Saya berjanji akan menulis kesan saya saat akhirnya bisa mengoleksi artikel Headline ke 150. Penulis pikir sebetulnya bukan sebuah pencapaian spesial, dibandingkan teman-teman penulis lain yang bisa lebih dari duaratus bahkan mungkin lebih dari 500 selama bergabung dengan Kompasiana.
Privilege Penulis Centang Biru
Hak istimewa sebagai penulis dengan centang biru adalah hampir seluruh artikel di tahun ini mendapatkan anugerah pilihan. Total Headline 22. Mungkin Kompasiana percaya dengan kualitas tulisan penulis centang biru. Penulis pikir jujur bukan mau sombong tetapi privilege sebagai penulis centang biru itu memberi banyak kesempatan untuk dilirik redaksi Kompasiana. Penulis centang biru dipercaya bisa menampilkan artikel berkualitas sesuai dengan bidang peminatan penulis. Dari keseluruhan tulisan saya sebetulnya tidak ada yang spesifik, saya mengikuti perjalanan ide saja, tetapi dari keseluruhan tulisan yang paling banyak adalah sosial budaya, humaniora dan bidang-bidang yang memang cukup penulis ketahui.
Penulis jarang menulis tentang ekonomi karena terus terang tidak begitu menguasainya, jarang menulis tentang bisnis, saham dan dunia usaha karena terus terang tidak piawai di bidang itu. Penulis harus jujur pada diri sendiri, jujur untuk menulis yang sesuai passion atau hal-hal yang sering penulis baca di buku, di majalah, koran atau saat melihat berita televisi. Â Bertahun-tahun membaca dan mengikuti isu-isu politik, budaya, sesekali olah raga, dan mencoba juga menulis fiksi untuk mengasah daya imajinasi.
Artikel masuk sebagai Headline itu benar-benar membuat penulis bertambah motivasi untuk menampilkan hal-hal yang inspiratif, perlu referensi terpercaya dan tentu saja bukan artikel yang sekedar mencuplik, menduplikasi bahkan melakukan plagiasi.
Bukan berarti penulis tidak pernah menyadur atau menampilkan cuplikan tulisan dari penulis lain atau menyadur berita atau artikel dari buku. Kalau menyadur sebisa mungkin mencantumkan sumber referensinya sehingga tidak terkesan hanya mencuplik dan plagiasi dari artikel-artikel yang sudah ada.
Aturan main di Kompasiana perlu diperhatikan, terutama tidak berusaha menjustifikasi tokoh tertentu, melakukan pemaksaan tema artikel yang bersifat menuduh atau menjelek-jelekkan organisasi atau tokoh tertentu. Kalaupun ada pemihakan tetap dalam koridor penulisan yang berusaha netral dan mengkritisinya dengan disertai masukan dan dari referensi terpercaya yang cenderung kualified sumber beritanya.
Ada kalanya tulisan saya sering diperingatkan Kompasiana bahkan akhirnya tidak tayang karena mungkin tidak layak karena bisa menimbulkan persepsi tertentu pada pembaca. Setahu saya penulis centang biru itu biasanya sudah melewati limit tertentu jumlah Headline hingga akhirnya Kompasiana memberi ganjaran centang biru.
Perjalanan sampai centang biru itu tidak mudah bagi penulis. Ketika sudah melewati ratusan tulisan tetapi belum juga naik statusnya itu sebuah kegelisahan tersendiri, tetapi lama-kelamaan sadar sendiri bahwa bukan tujuan utama penulis mendapat predikat centang biru, tetapi lebih fokus pada peningkatan kualitas tulisan, mengurangi kesalahan-kesalahan prinsip dalam menulis, meskipun tidak perlu kaku membuat tulisan seperti aturan baku penulisan seperti penulis-penulis lain yang berangkat dari akademisi atau mereka yang belajar lama di kampus untuk menguasai tata bahasa. Penulis lebih pada belajar dari pengalaman, belajar dari susunan kata yang pernah penulis baca.
Buku filsafat, novel, pengetahuan umum kamus, ensiklopedi, artikel kompas, artikel opini dari koran lain, artikel feature dari penulis-penulis yang ahli dalam menulis feature. Semakin sering membaca, semakin tekun menulis maka dalam perjalanan waktu membentuk karakter tulisan.