Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kalah dan Menang Itu Resiko Pemilu Kembalilah Tebar Kasih Sayang

13 Februari 2024   13:52 Diperbarui: 13 Februari 2024   15:45 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
triplettransport.com

Sekali lagi kalah dan menang itu resiko Pemilu, setelah pemilu siapapun pemenangnya harus diapresiasi, kalau ada kekurangan diberi masukan, kalau ada penyimpangan diperingatkan dan diingatkan. Yang penting ada kejelasan aturan dan hukum. Terkadang manusia emosi ketika ada ketidakwajaran, tetapi ketidakwajaran harus dilihat secara komprehensif, bukan hanya tendensius karena beda pilihan ideologi dan partai politik.

Kegaduhan hanya memunculkan ketidaknyamanan dan akan berpengaruh kehidupan kemasyarakatan. Saat hari tenang masyarakat perlu merenung, meditasi, berserah doa menyerahkan pilihannya sebagai pilihan hati nurani. Kalau ditarik dalam etika dan sopan-santun siapapun politisi tidak akan pernah sempurna.Selalu ada kekurangan yang dimiliki manusia. Begitupun calon pemimpin. Latar belakang kehidupan, jejak prestasi  sebagai pemimpin, kedekatan dengan pemangku kekuasaan, lingkaran pergaulan menjadi faktor penentu kuatnya kepemimpinan.

Yang menjadi PR masyarakat sudahkah masyarakat tinggal landas menjadi masyarakat yang modern dan mengikuti aturan hukum. Singapura misalnya bukan hanya pemerintahannya yang siap melaksanakan aturan disiplin dan sangsinya. Masyarakatnya sendiri sudah dididik untuk tertib dalam segala hal, sehingga pemerintah dan masyarakat bisa bersinergi. Di Indonesia kran demokrasi terbuka lebar, namun hukum lemah, aparat tidak berdaya menertibkan masyarakat yang perilaku, kedisiplinan dan penghargaan pada hukum dan aturan main masih rendah.

Siapapun pemerintah akan susah menertibkan masyarakat yang susah diatur dan mempunyai perilaku yang masih bangga jika melanggar aturan. Semuanya kembali kepada diri sendiri. Sedangkan masyarakat yang maju adalah masyarakat yang mau diatur dan taat hukum. Di sini Indonesia kadang kritikan tajam ke pemerintah tetapi tidak diikuti oleh keinginan kuat untuk introspeksi diri mau mengikuti aturan main yang dilakukan baik pemerintah maupun aturan yang datang dari masyarakat sendiri.

Ada baiknya merenungkan kata kata ini,

"Jika kau tak mampu menerima Kekalahan, maka kau tak mampu merayakan kemenangan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun