Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bangkit dari Rasa Malas Menulis

22 Mei 2022   20:01 Diperbarui: 22 Mei 2022   20:09 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:penerbitdeepublish.com

Apa yang membuat kamu malas menulis? Pertanyaan itu sebagai sebuah introspeksi diri, tapi bisa juga menjadi bahan refleksi para pembaca yang masih agak malas-malasan menulis. Yang membuat malas menulis adalah situasi hati yang sedang tidak nyaman.

Apa yang membuat tidak nyaman? Ada banyak jawaban terutama oleh banyaknya pekerjaan kantor menumpuk, tugas administrasi dan seabreg pekerjaan rumah yang silih berganti datang. Apakah benar-benar tidak ada waktu menulis? Apakah dalam rentang 24 jam sama sekali tidak ada waktu barang satu jam untuk menulis?

Demikian rentetan pertanyaan itu akan datang silih berganti. Akan selalu ada pertanyaan lanjutan, akan banyak tanya yang terus menerus terlontar. Kalau kemalasan itu menghinggapi penulis profesional pasti akan menjadi bencana, sebab menulis itu merupakan sumber utama untuk mengumpulkan pundi-pundi uang, sedangkan yang "hanya"hobi menulis, tidak terlalu terasa. Namun bagaimanapun meskipun hanya hobi dan merupakan selingan menulis itu sudah menjadi kebutuhan kalau tidak menulis rasanya ada yang aneh.

Saya salut pada Pak Tjiptadinata Effendi yang sangat konsisten menulis, beliau hampir tidak pernah bolong, setiap hari selalu ada tulisan yang bisa diposting di Kompasiana. Ada banyak penulis yang konsisten menulis, namun sedikit yang bisa bertahan lama secara rutin dalam menulis tanpa pernah absen seharipun.

Banyak kendala untuk bisa menjadi konsisten, terutama yang sering dihadapi penulis dan profesi lain seperti pelukis dan ilustrator adalah mood. Jika mengalami bad mood, suasana hati yang tidak karuan, pikiran kacau balau dan banyak beban pikiran berseliweran, sungguh susah mengeluarkan kemampuan terbaik dalam menulis dan berimajinasi.

Tetapi apakah  membiarkan suasana hati yang kacau meninabobokan kita? Tentu saja tidak. Harus ada solusi agar mood menulis kembali bangkit. Bagaimana caranya? Saya jadi ingat tulisan Founder kompasiana Pepih Nugraha. Sekumpulan tulisannya yang diterbitkan di Elexmedia komputindo berjudul: Tulislah !  mengembangkan proses menulis  berita feature fiksi, seperti menyentil kemalasan saya.

sumber gambar dari YTPrayeh.
sumber gambar dari YTPrayeh.

Ketika beberapa hari tidak menulis, saya keluarkan buku dan saya baca dengan seksama. Sebetulnya tulisan di buku tulislah lebih banyak berbicara hal-hal teknis serta tips praktis bagaimana mengembangkan keterampilan menulis.

Ketika semangat menulis kendor, membaca buku tentang menulis memberikan spirit baru, seperti terlahir kembali untuk menyisihkan waktu sekitar satu jam untuk menulis. Bulan ini saya lebih fokus untuk menulis semacam cerita bersambung, Nantinya kalau berjalan sesuai rencana maka akan menjadi sebuah novel. Panjangnya novel sampai saat ini belum bisa ditebak sampai berapa,tetapi saya mencoba menggali cerita berdasarkan judul awal. Akan banyak cerita mengejutkan yang bisa diikuti oleh pembaca. Meskipun genre novel di Kompasiana sepi peminat, tapi saya tetap semangat untuk menyambung novel-novel yang spontan hadir dalam pikiran dan imajinasi.

Pada waktunya nanti setelah cerita bersambung selesai akan saya sunting kembali,untuk mendapatkan alur cerita yang lebih dramatis, sedangkan tugas saya saat ini menulis, menulis dan menulis. Itulah salah satu cara agar saya mendapatkan kembali semangat menulis yang sempat kendor karena pekerjaan dan rutinitas yang saya jalani yang menggerus keasyikan menulis saya.

Jangan sampai terjebak dalam kemalasan sebab lebih baik menulis daripada mengeluh yang tidak jelas. Membiarkan diri larut dalam perasaan galau, melamun dan tidak jelas mau berkegiatan apa. Menulis adalah salah satu hobi yang memberi efek keabadian. Pramoedya memperjelas "Tahukah kau mengapa aku sayang kau lebih dari siapapun? Karena menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin,akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."

Jadi untuk apa menunggu segera bangkit untuk kembali menulis, kalau tengah galau dan ragu ingat saja kata-kata Pramoedya, yang lain yang bisa memberimu semangat lebih."Orang  boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah."

Itulah beberapa penyemangat saya untuk kembali menulis, setelah beberapa saat terlena untuk menikmati teknologi, menjadi penonton tanpa berusaha kreatif untuk mendorong diri menjadi trendsetter. Kalau menjadi pengekor sudah banyak orang melakukannya tapi menjadi pencipta tren itu yang paling susah.

Semoga saya tetap konsisten menulis meskipun tidak setiap hari bisa menulis tetapi tetap ada karya yang bisa dibaca para pembaca budiman. Semangat mulai beraksi. Tulislah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun