada sesama dan orang-orang sekitar. Semoga diantara isu isu di media sosial yang tumpeng tindih dan bikin merinding tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.

Semenjak proses pemilu dari pencalonan, pemilihan bacalon Presiden dan Wakil Presiden media sosial dipenuhi oleh perang kata-kata, saling nyinyir, saling menjatuhkan kredibilitas calon, semua semata-mata dengan memenangkan kontestasi untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan, dari legislatif sampai eksekutif.

Konten Kreator membuat narasi dan gambar-gambar yang ditujukan untuk mengejek, mendiskreditkan lawan. Rasanya tidak ada kasih sayang secuilpun yang ditunjukkan kecuali dendam, prasangka dan kecurigaan.

Pada kampanye akbarpun ada beberapa paslon dan tim pemenangan menggunakan narasi, merendahkan dan bahkan muncul film yang bertujuan penggiringan opini untuk mendowngrade musuhnya.

Itulah politik, ketika kontestasi yang semula bersahabat, akrab tidak ada jarak kemudian digelaran pemilu 5 tahunan dijauhkan. Anak buah atau mantan bawahan bisa memaki dan mengungkapkan penyesalan telah kenal dan menjadi bagian dari pemerintahan. Rasanya adab ketimuran benar-benar luntur dari benak orang-orang.

Pemilu menunjukkan tidak ada teman yang benar-benar setia dalam kekuasaan yang ada adalah abadinya kepentingan untuk memperoleh kemenangan. Kalau perlu membuat isu atau berita hoaks, Membuat pernyataan yang baru dalam taraf "katanya", karena menonton di YouTube, bacaan artikel di platform media online yang belum tentu benar.

Muncul penggiringan opini agar tidak memilih calon yang katakanlah, anak haram konstitusi,   pelanggar konstitusi, yang beda kata berdasarkan jejak digital. Dan berbagai julukan pada semua paslon. Di sisi lain secara visual di jalan-jalan jutaan gambar caleg, bendera partai, calon presiden dan wakil presiden berjubel di pinggir jalan, menancap di pohon-pohon, di banner pinggir jalan tol, di media digital Gedung gedung bertingkat. Sesaknya dan maraknya gambar dan bendera partai memunculkan sampah visual. Sementara di facebook, media jurnalisme online, medsos seperti facebook, Instagram, X, penuh sumpah serapah.

Di hari Valentine besok menang dan kalah harus dihadapi penuh kelegaan, siapapun pemenangnya itu adalah pilihan mayoritas rakyat Indonesia. Kontestasi akan selalu memunculkan yang terbaik diantara yang terbaik, yang terbaik diantara semua yang buruk, Kasih sayang manusia dan sportifitas manusia menjadi obat mujarab bagi kebencian-kebencian akibat perbedaan pilihan. Siapapun pemenangnya masyarakat tetap harus menghadapi kenyataan tekanan hidup ke depan semakin berat, apalagi jika muncul krisis pangan, krisis etika dan akhlak yang dialami bukan hanya di Indonesia tetapi juga dunia.

Narasi narasi yang muncul akulah yang terbaik, pemimpinkulah yang terpilih. Tidak semuanya mempengaruhi pemilih. Biasanya masyarakat lebih mendengar pemimpin spiritual untuk didengarkan. Juga paling dekat adalah hati nurani masing-masing.

Permainan catur aktor dan juga dugaan ada cawe-cawe pemerintah untuk memenangkan paslon tertentu menjadi narasi yang sering muncul. Apakah benar, sesuai dengan film yang beredar di YouTube misalnya Dirty Vote. Penulis sendiri belum pernah melihatnya dan kurang tertarik dengan video penggiringan opini, lebih nyaman menonton video lucu daripada video yang bertujuan mendiskreditknan sosok tertentu. Lebih senang melihat video yang penuh motivasi, belajar dari kesalahan untuk meraih kesuksesan.

Sekali lagi kalah dan menang itu resiko Pemilu, setelah pemilu siapapun pemenangnya harus diapresiasi, kalau ada kekurangan diberi masukan, kalau ada penyimpangan diperingatkan dan diingatkan. Yang penting ada kejelasan aturan dan hukum. Terkadang manusia emosi ketika ada ketidakwajaran, tetapi ketidakwajaran harus dilihat secara komprehensif, bukan hanya tendensius karena beda pilihan ideologi dan partai politik.

Kegaduhan hanya memunculkan ketidaknyamanan dan akan berpengaruh kehidupan kemasyarakatan. Saat hari tenang masyarakat perlu merenung, meditasi, berserah doa menyerahkan pilihannya sebagai pilihan hati nurani. Kalau ditarik dalam etika dan sopan-santun siapapun politisi tidak akan pernah sempurna.Selalu ada kekurangan yang dimiliki manusia. Begitupun calon pemimpin. Latar belakang kehidupan, jejak prestasi  sebagai pemimpin, kedekatan dengan pemangku kekuasaan, lingkaran pergaulan menjadi faktor penentu kuatnya kepemimpinan.

Yang menjadi PR masyarakat sudahkah masyarakat tinggal landas menjadi masyarakat yang modern dan mengikuti aturan hukum. Singapura misalnya bukan hanya pemerintahannya yang siap melaksanakan aturan disiplin dan sangsinya. Masyarakatnya sendiri sudah dididik untuk tertib dalam segala hal, sehingga pemerintah dan masyarakat bisa bersinergi. Di Indonesia kran demokrasi terbuka lebar, namun hukum lemah, aparat tidak berdaya menertibkan masyarakat yang perilaku, kedisiplinan dan penghargaan pada hukum dan aturan main masih rendah.

Siapapun pemerintah akan susah menertibkan masyarakat yang susah diatur dan mempunyai perilaku yang masih bangga jika melanggar aturan. Semuanya kembali kepada diri sendiri. Sedangkan masyarakat yang maju adalah masyarakat yang mau diatur dan taat hukum. Di sini Indonesia kadang kritikan tajam ke pemerintah tetapi tidak diikuti oleh keinginan kuat untuk introspeksi diri mau mengikuti aturan main yang dilakukan baik pemerintah maupun aturan yang datang dari masyarakat sendiri.

Ada baiknya merenungkan kata kata ini,

"Jika kau tak mampu menerima Kekalahan, maka kau tak mampu merayakan kemenangan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun