Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

150 Headline di Kompasiana dan Pengalaman Penulis Centang Biru

30 Desember 2022   18:32 Diperbarui: 30 Desember 2022   20:59 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
statistik Tulisan di Kompasiana (Screenshot. Dokpri)

Saya berjanji akan menulis kesan saya saat akhirnya bisa mengoleksi artikel Headline ke 150. Penulis pikir sebetulnya bukan sebuah pencapaian spesial, dibandingkan teman-teman penulis lain yang bisa lebih dari duaratus bahkan mungkin lebih dari 500 selama bergabung dengan Kompasiana.

Privilege Penulis Centang Biru

Hak istimewa sebagai penulis dengan centang biru adalah hampir seluruh artikel di tahun ini mendapatkan anugerah pilihan. Total Headline 22. Mungkin Kompasiana percaya dengan kualitas tulisan penulis centang biru. Penulis pikir jujur bukan mau sombong tetapi privilege sebagai penulis centang biru itu memberi banyak kesempatan untuk dilirik redaksi Kompasiana. Penulis centang biru dipercaya bisa menampilkan artikel berkualitas sesuai dengan bidang peminatan penulis. Dari keseluruhan tulisan saya sebetulnya tidak ada yang spesifik, saya mengikuti perjalanan ide saja, tetapi dari keseluruhan tulisan yang paling banyak adalah sosial budaya, humaniora dan bidang-bidang yang memang cukup penulis ketahui.

Penulis jarang menulis tentang ekonomi karena terus terang tidak begitu menguasainya, jarang menulis tentang bisnis, saham dan dunia usaha karena terus terang tidak piawai di bidang itu. Penulis harus jujur pada diri sendiri, jujur untuk menulis yang sesuai passion atau hal-hal yang sering penulis baca di buku, di majalah, koran atau saat melihat berita televisi.  Bertahun-tahun membaca dan mengikuti isu-isu politik, budaya, sesekali olah raga, dan mencoba juga menulis fiksi untuk mengasah daya imajinasi.

screenshot Artikel Penulis yang menjadi Headline di Kompasiana(dokpri)
screenshot Artikel Penulis yang menjadi Headline di Kompasiana(dokpri)

Artikel masuk sebagai Headline itu benar-benar membuat penulis bertambah motivasi untuk menampilkan hal-hal yang inspiratif, perlu referensi terpercaya dan tentu saja bukan artikel yang sekedar mencuplik, menduplikasi bahkan melakukan plagiasi.

Bukan berarti penulis tidak pernah menyadur atau menampilkan cuplikan tulisan dari penulis lain atau menyadur berita atau artikel dari buku. Kalau menyadur sebisa mungkin mencantumkan sumber referensinya sehingga tidak terkesan hanya mencuplik dan plagiasi dari artikel-artikel yang sudah ada.

Aturan main di Kompasiana perlu diperhatikan, terutama tidak berusaha menjustifikasi tokoh tertentu, melakukan pemaksaan tema artikel yang bersifat menuduh atau menjelek-jelekkan organisasi atau tokoh tertentu. Kalaupun ada pemihakan tetap dalam koridor penulisan yang berusaha netral dan mengkritisinya dengan disertai masukan dan dari referensi terpercaya yang cenderung kualified sumber beritanya.

Ada kalanya tulisan saya sering diperingatkan Kompasiana bahkan akhirnya tidak tayang karena mungkin tidak layak karena bisa menimbulkan persepsi tertentu pada pembaca. Setahu saya penulis centang biru itu biasanya sudah melewati limit tertentu jumlah Headline hingga akhirnya Kompasiana memberi ganjaran centang biru.

statistik Tulisan di Kompasiana (Screenshot. Dokpri)
statistik Tulisan di Kompasiana (Screenshot. Dokpri)

Perjalanan sampai centang biru itu tidak mudah bagi penulis. Ketika sudah melewati ratusan tulisan tetapi belum juga naik statusnya itu sebuah kegelisahan tersendiri, tetapi lama-kelamaan sadar sendiri bahwa bukan tujuan utama penulis mendapat predikat centang biru, tetapi lebih fokus pada peningkatan kualitas tulisan, mengurangi kesalahan-kesalahan prinsip dalam menulis, meskipun tidak perlu kaku membuat tulisan seperti aturan baku penulisan seperti penulis-penulis lain yang berangkat dari akademisi atau mereka yang belajar lama di kampus untuk menguasai tata bahasa. Penulis lebih pada belajar dari pengalaman, belajar dari susunan kata yang pernah penulis baca.

Buku filsafat, novel, pengetahuan umum kamus, ensiklopedi, artikel kompas, artikel opini dari koran lain, artikel feature dari penulis-penulis yang ahli dalam menulis feature. Semakin sering membaca, semakin tekun menulis maka dalam perjalanan waktu membentuk karakter tulisan.

Itulah pengalaman kalaupun penulis sekarang sudah centang biru bukan berarti tulisan penulis lebih bagus atau lebih berkualitas dari penulis lainnya yang baru bergabung atau pengalaman penulis yang masih pemula. Bahkan banyak penulis yang belum centang biru tulisan-tulisannya sangat inspiratif, banyak artikel yang bermanfaat dan memberi banyak warna terhadap ragam tulisan di Kompasiana.

Yang jelas bila penulis ingin mencapai taraf tertentu dalam hal penulisan, konsistensi, kesetiaan, kesabaran, ketekunan, kejujuran harus menjadi pegangan bagi penulis. Kalau dari awal ingin menampilkan tulisan yang masuk headline, namun mengorbankan kejujuran dengan menduplikasi artikel lainnya, tentu saja akan menjadi blunder di kemudian hari. Kalau ingin instan dan cepat populer, cepat sukses, hingga pada akhirnya ada rasa frustasi jika dirinya tidak kunjung mendapat predikat centang biru hingga akhirnya ngambeg dan tidak menulis sama sekali, tentu bukan yang diharapkan para penulis.

Penulis itu punya takdirnya sendiri, tetapi bukan berarti menggantungkan diri pada takdir dan nasib baik. Sepanjang waktu penulis harus tetap berjuang, meyakinkan diri, meyakinkan keluarga, meyakinkan pembaca bahwa ia ada untuk memberikan sharing pengalaman, sharing pengetahuan.

Penulis sendiri sering merasa frustrasi ketika melihat teman-teman seangkatan atau teman-teman angkatan baru sudah melesat dan berhasil menjadi penulis jempolan. Mereka membawa talentanya sendiri dan bisa meraih yang tidak bisa diraih penulis lain, mendapat anugerah sering memenangkan lomba menulis, sering mendapatkan proyek menulis sehingga akhirnya yakin memilih dunia menulis sebagai profesinya.

Sampai saat jujur mengaku karena menulis lebih sekedar hobi, dan dilakukan hanya saat di sela-sela kerja,maka

 penulis merasa kurang total dalam menekuni dunia tulis menulis, padahal banyak teman yang bisa mendeklarasikan diri sebagai penulis dengan segala resiko, termasuk pemasukan yang tetap seperti karyawan, guru tetap, CEO, manager BMUN atau lembaga milik pemerintah. Pemasukannya didasarkan oleh aktivitas menulis, kalau tidak menulis makan cuan pun melayang.

Penulis profesional harus mempunyai target, punya planning jelas mau menulis apa, sehari menghasilkan berapa artikel, punya budget untuk bisa meningkatkan kemampuan dengan membaca buku, mencari referensi valid, melakukan penelitian, observasi dan sebagainya untuk bisa menunjang kualitas tulisan.

Sedangkan penulis seperti saya lebih pada hobi, masih mengandalkan pekerjaan lain yang bisa dijadikan sumber penghasilan.  Pada intinya jika ingin profesional maka pekerjaan apapun harus dilakukan dengan totalitas. Jika dilakukan dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa pasti suatu saat apa yang ditekuni, dilakukan dengan tekun akan membawa manfaat.

Ada point penting yang menurut penting jika anda yang ingin mendapatkan centang biru (itu menurut pengalaman penulis)

1. Terus membaca dan mengisi pikiran dengan masukan-masukan bermanfaat terutama dari bacaan-bacaan yang inspiratif, penuh motivasi, penuh pengalaman kehidupan. Kalau membaca dan menulis seimbang nanti kualitas tulisan akan berjalan mengikuti.

2. Jangan cepat putus asa jika dalam perjalanan menulis belum juga mendapatkan tanda-tanda akan mendapat anugerah centang biru, Yang penting fokus pada tulisan, kalau perlu tunjukkan peminatan pada tema tertentu yang anda kuasai.

3. Sering melakukan diskusi dengan penulis lain untuk mendapatkan pengalaman, karena bisa jadi dengan banyak diskusi akan membuka peluang lain terutama membangun network, komunitas yang bisa diajak kerjasama untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis dan mengulas sebuah tema yang menjadi ciri khas penulis.

4. Selalu perhatikan aturan main di manapun institusi, platform media online atau media massa karena akan lebih mudah mendapatkan simpati dan perhatian dari pengelola platform seperti halnya Kompasiana.

5. Percaya pada diri sendiri dan percaya pada Tuhan bahwa niat baik, semangat untuk sukses akan mendapat ganjarannya asal dilakukan dengan kesabaran, ketekunan dan tidak mudah putus asa.

6. Jalani hobi atau profesi dengan gembira meskipun dalam perjalanan waktu sering mendapat kesulitan, masalah, godaan yang membuat seseorang merasa lemah dan putus asa.

Itulah sedikit pengalaman penulis semoga berguna. Semoga sharing pengalaman penulis berguna bagi anda pembaca Kompasiana, baik yang sudah lebih sukses, lebih pengalaman, lebih mempunyai seabreg prestasi, karena penulis sendiri yakin apapun tulisan dari penulis terutama di Kompasiana akan menambah pengalaman dan pengetahuan dari pembacanya. Selamat menyambut Tahun Baru 2023. Damai di bumi damai di Hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun