Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Hentikan Pergunjingan Perpanjangan Masa Jabatan Presiden, Fokus Kerja dan Kerja

8 April 2022   07:06 Diperbarui: 8 April 2022   07:16 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com/antara news.com BPMI-Muchlis Jr

Berkali-kali Presiden Jokowi sudah mengingatkan ia taat konstitusi, artinya kalau para hatters, buzzer, oposan, para pembenci Jokowi menyiratkan untuk tidak percaya begitu saja apa yang dikatakan Jokowi, sebetulnya mereka mau apa sih?

Covid 19 dan Ketidakpastian Masa Depan

Covid 19 dan krisis ekonomi bukan maunya presiden. Krisis itu datang memberi dampak besar terhadap perekonomian dunia, Indonesia juga terdampak, banyak sektor ikut terimbas akibat lamanya pandemi. Dari tahun 2020 sampai 2022, berbagai stimulus, kebijakan dilakukan untuk menekan agar sektor ekonomi tidak terpuruk. PPKM, pembatasan kegiatan masyarakat dilakukan untuk mencegah penyebaran covid lebih parah. Efeknya memang banyak merasakan betapa berat menjalani hidup dengan banyaknya PHK, banyaknya orang kehilangan usaha.

Masyarakat bingung, bagaimana bertahan hidup di tengah ketidakpastian. Lalu dengan perekonomian yang kembang kempis lantas semua telunjuk mengarah ke presiden yang harus bertanggungjawab terhadap ketidakpastian ekonomi ini. Menurut saya presiden sudah maksimal bekerja. Beliau sudah mengusahakan yang terbaik mencari formula agar dampak PPKM tidak membuat perekonomian bergelimpangan. Meskipun harus menerima kenyataan pahit, masyarakat Indonesia bukanlah tipe uyang mudah menyerah.

Saat sektor retail, mall sepi, banyak restoran dan usaha kuliner besar tumbang, ekonomi berkembang di pinggiran, pedagang kaki lima marak, usaha kuliner pinggir jalan pelan-pelan meskipun keuntungan tidak sebesar ketika usaha kuliner di mall atau di restoran namun roda perekonomian berjalan. Bahkan mungkin dengan usaha masyarakat bertahan dan tetap berusaha lewat membuka lapak di pinggir jalan dan di tempat-tempat tertentu sumbangan besar roda perekomian rakyat hasilnya sungguh diluar dugaan.

Sebagai masyarakat Jakarta, saya merasakan dampak perekonomian memang terasa tetapi sektor, kuliner, pada pedagang dadakan yang melakukan bongkar pasang lapak tetap diberi kue rejeki. Mereka tetap bertahan bahkan ada yang sukses dengan membuka beberapa cabang.

Sektor lain yang berkembang di tengah pandemi adalah jasa pengiriman barang. Banyak perusahaan eskpedisi berkembang cepat. Masyarakat mempunyai kebiasaan baru  membeli apapun dengan cara belanja online, mengirimkan barang transaksi jual beli lewat jasa ekspedisi. Untuk belanja keperluan rumah tangga, baju dan barang-barang ringan tidak perlu keluar rumah. Kiriman bisa langsung datang ke rumah dengan mencantumkan alamat lengkap pengiriman.

Politisi dan Maraknya Media partisan

Kalau apa yang digambarkan oleh politisi dan para pengamat bahwa perekonomian morat-marit tidak sepenuhnya benar. Mereka yang terdampak akibat sulitnya perekonomian pasti akan berusaha semaksimal mungkin bertahan. Yang semula menganggur tidak punya pekerjaan dalam keadaan tertekan akan mempunyai jalan kreatif untuk bangkit. Sektor swasta, usaha kecil-kecilan pelan dan pasti bergerak.

Apa yang terlihat di sekitar Jakarta Barat, misalnya di Pedongkelan, Di Taman Palem, apapun yang dijual para pedagang lapak satu dua ada pembelinya. Bahkan usaha kuliner seperti minuman buka puasa, es kelapa muda, boba, jenis makanan goreng-gorengan selalu saja ada pembelinya. Usaha frozen food  berkembang pesat.

Jadi kesimpulan saya asal ada usaha masyarakat masih bisa bertahan. Mereka yang tidak mengeluh, tetapi yang terus berusaha bekerja apapun baik serabutan maupun usaha kecil-kecilan nyatanya mendapat jalan. Dan bagi yang kreatif dan mempunyai intuisi tajam mengendus peluang usaha yang menguntungkan mendapatkan hasil yang luar biasa.

Jadi para mahasiswa, pengamat politik, ekonomi, para wakil rakyat dan para oposan. Lihatlah masyarakat dengan obyektif. Diakui, banyak yang menderita akibat dampak covid. Banyak yang merasa bahwa tekanan hidup semakin berat, namun semakin tertekan masyarakat mereka yang tidak gampang menyerah oleh keadaan selalu mempunyai cara untuk bangkit.

Utang negara memang meroket, banyak pinjaman terkait subsidi kesehatan, subsidi bidang energi dan  infrastruktur. Tetapi mentri keuangan Sri Mulyani  memperhitungkan besaran utang dengan simpanan keuangan negara, hingga tidak menimbulkan inflasi seperti yang banyak dirasakan Amerika Serikat, negara-negara Eropa. Bahkan Indonesia masih bisa bisa ekspor seperti CPO dan beberapa sektor lain seperti barang kerajinan.

Para oposan dan pengamat akan selalu membidik dan memberitakan yang buruk-buruk, menggiring opini seakan-akan pemerintah tidak lagi fokus memperbaiki perekonomian rakyat. Blow up ketimpangan sosial sengaja dibesarkan media agar tampak jelas betapa pemerintah tampaknya tidak serius membangun dan memperbaiki perekonomian.

Politisi  memanfaatkan media sosial dan media yang partisan. Banyak media online sengaja membuat berita dengan sudut pandang berseberangan dengan kenyataan di lapangan. Kadang berita hoax pun dimainkan terus menerus hingga masyarakat media sosial lebih percaya berita hoax daripada berita yang sebenarnya.

Wartawan dan Akurasi Berita

Wartawan banyak yang hanya mencomot berita, tanpa terjun ke lapangan langsung, yang parah kadang malah mencomot berita media warga yang hanya berupa opini.Media-media partisan itulah yang sering dibaca masyarakat. Masyarakat yang literasinya masih rendah yang sering terprovokasi hanya lewat judul yang cenderung clickbait termakan isu dan akhirnya kebencian menyeruak. Membabi buta ikut demo dan turun ke jalan hanya berdasarkan berita viral media sosial.

Herannya lagi mahasiswa pun ikut-ikutan turun ke jalan menuntut janji-janji pemerntah mengungkit tentang perpanjangan masa jabatan presiden, menuntut perbaikan perekonomian. Seharusnya mahasiswa mempunyai pemikiran kritis, bukan sekedar demonstrasi, tetapi memberikan solusi, jalan keluar bagai carut marut perekonomian. Daya intelektualnya sebagai mahasiswa dikerahkan untuk melakukan riset, melakukan penelitian apa yang bisa disumbangkan kepada masyarakat untuk bisa keluar dari himpitan ekonomi.

Bukan hanya membawa spanduk dan berteriak-teriak lantang sambil mengganggu aktivitas jalan raya. Kecerdasan intelektual juga diperlukan untuk mencerna berita, meningkatkan kemampuan literasi dengan tidak mudah percaya pada berita viral begitu saja. Perlu ada cek dan  ricek, mencari berita laternatif, mencari berita obyektif yang bisa membantu masyarakat tidak terjebak pada isu-isu yang berhembus yang belum tentu benar.

Belajar saja pada para pedagang kaki lima, pada pengusaha-pengusaha mikro yang tidak banyak berkoar-koar tetapi bergerak nyata untuk bangkit dari keterpurukan. Mereka membuka lapak, mencari peluang usaha. Awalnya pahit namun pelahan-lahan bangkit dan bisa memberikan dampak ekonomi bagi negara.

Perekonomian tidak akan berkembang hanya dengan berisik, Mereka yang diam dan bekerja nyatanya bisa lepas dari himpitan kesulitan ekonomi. Para politisipun tampaknya ngebet untuk menyaksikan bagaimana pemerintah jatuh, tidak usah menunggu sampai pemilu berikutnya berlangsung, kalau perlu apapun berita negatif, akan diblow up agar situasi tambah runyam dan nama pemerintah dan presiden tercoreng.

Lihat saja di kolom komentar, sudah banyak masyarakat (medsos) terprovokasi, terpancing emosinya akibat hantaman berita media yang keras, yang memberitakan tentang lemahnya pemerintah dan keberpihakan pemerintah yang membuat masyarakat seperti dikorbankan.

Perubahan kebijakan mengenai  PPKM, vaksin, protokol kesehatan, para mentri yang sibuk dan cenderung kurang mengikuti instruksi presiden terus diungkit. Banyak amunisi dari media partisan dan oposan yang akan menggiring opini masyarakat ke titik terendah kepercayaan. Bila sudah tidak percaya akan mudah bagi mereka mendorong masyarakat untuk melakukan people power karena tingkat kepercayaan masyarakat sudah mencapai titik jenuh.

Kerjasama Masyarakat dan Pemerintah Kunci Indonesia Bangkit

Saya bukan hendak membela pemerintah, namun bagaimanapun perlu kekompakan dari pemerintah dan masyarakat untuk bangkit bersama, pulih bersama. Setelah melewati masa suram akibat covid, pemerintah dan masyarakat perlu bangkit, membangun kembali sektor yang runtuh akibat pergerakan masyarakat yang mengalami pembatasan. Sektor pariwisata misalnya perlu kerjasama untuk menggaungkan kembali keistimewaan masing-masing daerah agar pariwisata bisa bangkit banyak wisatawan lokal dan asing bisa kembali memenuhi dan berkunjung ke tempat wisata.

Para pedagang, penjual jasa, pemandu wisata, perajin diuntungkan dengan bangkitnya sektor pariwisata.Nah para mahasiswa kreatif, ayo intelektualitas anda diperlukan untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran demi pemulihan bersama, bukan hanya sibuk demo ke sana kemari, turun ke jalan, memberi sumbangan keruwetan jalan dan merepotkan aparat berjaga-jaga agar tidak muncul aksi anarkis.

Mahasiswa dari perguruan tinggi terkenal pasti sudah dibekali ilmu tentang riset, ilmu tentang pembangkitan usaha mikro, mendorong munculnya pengusaha, membangkitkan usaha dengan aplikasi di perangkat digital dan membuat software untuk mempermudah usaha. Pola pemikiran yang tertata dilandasi oleh referensi pengetahuan dan ilmu memadai mendorong mahasiswa bukan hanya bisa berteori saja tetapi bisa mengaplikasikan pengetahuannya untuk membantu masyarakat bangkit.

Para menteri jangan sibuk untuk mebranding nama untuk persiapan pemilu 2024 saja, satunya pikiran dan semangat kebersamaan untuk bisa memperbaiki perekonomian akan berdampak pada kepercayaan. Benar apa kata presiden fokus saja pada pekerjaan masing- masing, tidak lagi bicara tentang wacana Jabatan Presiden 3 periode. Fokus saja pada penguatan ekonomi rakyat, membangun kepercayan rakyat. Toh jika pemerintah berhasil mengatasi masalah ekonomi nama para mentri ikut terbawa dan lebih mudah membangun kepercayaan rakyat.

Presiden bukan segalanya, jika semua tanggungjawab dibebankan presiden lalu apa fungsi birokrasi, apa fungsi pemerintahan di bawahnya seperti gubernur, bupati, camat kepala desa sampai RT.

Saat ini setelah era pandemi berakhir yang dibutuhkan adalah kekompakan, saling sokong, saling bekerjasama untuk bangkit dari keterpurukan. Kalau masih  mempunyai pemikiran senang kalau orang lain susah dan susah kalau orang lain senang seperti halnya yang sering diperlihatkan para politisi bagaimana negara Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dari negara- negara maju.

Pola pikir masyarakat juga harus berubah kalau ingin maju. Tidak boleh mudah percaya oleh berita viral yang belum tentu benar tetapi harus mau membangun budaya literasi kuat agar tidak mudah terkena hasutan. Salam Merdeka.Salam literasi. Indonesia pulih, Indonesia bangkit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun