Apa yang terpikir ketika manusia tidak berbusana? Apakah yang terjadi ketika manusia benar-benar polos tanpa melekat selembar benangpun. Hewan tidak akan bereaksi seperti manusia karena hewan hanya menggunakan insting dan tidak menggunakan akal dan pikiran untuk menggerakkan inderanya untuk menelaah patut tidaknya. Kalau insting mengatakan tertarik dengan lawan jenis ia akan memakai nalurinya untuk menyalurkan hasratnya.
Bagaimana memandang lawan jenisnya? Semuanya digerakkan oleh pikiran, simpul-simpul otaknya bekerja, jika pikirannya ngeres akan ada aliran yang menggerakkan organ intimnya, terangsang ketika ada lawan jenisnya benar-benar polos. Jika pikirannya jernih tidak punya pikiran kotor ia memandang ketelanjangan, kepolosan sebagai hal biasa. Bahkan jika semua manusia telanjang tidak akan terjadi hal-hal sekarang  yaitu pemerkosaan, pelecehan seksual dan pola pikiran ngeres tentang tubuh.
Manusia mempunyai akal, otak untuk menggerakkan sel-sel dalam tubuh. Ada perbedaan lawan jenis, laki-laki dan perempuan. Laki-laki mempunyai bentuk tubuh dan organ yang berbeda dengan perempuan. Pada laki-laki struktur tulang pinggul lebih sempit daripada perempuan, kulit dan ototpun berbeda. Hormon laki-laki dan perempuan berbeda yang membuat hasrat pikiran dan tubuh berada di kutub yang berbeda, namun semuanya saling melengkapi. Untuk itulah Tuhan menciptakan manusia dengan jenis berbeda. Salah satunya adalah untuk memberi kesempatan manusia berkembang biak.
Ketika peradaban semakin berkembang, manusia  menemukan asesoris yang bisa melindungi tubuh dari cuaca, bisa menghangatkan badan kala dingin dan memberi perlindungan terhadap sengatan matahari. Busana menutup tubuh untuk perlindungan dan juga menjaga privasi manusia.
Seiring dengan majunya peradaban  manusia butuh perlindungan, terutama pada pola pikir yang berkembang akibat teknologi. Manusia laki-laki selalu punya daya tarik di mata perempuan demikian sebaliknya. Perempuan diciptakan dengan lekuk tubuhnya yang indah sementara laki-laki dengan otot dan juga bentuk struktur tubuhnya yang membuat perempuan tertarik secara genetis.
Busana menjadi salah satu cara melindungi tubuh hingga akhirnya menjadi produk budaya. Tiap negara, etnis, suku bangsa mempunyai model busana masing-masing. Pada suku tertentu mungkin bahkan telanjang bukanlah masalah karena kebiasaan, pada suku bangsa lain pakaian bisa saja tertutup rapat karena cuaca dan alam mengharuskan menutup rapat umpanyanya untuk melindungi dari badai dan sengatan panas serta debu yang ganas.
Busanapun akhirnya menjadi identitas dan zaman sekarang busana katakanlah menjadi mode yang akan terus berubah dari masa ke masa. Namun ada fenomena yang membuat era modern ini menjadi sebuah polemik tidak habis-habisnya:contohnya di Indonesia busana bisa dikatakan identitas agama. Banyak pengikut agama mengatakan bahwa busana tertentu adalah busana agama yang wajib dikenakan agar bisa memberi kesan, suci, saleh dan agamis. Ciri-cirinya harus menutup lekuk tubuh manusia yang bisa menimbulkan pikiran ngeres dan merangsang secara seksual.
Kenyataan yang terjadi saat ini serapat apapun busana tetap punya celah bagi manusia untuk melakukan kejahatan seksual. Tidak sedikit institusi agama yang menerapkan ketat cara berbusana sesuai anjuran agama namun oknum agamanya dengan keji melakukan tindakan asusila yang menodai agama itu sendiri. Malah ada daerah yang benar-benar membuat peraturan tentang cara berbusana menurut ketentuan agama. Padahal busana bukanlah produk agama namun produk budaya.
Pola pikir manusia kadang penuh misteri. Apalagi dengan sikap radikal dan cenderung memaksa berdasarkan keyakinan. Ada ancaman, jika melanggar akan berimbas pada cap buruk yang  berakibat pada status sosialnya. Dicap jalang, perempuan nakal, penggoda hanya karena busana yang dikenakan. Lalu bagaimana dengan mereka yang berpakaian sesuai ketentuan agama tetapi mulut, tingkah-laku serta gerak tubuhnya yang erotis, apakah juga sebentuk godaan terhadap lawan jenis yang kebetulan pola pikirannya sudah jorok dan kotor.
Busana saat ini menjadi bahasan seru, menjadi pembicaraan di mana hampir semua orang boleh berpendapat dan mengemukakan pendapatnya masing-masing. Ada yang terbuka pemikirannya, namun ada  yang sudah terkunci pikirannya karena pola pikirnya   fanatis oleh apa yang diketahui berdasarkan ajaran keimanannya.
Jubah yang dulunya secara khusus dipakai misionaris katolik, Mereka yang disebut pastor atau pater, sekarang sering dipakai sebagai identitas agama berdasarkan agama asalnya yang sering terlihat memakai pakaian terusan tersebut.
Klaim busana itu sampai kapan menjadi fenomena polemik? atau menjadi sebuah hegemoni agama, tidak ada yang tahu, yang jelas busana terus berkembang seiring majunya peradaban dan semakin modernnya sistem teknologi. Busana bisa menjadi tren yang akan terus berulang. Mode yang trending di sekitar tahun 1950-an bisa jadi akan menjadi trend lagi di tahun mendatang, terus begitu. Dan jika saat ini Indonesia tengah mengupayakan kembali kebaya nusantara sebagai identitas nasional, bisa jadi busana itu akan kembali dipakai di masa ini atau masa yang akan datang tergantung situasi dan kondisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H