Bagi mereka yang kesulitan keuangan apalagi yang usahanya bangkrut dan masyarakat dengan pendapatan kecil merasakan benar dampak kenaikan harga tersebut.Â
Tekanan psikologis masyarakat yang kesulitan dalam bidang ekonomi itu yang dijadikan senjata "musuh"pemerintah untuk memberikan tekanan bahkan penggiringan opini, hingga di media sosial, kolom komentar mulai banyak yang bersuara kritis bahkan malah ada yang menyerang "pribadi"kepala negara dengan kata-kata nyinyir dan cenderung menghina.
Masyarakat media sosial saat ini benar-benar luar biasa, yang saya baca kadang bukan cerminan karakter budaya timur yang sopan dan unggah-ungguhnya genap. Suara makian, lontaran kritikan banyak yang liar jauh dari etika bicara yang sering diajarkan dibangku pendidikan.Â
Netizen sering menghajar penguasa, politisi, dengan kata-kata yang boleh dikatakan datang dari budaya primordial, bukan dari bangsa yang berpendidikan. Itulah efek demokrasi. Mereka bebas bersuara, bebas mengkritik, namun kadang kebablasan dalam hal sopan-santun mengkritik.
Semoga saja situasi semakin reda, masyarakat mencapai titik temu, mereka menemukan kata sepakat untuk memulihkan perekonomian yang compang-camping akibat hantanam pandemi.Â
Masalah politik, wacana perpanjangan masa jabatan itu khan semacam aspirasi sebagian masyarakat, bukan keinginan Jokowi semata, semasih mengikuti alur konstitusi, taat hukum dan tidak melanggar aturan sebaiknya pemerintah diberi waktu sampai masa pemerintahan berakhir.
Wong masih dua periode kok sudah banyak orang terprovokasi untuk melakukan pembulian. Kecuali pemerintah abai dan melanggar ketentuan dengan memperpanjang jabatan tanpa kompromi dengan wakil rakyat dan atas ijin masyarakat.Â
Wong baru wacana kok sudah berisik, seakan-akan peristiwa sudah terjadi, semoga masyarakat tidak mudah termakan isu oleh berita-berita hoaks yang beredar sehingga masyarakat tetap tenang bekerja dan berupaya maksimal mengembalikan pesekonomian ke jalur yang benar. Untuk oposisi silahkan tetap kritis, sejauh memainkan trik politik yang cantik dan elegan. Salam demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H