Rasanya sedih nian melihat buku yang notabene adalah sumber ilmu lama-lama lenyap ditelan bumi digantikan oleh alat canggih modern yang bisa ditenteng ke mana-mana. Mau membaca buku buku dengan notebook, gawai, yang bisa dilipat-lipat dan semakin praktis dikantongi.
Mau presentasi tidak harus membawa laptop ke mana-mana, cukup disimpan di drive dan dilinktree, power point bisa dishare tanpa harus membawa flash disk cukup disimpan di media penyimpanan yang bisa menampung bertera-tera bite dengan menggunakan aplikasi penyimpanan atau membayar google one.Â
Sedangkan untuk perkantoran link penyimpanan sudah terintegrasi dalam link email perusahaan. Tidak perlu membeli lagi ruang penyimpanan.
Sebetulnya ketika usia semakin senja sangat susah sekali memahami bahasa digital, tetapi karena tuntutan perut dan masih ingin bekerja, yang sangat susah dilakukan harus terus menerus dipelajari.Â
Saat ini berbagai pelatihan lewat online dengan penggunaan Zoom, Youtube live streaming, menjamur. Para pembicara tidak harus datang ke sebuah daerah pengundang, cukup diberi akses Zoom maka seminar berjalan sukses, interaksi bisa dilakukan dengan cara membuka komunikasi lewat chat atau lewat berbagai fitur yang memungkinkan berdialog lintas arah, cukup membuka ruang audio atau video yang bisa memperlihatkan wajah kita saat berbicara atau sedang bertanya. Tapi dengan catatan jaringan internetnya kuat, kalau lemah akan terganggu karena suara dan gambarnya akan terputus-putus.
Perkembangan digital sangat cepat berkembang terutama ketika dunia diterjang bencana penyakit Covid-19. Ribuan dan jutaan manusia mengalihkan aktivitas dengan bantuan media digital.Â
Dari perkembangan digital membuat kebiasaan lama terutama membaca buku, belajar lewat interaksi langsung manusia dan manusia jauh menyusut. Komunikasi tergantikan dengan media digital yang bisa dilakukan antar kota, antar kota, antar negara tanpa harus beranjak dari kursi.
Seni Membaca Buku dan Memorablenya
Membaca buku adalah sebuah kenangan terindah, mesti ada waktu khusus agar bisa santai membaca. Ada ruang sunyi yang membuat manusia nyaman berselancar dalam cerita-cerita yang diciptakan oleh sang pengarang.Â
Untuk memahami dunia penulis dan pengarang manusia mesti sabar membaca larik demi larik kata. Kalau pengarangnya mempunyai imajinasi cerdas, punya pemikiran runtut, detail, dan luas maka akan tercipta dialog luar biasa antara pengarang dan pembacanya.
Pembaca pun seperti mempunyai ruang imajinasi luas untuk bisa memahami bahasa pengarangnya. Itu dulu saat kebiasaan membaca masih menjadi ruang yang menyenangkan.Â
Kini dengan munculnya gawai dunia terserap semuanya lewat benda cerdas yang mesti bergantung pada dunia elektrik, listrik, dan tentu saja internet. Tanpa kuota internet atau wifi jangan harap bisa mengakses media sosial.