Itulah pengalaman kalaupun penulis sekarang sudah centang biru bukan berarti tulisan penulis lebih bagus atau lebih berkualitas dari penulis lainnya yang baru bergabung atau pengalaman penulis yang masih pemula. Bahkan banyak penulis yang belum centang biru tulisan-tulisannya sangat inspiratif, banyak artikel yang bermanfaat dan memberi banyak warna terhadap ragam tulisan di Kompasiana.
Yang jelas bila penulis ingin mencapai taraf tertentu dalam hal penulisan, konsistensi, kesetiaan, kesabaran, ketekunan, kejujuran harus menjadi pegangan bagi penulis. Kalau dari awal ingin menampilkan tulisan yang masuk headline, namun mengorbankan kejujuran dengan menduplikasi artikel lainnya, tentu saja akan menjadi blunder di kemudian hari. Kalau ingin instan dan cepat populer, cepat sukses, hingga pada akhirnya ada rasa frustasi jika dirinya tidak kunjung mendapat predikat centang biru hingga akhirnya ngambeg dan tidak menulis sama sekali, tentu bukan yang diharapkan para penulis.
Penulis itu punya takdirnya sendiri, tetapi bukan berarti menggantungkan diri pada takdir dan nasib baik. Sepanjang waktu penulis harus tetap berjuang, meyakinkan diri, meyakinkan keluarga, meyakinkan pembaca bahwa ia ada untuk memberikan sharing pengalaman, sharing pengetahuan.
Penulis sendiri sering merasa frustrasi ketika melihat teman-teman seangkatan atau teman-teman angkatan baru sudah melesat dan berhasil menjadi penulis jempolan. Mereka membawa talentanya sendiri dan bisa meraih yang tidak bisa diraih penulis lain, mendapat anugerah sering memenangkan lomba menulis, sering mendapatkan proyek menulis sehingga akhirnya yakin memilih dunia menulis sebagai profesinya.
Sampai saat jujur mengaku karena menulis lebih sekedar hobi, dan dilakukan hanya saat di sela-sela kerja,maka
 penulis merasa kurang total dalam menekuni dunia tulis menulis, padahal banyak teman yang bisa mendeklarasikan diri sebagai penulis dengan segala resiko, termasuk pemasukan yang tetap seperti karyawan, guru tetap, CEO, manager BMUN atau lembaga milik pemerintah. Pemasukannya didasarkan oleh aktivitas menulis, kalau tidak menulis makan cuan pun melayang.
Penulis profesional harus mempunyai target, punya planning jelas mau menulis apa, sehari menghasilkan berapa artikel, punya budget untuk bisa meningkatkan kemampuan dengan membaca buku, mencari referensi valid, melakukan penelitian, observasi dan sebagainya untuk bisa menunjang kualitas tulisan.
Sedangkan penulis seperti saya lebih pada hobi, masih mengandalkan pekerjaan lain yang bisa dijadikan sumber penghasilan. Â Pada intinya jika ingin profesional maka pekerjaan apapun harus dilakukan dengan totalitas. Jika dilakukan dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa pasti suatu saat apa yang ditekuni, dilakukan dengan tekun akan membawa manfaat.
Ada point penting yang menurut penting jika anda yang ingin mendapatkan centang biru (itu menurut pengalaman penulis)
1. Terus membaca dan mengisi pikiran dengan masukan-masukan bermanfaat terutama dari bacaan-bacaan yang inspiratif, penuh motivasi, penuh pengalaman kehidupan. Kalau membaca dan menulis seimbang nanti kualitas tulisan akan berjalan mengikuti.
2. Jangan cepat putus asa jika dalam perjalanan menulis belum juga mendapatkan tanda-tanda akan mendapat anugerah centang biru, Yang penting fokus pada tulisan, kalau perlu tunjukkan peminatan pada tema tertentu yang anda kuasai.