Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ferdy Sambo dan Citra Polisi yang Tertatih-Tatih

1 November 2022   11:30 Diperbarui: 1 November 2022   11:31 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak peristiwa pembunuhan Brigadir J oleh Bharada E yang didalangi oleh Irjen Ferdy Sambo. Polisi terus dihantam masalah demi masalah. Seperti citra polisi benar-benar luluh lantak. Kalau ingin memperbaikinya butuh waktu yang lama, sama seperti saya yang lama bahkan awalnya tidak tertarik dengan kasus"besar" ferdy Sambo yang ujung-ujungnya seperti menguliti wajah kepolisian.

Polisi Dari Waktu ke Waktu

Polisi yang diharapkan dapat memberantas kejahatan, dapat meminimalisir kriminalitas dan membuat negara bisa menciduk para pelaku kejahatan besar seperti memotong lingkaran setan narkoba, mengurangi hasrat korupsi pejabat, memberi contoh bagaimana dunia kriminal tidak lagi gelap pekat oleh korupsi, kongkalikong dan saling sikut. Ternyata oh ternyata polisi malah tempat yang nyaman untuk berlindung bagi bandar narkoba dan penyelewengan perdagangan illegal.

Polisi yang seharusnya memberantas kriminal malah biangnya kriminal. Sengkarut polisi itu sebetulnya sudah lama, namun semua orang rasanya segan dan enggan menguak citra polisi yang sebetulnya sudah cukup runyam sejak masa lalu. Namun, penulis optimis masih banyak polisi yang baik, namun sayangnya Ferdy Sambo oleh masyarakat seperti simbol bagai gagalnya polisi memperbaiki citranya sebagai aparat yang benar-benar memanfaatkan jabatannya sebagai aji mumpung, mumpung punya jabatan maka mereka mempergunakan kekuasaannya untuk memeras para bandar, melindungi mereka dengan catatan mendapat keuntungan besar dari bisnis perusak generasi muda itu.

Narkoba,  benar-benar perusak anak muda. Ketika sudah merasakan nikmatnya narkoba, ketergantungan datang, apapun dilakukan untuk mendapatkannya termasuk berbuat kriminal, mencuri, merampok, membobol bank, melakukan tindakan pemaksaan kepada orang tua untuk menjual perabotan rumah, minta uang, minta modal, untuk bersenang-senang dan sakau oleh pengaruh narkoba yang membuat ada semacam ketergantungan amat sangat pada benda yang diracik dari bahan kimia dan tanaman-tanaman semacam ganja, mariyuana, obat penenang, obat yang membuat perasaan happy dalam jangka waktu lama.

Ferdy Sambo benar-benar merusak citra polisi. Dan ternyata, sejak kejahatan Ferdy Sambo terkuak, beruntun muncul banyak kasus yang melibatkan polisi baik yang pangkatnya rendah maupun selevel jenderal. Dari kasus Ferdy Sambo menyerempet ke pamen polisi lainnya yang membuat mereka yang masuk jajaran perwira tinggi terlilit kasus kriminal dan perlindungan pada tindak kejahatan.

Bukan main-main berturut-turut banyak petinggi polisi terkuak, hidup mewah dan kaya raya dari perlindungan pada gembong kejahatan kelas kakap. Meskipun banyak polisi yang masih bekerja dengan sepenuh hati dan lurus, namun akibat pemberitaan Sambo, citra polisi benar-benar mengalami degradasi.

Tugas polisi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat khususnya dari ancaman kriminalitas, ancaman kejahatan, perampokan dan juga bahaya obat-obatan psikotropika, narkotika, mariyuana, sabu-sabu, putaw, penggunaan obat bius berlebihan. Hanya sayangnya saat ini peredaran narkoba seperti menemui jalan buntu, sebab disamping kuatnya kartel, polisi juga ternyata sebagai pihak yang melindungi para kartel. Dengan iming-iming uang berlimpah, bernilai jutaan, milyaran bahkan trilyunan.

Hedonisme, kekayaan polisi yang luar biasa membuat masyarakat curiga, darimana kekayaan para petinggi polisi itu berasal. Jika hanya mengandalkan gaji polisi murni, tidak mungkin polisi bisa mengoleksi motor besar, mobil mewah, rumah di mana-mana, dan juga tabungan tanah dan harta bergerak lainnya.

Yang terakhir adalah Teddy Minahasa yang berpangkat Irjenpol, yang rencananya akan menduduki jabatan kapolda Jatim. Kehidupan mewah, uang berlimpah mobil mewah dan motor gede. Ada di garasi rumahnya. Presiden Jokowi sendiri sudah mewanti-wanti pada para polisi khususnya perwira tinggi polisi untuk tidak memperlihatkan kehidupan hedon yang membuat masyarakat semakin terluka.

Polisi Hoegeng Tidak Diikuti Polisi Sekarang?

Teladan Jendral Polisi Hoegeng ternyata tidak mempan, hanya segelintir polisi yang bisa tetap hidup sederhana.Salah Satunya Brigjen Yehu Wangsajaya. Mereka yang bisa bertahan hidup sederhana, tidak tergoda terhadap permainan para kartel dan cukong, bandar narkoba dan sejenisnya terjepit oleh pengaruh lingkungan yang membuat godaan semakin berat.

 Brigjen Yehu Wangsajaya Sumber: gridoto.com
 Brigjen Yehu Wangsajaya Sumber: gridoto.com

Semoga saja semakin banyak polisi benar-benar menjadi pelayan masyarakat, membantu dengan tulus untuk melindungi masyarakat dari ancaman kejahatan terstruktur. Jika polisi bisa diandalkan masyarakat akan merasa damai, sebab masyarakat merasa mendapatkan perlindungan dari aparat yang sewaktu-waktu datang membantunya, bukan malah memeras, dan minta sejumlah uang untuk fee laporan kehilangan.

Penulis pernah kehilangan motor. Sesuai prosedur penulis lapor ke polisi dengan aduan kehilangan motor, untuk tindakan pencarian motor curian, polisi minta sejumlah uang untuk biaya operasi, Penulis merasa sudah jatuh tertimpa tangga, kejepit batu ketumpahan cat. Benar-benar tidak berdaya dan merasa sia-sia melaporkan kehilangan sebab bukannya motor ketemu, malah tambah runyam oleh pungutan oleh oknum polisi. Bulan berganti bulan, tidak ada berita, terakhir polisi hanya menemukan motor tinggal kerangka.

Untung saja dulu kehilangannya di parkiran Gramedia Yogyakarta, dengan  bukti tiket parkir maka oleh managemen Gramedia diberi ganti rugi yang cukup untuk membeli motor bekas. Masih untung ada penggantian coba kalau mengandalkan jasa polisi, bisa gila menunggunya berbulan-bulan malah setahun, tahu-tahu hanya kerangkanya saja yang ketemu. Syedih.

"Kalau sedih ada es Sambo, eh es mambo, untuk menyegarkan tubuh dari panasnya jiwa, dari pada di PHP in, mending menyesap es mambo rasa sersat atau rasa mangga. "

Oh Ferdy Sambo, dulu ada cerita penculikan dan pembunuhan para jendral oleh Gembong PKI dalam peristiwa 30 September, sekarang Jendral membunuh anak buahnya   karena urusan perempuan ataukah ada motif lain dibalik pembunuhan Barada J. Masih panjang persidangannya dan masih menjadi perbincangan di dunia maya. Bagaimana endingnya, selalu tidak pernah ada kepastian. Karena jika benar-benar dibuka akan banyak yang terseret dalam pusaran masalah.                                                     

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun