Hanya penyesalanku aku belum berani dengan merdeka memberanikan diri total menulis. Kuanggap hanya sebagai hobi meskipun dari menulis aku sering mendapat honor.
Pengalaman masa lalu itu membuat aku kembali tersenyum akhirnya ketika umurku semakin menua tumbuh lagi gairah menulis, sampai tidak terasa ribuan artikel lahir, beberapa novel, cerpen, puisi menegasikan di mesin pencari bahwa memang benar aku ini penulis, sebab memang ada karya, ada yang bisa diperlihatkan dan ditelusuri siapa aku.
Bukan sombong, sebutlah aku penulis meskipun aku malu sebetulnya merasa sombong, sebab aku merasa belum apa-apa dibandingkan penulis lainnya yang sudah  berani menyatakan hidup dari menulis. Sampai saat ini aku masihlah amatir, Sebab menulis itu bukan penghasilan utamaku, kalau sudah menjadi sumber penghasilan utama maka bisa dikatakan penulis profesional.
Okelah bagaimanapun aku bersyukur, masih ada pekerjaan yang selalu berhubungan dengan menulis, bisa menulis sambil terus belajar memperkuat posisiku pada pekerjaan yang sekarang ini kugeluti yaitu guru, pendidik, yang dulunya berusaha aku hindari. Ternyata guru akhirnya menjadi pekerjaan utama saat ini. Mungkin karena lingkungan, orang tua, saudara yang hampir semua guru, penginnya keluar dari lingkaran guru, tetapi ternyata susah, dan akhirnya kuputuskan menikmati profesi sebagai seorang guru, yang lama-lama enak juga meskipun tidak menjanjikan secara finansial tapi ada kepuasan bathin dan bisa cukup ala kadarnya.
Artikel ini terinspirasi pada tulisan Pepih Nugraha di Facebook dan buku yang saya pesan langsung dari beliau (gambar covernya dipajang)