Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Butir Butir Kerinduan (8)

20 Mei 2022   13:41 Diperbarui: 20 Mei 2022   13:48 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi oleh Joko Dwiatmoko 

Kuburan di desa itu bukan pemantik fanatisme, ia bisa menjadi penyatu dari sekumpulan orang berbeda. Beda agama, beda status sosial, berbeda latar belakang budaya. Tempat bersemayam raga-raga yang sudah ditinggalkan nyawa menuju alam keabadian.

Di kuburan orang berdoa, menaburkan bunga dan juga ada yang masih percaya bahwa meditasi, nenepi di kuburan pada malam hari terutama di tempat kyai sakti yang dihormati di masa lalu dapat memberikan jalan kemakmuran dan kebahagiaan. Banyak yang masih percaya hubungan antara manusia dengan roh-roh yang sudah ada di alam lain. Masih ada kaitan antara jiwa-jiwa yang sudah lepas dari raga dengan perjuangan manusia yang masih hidup dan bekerja untuk keluarga.

Hampir setiap tahun selalu adat tradisi nyadran, salah satu warisan nenek moyang yang bertujuan mendoakan arwah-arwah yang sudah masuk alam kalanggengan, masuk ke surga alam api pencucian. Yang sudah lama meninggalkan dunia tetaplah menjadi spirit bagi manusia yang masih hidup, mampu memberikan doa agar selalu diingatkan untuk menanam kebaikan dan terus bekerja dan tidak lupa dengan sangkan paraning dumadi. Yang berasal dari abu akan menjadi abu. Yang diciptakan dari tanah akan kembali lagi ke tanah.

Darmin sangat sadar, maka ia tidak pernah berani pacaran di tengah kuburan atau duduk-duduk di kijing atau makam hanya untuk pacaran dan melampiaskan hasrat bagi manusia yang sedang mabuk cinta. Paling di balik rimbunnya bambu atau di tepi sungai ia bisa memberikan kode cinta untuk Marsih. Ia yang semula dingin dan tidak peduli pada kisah-kisah percintaan, saat ini malah terjebak dalam alur cinta yang memabukkan.

Sebagai remaja ia betul-betul menikmati gejolak remaja yang baru mengenal ketertarikan pada lawan jenis.

***

"Sih, jangan-jangan kamu sedang lupa ingatan, kenapa kau langsung mau ketika kuajak kencan?"

"Mas, Darmin ngomong apa sih. Aku nggak dong."

"Memangnya saya ini ngganteng dan keren sampai kamu jatuh cinta?"

"Siapa yang jatuh cinta hayoo...?"

"Lha, kamu sekarang ini khan lagi jatuh cinta..."

"Ih, GR Mas Darmin ini... wong aku cuma suka saja..."

" Masa sih. Kalau tidak mau kenapa mau diajak mojok di dapuran mpring ini(sekumpulan pohon bambu)"

"Khan sebetulnya aku takut mas?"

"Takut kenapa... jujur saja."

Dengan lirih Marsih berbisik ke telingaku

"Takut kehilanganmu Mas."

Kata-kata Marsih membuat aku terdiam. Sebegitu dalamnya cinta Marsih kepadaku sampai ia benar-benar polos mengatakan bahwa ia takut kehilangan diriku. Aduh rasanya jadi melayang, panas dingin hati ini.

Suara jalak membuat aku tergagap, tidak mampu bicara kecuali seperti kerbau dicocok hidung. Dengan naluri pria spontan, aku pegang tangannya, kuelus lembut buku-buku jarinya, kupegang lembut rambutnya yang terurai, memetik bunga liar yang tumbuh disekitar gerumbulan bambu. Bunga itu kuselipkan di kuping kanannya.

"Kamu cantik sekali dengan bunga di atas kupingmu Marsih."

Aku melihat dan merasakan tangan Marsih agak bergetar, seperti ada bulu-bulu kuduk yang membuka, namun tiba-tiba matanya tertutup, mengharapkan sesuatu yang akan memberi hadiah indah untuk dibawa ke dalam mimpinya.

Sebuah kecupan lembut mendarat di dahi Marsih. Aku menciumnya sepenuh jiwa. Wajah Marsih memerah, tetapi matanya tetap tertutup seperti tengah merasakan ada gejolak yang muncul dari hati dan otaknya. Sepertinya ia tengah tenggelam dalam khayalan dan getar- getar cinta yang tengah membara.

Kuberanikan diri untuk memegang dagunya yang lembut. Mendekatkan bibirku dengan bibirnya yang tipis.Saat mulai menyentuh sisi luar bibir Marsih, tiba-tiba muncul bajing yang dengan tiba-tiba melompat tepat di atasku.

Spontan dan kaget aku membuka mata dan Marsihpun mempunyai reaksi yang sama.

"Sialan.dasar bajing mengganggu aja." Demikian saya membantin.

Setelah saling berpandangan kami tertawa ngakak.

"Mas Darmin mulai nakal ya...?"

"Hussh bukan nakal... itu naluri tahu... tapi kau pasrah saja hayoo."

"Ya, mungkin nggak boleh yang melebihi batas, ini khan dekat kuburan Mas, kalau mau yang itu ditempat lain saja."

Marsih, bangkit berdiri bergegas meninggalkan rerimbunan bambu yang hanya beberapa langkah dari kuburan. Aku mengikuti Marsih dari belakang.

Ya kuburan bukan untuk lokasi pacaran. Tapi orang yang sedang mabuk cinta itu kadang terbutakan oleh perasaannya. Saking senangnya berpacaran sampai kebablasan melakukan tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan sebelum terikat oleh janji pernikahan.

Di desa umumnya di Jawa yang masih memegang prinsip tradisi kuat, Nyadran adalah menyatuhan kembali dan mengingatkan kembali untuk mencoba mengumpulkan balung pisah. Dalam arti bahwa tradisi nyadran dapat mengingatkan bahwa ternyata orang-orang desa itu mempunyai ikatan persaudaraan ketika mencoba membuka wawasan siapa sebenarnya nenek moyang kita yang sudah terkubur dan mendahului kita meninggalkan dunia ini.

Kijing-kijing dan pendopo kuburan serta rumah-rumahan di kuburan yang istilah lainnya disebut cungkup bisa menjadi penanda bagi garis keturunan orang-orang sekitar atau orang-orang yang sudah berpindah tempat atau yang pergi bekerja di kota lain atau di pulau lain.

Umumnya kuburan desa itu cukup singup atau bisa disebut istilah umumnya adalah angker. Siang saja tampak gelap tertutup oleh banyaknya pohon-pohon besar di sekitarnya dan suasana sunyi senyap tanpa ada penerangan.

Cerita-cerita horor selalu saja ada hingga bisa menjadi cerita yang cukup membuat bulu kuduk meremang dan takut keluar takut melihat penampakan seperti yang sering diceritakan orang-orang. Kadang-kadang bayangan daun pisangpun ketika terkena cahaya seperti makhluk astral yang mencoba menguji mental manusia. Penampakan jadi seperti hantu pocong atau kuntilanak berbaju putih dengan muka menyeramkan. Padahal kalau diamati lebih dalam hanyalah daun bambu yang bergerak-gerak tertiup angin semilir malam hari.

Sebetulnya pamali-pamali yang didongengkan oleh nenek dan moyang-moyang kita merupakan pembelajaran tentang nilai-nilai peradaban, sopan santun dan cara nenek moyang untuk melindungi alam semesta. Jika manusia mengambil sumber kekayaan alam membabi buta dan bisa menyebabnya munculnya hutan yang gundul, longsor karena akar pohon yang menjadi pengingat lama-lama busuk dan ambruk.

Dunia semakin runtuh oleh khayalan manusia yang sering kebablasan. Kebablasan karena sengaja menutup diri hingga akhirnya malah mengingat budaya-budaya yang jauh dari kata sopan, lebih sering nyinyir dari introspeksi diri, lebih senang bahagia karena orang lain susah daripada senang melihat orang senang. Banyak manusia yang sebetulnya tidak mengakui kelebihan orang lain.

Maka ketika mendengar cerita dari kakek, buyut yang masih hidup dan sangat kenyang merasakan ujian kehidupan betapa bijaksana mereka yang dengan sengaja berjuang tanpa banyak keluhan. Toh manusia akan selalu diberi ujian, sewaktu-waktu bisa dikasih hadiah.

"Mas Darmin, kita besok ke mana?"

"Ehm, ke mana-mana boleh. Saya sebetulnya lebih suka di sini. Sih."

"Tapi banyak gangguan Mas."

"oh ya ya, kok nggak kepikiran ya."

"Huu, dasar pikun."

"Biarin, tapi masalah itu aku tidak pikun... ya iyalah Mas, Khan naluri. Betulkhan?!"

Aku dan Marsih rupanya mulai menyimpan chemistry.Sebuah kisah sayang yang entah kapan ujungnya.

Tapi ternyata hari yang buruk itu tiba. Marsih tanpa tanpa pernah cerita bahwa ia dipaksa menjadi  Asisten Rumah tangga di kota. Kenapa tiba-tiba Marsih mau ,menjadi Asisten Rumah Tangga, ceritanya masih samar, perlu ditanya dulu ke orang tua, kenapa Marsih yang masih remaja harus terenggut kebahagiannya dengan bekerja sebagai asisten rumah tangga alias Pembantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun