Anies Baswedan telah usai menjalani tugas sebagai gubernur Jakarta periode 2017-2022. Ganjar Pranowo masih menyisakan waktu 1 tahun sebagai Gubernur Jawa Tengah periode kedua. Dalam survey tentang calon presiden keduanya mendapatkan peringkat bagus paling nggak 3 besar selalu menjadi favorit lembaga survey disamping Prabowo Subianto. Mereka melambung salah satunya karena pemberitaan di media sosial.
Dalam pembelahan suara netizen dikenal istilah kecebong untuk para netizen, buzzer, influencer pendukung Joko Widodo. Sedangkan kampret dan kadal gurun ( kadrun) untuk mereka yang masuk dalam kubu Anies Baswedan. Bagi netizen yang kontra menamakan Anies sebagai tokoh politik identitas.
Isu-Isu Yang Membelah Netizen
Politik Identitas memainkan isu agama, didukung oleh tokoh-tokoh agama yang radikal, dengan paham  agama yang cenderung fanatik dan kurang suka melakukan pendekatan yang toleran terhadap agama lain. Lebih senang turun ke jalan dengan menyerang penguasa saat ini terutama Jokowi yang digambarkan sebagai pendukung PKI dan berkiblat ke China.
Dari politik identitas berbagai isu pun terlontar, seperti identitas Jokowi yang diragukan, bahkan ada yang berani terang-terangan menyebut Jokowi antek komunis, plonga-plongo dan hari-hari ini diserang dengan isu bahwa semua ijazah Jokowi palsu.
Dari kubu kecebong sebenarnya mereka juga andil untuk memecah suara masyarakat terus menyerang lawan dengan isu pribumi non pribumi, memainkan playing victim terhadap sosok Anies yang dari awal digambarkan sebagai tokoh dibalik intoleransi dan politik identitas. Mereka terus menjadi bamper dan terus mengkounter pemerintah dalam hal ini Jokowi, dengan menyerang balik dan menyebut Anies sebagai Wan Abut, keturunan Arab (Yaman). Tidak pantas menjadi pemimpin Indonesia karena dalam mesin pencari google ditemukan bahwa jika mengetik kata gubernur terbodoh maka yang muncul di layar adalah Anies Baswedan.
Jejak Anies dan Ganjar dalam Pusaran Perdebatan Netizen
Ganjar Pranowo, tokoh yang aktif di media sosial, semua kegiatannya tidak luput dari sorotan media sosial, dari instagram, facebook, bahkan mungkin tiktok. Orangnya supel, lebih sering di lapangan di tempat-tempat di mana masyarakat atau keramaian muncul. Dari awal Ganjar memang beda dengan pemimpin daerah lain. Ia jarang bekerja di kantor, lebih suka turun langsung ke masyarakat, Menerima pengaduan lewat medsosnya, dengan cepat merespon keluhan masyarakat.
Dari sepak terjangnya ia menuai simpati, namun  banyak yang nyinyir pada Ganjar sebagai orang yang "cuma"main medsos saja. diserang netizen saat ada kasus pembebasan lahan di desa Wadas,Purworejo. Serangan  dari netizen dan pengamat politik terhadap Ganjar antara lain indeks kemiskinan provinsi atau daerah. Jawa Tengah menurut data termasuk provinsi termiskin di Jawa, di bawah  Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Jakarta. Apakah benar yang dikatakan oleh lembaga pemeringkatan daerah tersebut?
Bicara data sebenarnya diragukan bahwa Jawa Tengah dikategorikan miskin, secara rata-rata dari pendapatan perkapita mungkin ya tetapi prosentasi penduduk miskin dan kaya tidak seekstrem daerah lain seperti Jakarta misalnya. Jakarta PDRB nya besar karena perputaran uang dan perdagangan memusat di Jakarta. Namun jika bicara penduduk miskin maka antara orang yang kaya raya dan yang miskin perbedaannya sangat mencolok. Sedangkan di Jawa Tengah yang memang PDB nya lebih kecil dan rerata UMR nya jauh di bawah provinsi lain di Jawa Tengah jurang perbedaan antara miskin dan kaya tidak ekstrem.
Ganjar sendiri mengalami ganjalan di partai tempat bernaungnya. Megawati dan jajaran elit PDIP tidak yakin dengan Ganjar, Â mereka masih ngotot untuk mendorong Puan Maharani sang putri mahkota menjadi bidak untuk bisa bersaing dengan calon presiden dan wakil presiden lain. Padahal dari banyak survey, elektabilitas Puan masih rendah, meskipun didukung oleh propaganda berupa spanduk, banner dan upaya turun ke bawah menemui rakyat dengan segala pencitraan yang dipoles.
Anies sudah dirangkul Nasdem yang di tahun 2014 dan 2019 adalah pendukung utama Jokowi, Di tahun 2024 mereka mendukung tokoh yang menurut Zulfan Lindan (politisi Nasdem ) adalah antitesa Jokowi.
Anies mendapat keleluasaan untuk memilih calon wakil presiden. Ada tiga kriteria jika Anies sukses di 2024. Sampai saat ini menurut Anies ia belum menemukan sosok yang pas sebagai calon wakil presiden berdasarkan kriteria tersebut.Tiga kriteria itu antara lain pertama wakil presiden adalah sosok yang memberi kontribusi dalam pemenangan pilpres, sosok wapres sosok yang membantu memperkuat stabilitas koalisi, ketiga bisa membantu pemerintahan yang efektif.
Ganjar Pranowo, meskipun dia belum mengakui akan maju sebagai presiden ia sudah ada pengusungnya yaitu PSI dan belakangan PPP (terutama di NTT). Dari rekam jejak Ganjar ia adalah seorang marhaenis dengan ideologi nasionalis seperti halnya Bung Karno. Ia sudah bergabung di PDI sejak kuliah di UGM, Sudah sejak 1990 menjadi anggota PDI. Kalau elite PDIP meragukan integritas GP pada PDIP, menurut Rhoma Irama sungguh terlalu.
Anies di tahun 2014 adalah ketua timsesnya Jokowi, namun setelah ia diberhentikan sebagai mendikbud  di periode pertama pemerintahan Jokowi, ia kemudian seperti menjadi antitesa Jokowi. Apakah ada dendam pribadi? atau karena keadaan membuat ia menjalani tugas politik dengan tuntutan untuk menjadi oposisi kebijakan Jokowi.
Jejak politiknya cukup senyap, balaikotanya tidak lagi menjadi tempat keluh kesah, namun diakui beberapa terobosan pembangunan Jakarta seperti Transjakarta, JPO, trotoar terbangun, Integrasi moda, Jaklingko dan polesan ruang publik dan juga JIS yang menjadi penanda bagi kerja senyapnya Anies Baswedan. Dari kubu seberang Anies, dikatakan Anies hanya pandai menata kata, sedangkan kerjanya nol, Jakarta sebagai ibu kota negara tidak banyak mendukung kebijakan pemerintahan pusat.
Diakui pekerjaan Anies cukup bisa meredam kemacetan dan mengurangi banjir. Semasa menjabat tidak banyak bencana banjir yang membuat Jakarta seperti kubangan, atau kolam besar, namun beberapa tempat yang menjadi langganan banjir pemprov DKI tetap belum bisa mengatasinya.
Itu dialami oleh gubernur-gubernur sebelumnya juga. Saya jujur bukan pendukung Anies Baswedan, tapi sebagai masyarakat biasa, tidak akan terpengaruh dengan pembelahan pembelahan yang dilakukan netizen. Yang baik dikatakan baik, yang buruk juga dengan obyektif dikatakan.Setiap sosok politisi punya style sendiri. mereka menjadi diri sendiri, Anies dengan gayanya, Ganjar dengan dengan pendekatan medsosnya untuk menampung keluhan dan memetakan apa yang dimaui masyarakatnya.Netizenlah yang membelah-belah dukungan. Di dunia maya dipenuhi berita hoaks, saling mengejek, saling mengancam, saling mengklaim, seakan-akan antara dua kubu tidak pernah ada kata sepakat. Yang penting beda, kalau sudah menjadi lawan tidak pernah obyektif memuji hal-hal baik yang sudah dilakukan oleh penguasa ataupun oposannya.
Menunggu Keseruan Kontestasi Calon Presiden 2024
Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo menjadi tokoh yang ditunggu-tunggu kiprahnya di kontestasi calon presiden. Siapapun presidennya nanti harus bisa mempersatukan masyarakat yang "tergambar"tercerai berai oleh pembelahan pendapat netizen. Jangan cepat menyimpulkan seorang tokoh pasti buruk, obyektif saja menilai, itu yang harus dilakukan penulis seperti saya.
Meskipun saya bukan pendukung Anies Baswedan, saya tetap berusaha obyektif menilai rekam jejaknya yang positif, menjadi lawan tidak harus menilai semua yang dilakukan buruk. Pasti ada sisi positifnya, sebaliknya Ganjar yang katakanlah menurut hati nurani saya adalah idola tetap harus dikritisi, dan diingatkan agar tidak jumawa, dan tetap membumi.
Setiap manusia punya kekurangan dan kelebihan. Anies Baswedan lebih suka bekerja senyap, dengan gayanya yang lebih sebagai birokrat bukan orang lapangan, sedangkan Ganjar Pranowo lebih banyak turun ke masyarakat bertanya, bergaul dan menyerap aspirasi dari dekat. Kunci suksesnya mereka adalah memilih wakilnya yang mampu memberi keseimbangan, salah memilih pasangannya siap-siaplah gagal.
Ganjar sendiri masih banyak PR, meyakinkan elite partai tempat bernaungnya selama ini, dan kalau bisa keluar dari zona nyamannya sebagai media darling. Hujatan dan serangan netizen tidak usah dihiraukan yang penting fokus bekerja mewujudkan kesejahteraan, meneruskan program presiden sebelumnya yang baik dan memperbaiki hal-hal yang belum disentuh pemimpin sebelumnya. Bisa? Sebagai masyarakat kami menunggu kiprah anda berdua, Monggo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI