Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

JIS, FIFA dan PSSI

16 September 2022   15:39 Diperbarui: 16 September 2022   15:49 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polemik tentang ketidaklayakan Jakarta International Stadium (JIS) yang berada antara di Kawasan Sunter, Tanjung Priok dan Ancol ramai sekali minggu-minggu ini. gedungLokasi tepatnya berada di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara penulis tertarik untuk menuliskannya sekedar ikut berpendapat. Awal sejarahnya adalah JIS diperuntukkan untuk markas Persija dengan menamakannya stadion BMW.

Lokasi itu memang berada di perlintasan kereta api, di bawah jalan Tol yang menuju ke Bandara Soekarno dengan akses ke Tanjung Priok dan Cawang, serta Cikampek. Jalur untuk menuju ke JIS bisa ditempuh dengan kendaraan dari arah Bandara Soekarno Hatta  turun ke arah pintu keluar Sunter dan Ancol. 

Setelah keluar ada  jalan putar balik menuju ke Ancol, lalu menyeberang rel kereta api. Di dekat JIS ada Stasiun Trans Jakarta yang berada di sebelah Barat JIS. Sayangnya memang akses menuju ke JIS belum layak untuk penonton JIS yang kapasitasnya sekitar 82.000 orang.

Bagaimana jika terjadi penumpukan arus keluar. Penonton itu harus melewati perlintasan kereta api, melewati jalan sempit ke arah Pademangan yang di kiri kanannya penuh dengan rumah penduduk yang padat. Kawasan Ancol, Tanjung Priok, Warakas yang padat dengan tingkat emosi masyarakatnya yang tinggi mungkin yang menjadi pertimbangan mengapa PSSI belum merekomendasikan pertandingan skala internasional di JIS.

Masyarakat Medsos jangan baper, dan marah dulu menanggapi statemen PSSI. Jangan dibawa ke ranah politik, namun berpikir jernih untuk menerima masukan sekjen PSSI. 

Kalau masalah megah, terus terang saya yang tinggal di Jakarta Barat, Sabtu Minggu pulang ke rumah di Cileungsi dan sering pulang lewat tol dari Lingkar Luar melewati JIS dari jauh sudah tampak megah. Kalau malam lampunya kerlap-kerlip. Jakarta boleh bangga dengan stadium megah tersebut.

Suatu hari saya sengaja datang ke JIS. Turun ke pintu tol keluar Ancol, putar balik lewat bawah tol menuju JIS. Perlu banyak masukan terutama akses ke arah JIS. Kalau PSSI memberi penilaian terhadap infrastruktur pendukungnya jangan keburu emosi dan berbalik menyerang. 

Pikiran dijernihkan barangkali memang perlu introspeksi. Kalau gedungnya dan venue dalamnya mirip dengan Real Madrid dan Wembley, dari segi kapasitas parkirnya, apakah sama dengan akses jalannya yang belum layak untuk didatangi puluhan ribu orang.

Kalau begitu secepatnya JIS harus mendengarkan masukan dan merancang tata ruang outdoor, lingkungannya, pusat bisnisnya, sarana hiburan dan akses transportasinya agar sirkulasi penonton dapat terurai dengan cepat.

Secara psikologis penonton Indonesia memang unik, apalagi dengan tingkah laku fans clubnya. Misalnya Persija, dengan jalan yang terbatas apakah tidak akan terjadi bentrokan antar suporter. Dan kemudian bila kemudian terjadi tawuran dan mereka masuk ke kawasan padat penduduk yang mudah tersulut emosinya apakah tidak semakin runyam.

Sebagai stadium megah di tengah perkampungan padat, serta akses jalan yang masih perlu perbaikan memang Jakpro selaku perancang dan penyedia fasilitas atau modernnya venue di JIS harus memikirkan masak-masak masukan masyarakat itu. Kalau ada pro kontra antara pendukung gubernur DKI dan para pengkritiknya diterima saja sebagai sebuah kritik yang membangun.

Perilaku masyarakat Eropa misalnya belum bisa disamakan dengan perilaku masyarakat Indonesia khususnya warga DKI dan sekitarnya, apalagi watak penonton yang masih suka berpawai ria, menumpang mobil di atas atap, mencegat truk-truk barang, serta kurang tertib saat menonton, stadium megahpun akan cepat kumuh dan perlu maintenance terus menerus pasca pertandingan.

Kalau budaya suporter sudah seperti masyarakat Eropa, mau membangun stadium super VVIP yang pembiayaannya jor-joran tidak masalah. Toh, penontonnya sudah sadar bagaimana bersikap, tertib mengantri, dan sudah terbiasa menggunakan transportasi publik. Jakarta boleh punya modal besar, dan JIS boleh megah tapi lingkungan sekitar juga menjadi nilai plus stadium.

Masukan PSSI jangan dijadikan ajang politisasi, kalau saat ini PSSI belum memakai JIS, dengan berjalannya waktu sambil memperbaiki akses, infrastruktur, pusat-pusat bisnis. 

Juga tidak lupa memberi kesempatan penduduk sekitar untuk mengenal JIS, memanfaatkan peluang bisnis, membangun sarana prasarana yang membuat JIS unggul dalam bentuk bangunan serta masyarakat sekitar bisa mendukung dan memanfaatkan kedekatannya dengan JIS dengan membangun usaha serta membuka peluang bisnis sehingga ada kolaborasi, sinergi antara JIS dan masyarakat sekitar.

Saat ini Jak Pro dan PSSI sudah berdamai, namun komentator di media sosial masih membahasnya. Jakpro tetap harus mendengarkan masukan dari masyarakat. Bisnis stadion olah raga bukan hanya membangun gedungnya saja tetapi juga budayanya terutama perilaku penonton yang lebih modern, sehingga stadion megah itu tidak menjadi korban amuk masa, brutalisme penonton dan juga ketertiban untuk mengantri yang belum banyak dilakukan orang-orang kita. Diakui saja.

Gubernur senang, masyarakat senang dan roda bisnis di sekitar JIS juga berkembang pesat. Kalau perlu ada mal atau ruang publik yang bisa menyedot perhatian sehingga tidak hanya pertunjukan sepakbola saja yang tersaji tetapi juga kesempatan bisnis entrepreneurnya yang cerah. Jangan pesimis dan jangan cepat ambil kesimpulan lalu marah pada petinggi PSSI anggaplah sebagai masukan berharga. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun