Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Siapakah Aku di Kompasiana?

29 Agustus 2023   20:58 Diperbarui: 29 Agustus 2023   21:13 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibandingkan Kompasianer lainnya yang aktif saya termasuk generasi tua yang masih berstatus penjelajah. Boro-boro harusnya sudah senior bahkan maestro. Lihat dari tahun gabung Pak Tjiptadinata itu junior saya tapi prestasi ya kalah jauh karena tidak setiap hari hadir menayangkan tulisan dan diantara mereka produktifitas saya kalah jauh.

Apakah saya iri? Harusnya iri karena penulis yang baik dan unggul salah satunya karena konsisten rajin menyapa pembaca. Saya mungkin termasuk kategori sombong karena jarang berkunjung, menanggapi artikel sesama kompasianer dan gampang bosan. Terkadang kalau tengah bosan, berbulan-bulan tidak menulis. Jadi boleh dikatakan di Kompasiana ini meskipun bercentang biru tapi nir prestasi.

Apakah saya tidak konsisten menulis, selama absen di Kompasiana. Tidak juga karena ada kemampuan lain seperti menggambar menulis indah (ijazah) masih digeluti (Apa hubungannya hehehe). Kompasiana bagaimanapun tetaplah prioritas platform blog. Meskipun tidak seaktif Pak Tjipta, selaju Mbak Ari Budianti, beberapa teman yang jauh masih sering membaca tulisan saya. Dan redaksi masih sering menempatkan tulisan saya di Headline terutama artikel seni budaya.

Kompasiana telah menyimpan 1398 tulisan saya sejak 2010. Beberapa artikel malah sering dijadikan rujukan, dan referensi seminar dan skripsi. Elok bukan tepuk tangan buat saya sendiri, ah canda. Tahun ini maaf mungkin tidak bisa memenuhi target karena banyaknya hari dan bulan yang sering saya lewatkan, maklumlah saya pegawai swasta eh guru swasta yang mesti rajin menulis RPP, menulis administrasi sekolah, mengikuti berbagai webinar, pelatihan menulis, pelatihan tetekbengek untuk mendapatkan bonus lebih sebagai guru yang bisa digugu dan ditiru. Nah diantara selipan pekerjaan ini kalau waktu kosong disempatkan menulis.

Ah, alasan, penulis itu harus pandai memanfaatkan waktu sesedikit mungkin menghasilkan tulisan-tulisan yang diupload di Kompasiana. Semakin sering menulis dan pandai membaca isu maka saldo gopay semakin tebal.

Yah sejak beberapa bulan lalu bahkan mungkin lebih dua tahun saya sudah pasrah kalau tidak mendapat jatah gopay karena keterbacaan tulisan saya tidak sebanyak teman-teman yang seringkali mendapat rejeki dan konsistensi menulis. Saya bukan penulis yang punya komitmen kuat untuk menang, lomba, menang sebagai yang terbaik. Mengalir saja, Senang bisa berbagi tulisan apalagi mendapat penilaian inspiratif, aktual menarik, unik, menghibur.

Mungkin tulisan saya tidak seberani teman-teman seperti Mas Yon Bayu, beberapa Kompasianer yang tulisannya sangat tegas dalam keberpihakan dan berprinsip. Tulisan saya anggaplah sebagai bahasa kalbu, bahasa manusia yang tidak berani mengkritik frontal. Kalau marah saya akan menggunakan bahasa sindiran, keluhan, kalau kecewa saya menempatkan diri sebagai orang lain yang sering menumpahkan kekecewaan karena pengalaman gagal dan dikecewakan.

Mungkin saya pernah kecewa karena begitu banyaknya tulisan di Kompasiana tidak satupun yang mampu menggugah pengelola kompasiana untuk mengajukan diri mendapat award, entah sebagai penghargaan penulis terputih rambutnya atau sebagai penulis dengan like tersedang dan penulis senior yang masih bertahan di Kompasiana selain Omjay. Mariska Lubis saja sudah lama menghilang, banyak penulis yang aktif di sekitar 2010 telah hilang dari peredaran sedangkan saya sesekali masih mengirimkan artikel di Kompasiana.

Yuhuuu, tetapi saya berterimakasih kepada Kompasiana karena membentuk saya sebagai seorang penulis yang tetap masih berharap setelah pensiun nanti sebagai guru konsistensi menulis tidak luntur bahkan bisa dijadikan modal untuk memacu semangat diri agar terus menjaga asa menikmati hari tua dengan menulis.

Sejak awal  menulis di Kompasiana memang tidak menjanjikan secara finansial, tetapi kekayaan pengetahuan dan pengalaman menulis itu adalah sebuah harta yang tidak ternilai. Saya mendapat banyak ilmu dari teman-teman penulis, mereka memberi pengalaman hidup yang sangat berharga. Penulis yang datang dari berbagai kalangan. Dari Doctor dengan keahlian khusus, wartawan, guru senior, pengusaha, motivator, konten kreator, mantan wartawan, novelis, hotelier, buruh pabrik, blogger.

Mereka pasti menulis karena berangkat dari kesukaan membaca, travelling, beraudiensi, praktisi pengusaha, penulis jempolan. Di sini tidak terlihat kesombongan intelektual dengan menempatkan diri sebagai yang lain dari para penulis recehan seperti saya yang hobi menulis berdasarkan kesukaan membaca, terbiasa curhat dengan cara menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun