Apalagi  Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM). Calon pemimpin bangsa, jago dalam organisasi, bukan hanya pintar melontarkan jargon, namun harus kritis, luas literasinya selalu update mengikuti perkembangan nasional maupun internasional.
Daya kritis yang muncul sekali lagi bukan hanya sekedar gagah-gagahan namun benar-benar mewakili aspirasi masyarakat.Â
Kalau hidup mahasiswa masih banyak rebahan, lebih sering di rumah, jarang melihat situasi masyarakat sesungguhnya tetapi sangat getol berdemo, berarti demo mahasiswa bisa disebut ambigu.
Situasi di tahun 1998 dengan situasi sekarang jauh berbeda. Masa sekarang-sekarang ini banyak persoalan yang membuat pemerintah belum sempurna membuat masyarakat sejahtera. Covid-19 yang mengguncang dunia. Banyak negara belum bisa pulih perekonomiannya, banyak negara maju mengalami inflasi bahkan ada yang bangkrut.
Dunia yang masih sakit itu tentu membuat pemerintah tidak bisa memberi jaminan kesejahteraan secara maksimal, masih ada celah kekurangan di sana-sini. Tapi apakah selama ini pemerintah tidak pernah berusaha menjaga agar negara tetap stabil dan mampu membayar utang dan terus menggerakkan roda ekonomi? Obyektiflah mahasiswa.
Kalau negara masih aman dan ambang batas inflasi masih terkendali maka perlu ada apresiasi, bukan hanya mengumpat dan mencecar dengan kritik yang cenderung hanya mengusung konsep antitesa.
Sejauh mana mahasiswa mampu melihat kesulitan pemerintah, bukan hanya pandai menilai dan memberi raport merah tanpa melihat secara obyektif. Mulailah berpikir membantu pemerintah atau siapa saja dengan sumbangsih pemikiran, baik dengan artikel, jurnal ilmiah maupun terjun langsung ke masyarakat.
Apalagi mereka yang terpilih menjadi Badan Eksekutif Mahasiswa, segelintir mahasiswa yang terpilih sebagai pemimpin alangkah eloknya bukan hanya menyisihkan waktunya untuk melakukan demonstrasi, namun bisa membuat kajian teknologi terbarukan, menggerakkan masyarakat civitas akademika untuk berkreasi untuk masa depan Indonesia.
Situasi sekarang, siapapun pemimpinnya akan menghadapi badai kesulitan. Bahkan negara-negara maju pun tengah terguncang dengan inflasi seperti Amerika, United Kingdom, China. Bermula dari Covid-19. Banyak negara belum pulih ekonominya dan malah menghadapi resesi akibat pandemi, perang Ukraina dan Rusia serta sumber daya alam yang semakin menipis. Pemanasan global dan krisis hampir di segala lini.
Mahasiswa perlu menyimpan energi untuk memenuhi pusat-pusat penelitian pengkajian berbasis teknologi ramah lingkungan yang akan membantu masyarakat keluar dari ketergantungan terhadap minyak bumi.