Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Tengah Berada di Persimpangan Jalan

1 April 2022   07:22 Diperbarui: 1 April 2022   07:28 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
covid, langkanya minyak, wacana 3 periode jabatan presiden membuat Jokowi seperti tengah di persimpangan Jalan (kompas.com)

Tentu saja berjalan bersama Presiden menapaki jalan dengan kebijakan tidak populis itu akan beresiko. Maka ketika Jokowi marah-marah melihat para pembantunya sibuk dengan urusan sendiri itulah yang terjadi kalau mereka diambil berdasarkan kompromi politik. Politik hanya berhitung saat menguntungkan dan akan cenderung meninggalkan saat merugikan diri sendiri. Tidak ada teman yang abadi mendampingi yang ada adalah kepentinganlah yang abadi.

Orang benar dan tuluspun akan terjebak dalam arus penurunan kepercayaan, apalagi ditambah hantaman perekonomian dunia yang merosot dan berdampak pula pada situasi kondisi dalam negeri yang seperti"luluh lantak"akibat bencana itu.

Tetapi saya heran ketika banyak orang teriak akan mahalnya Pertamak, kenaikan tariff tol, langkanya minyak goreng namun melihat jalanan di Jakarta dan sekitarnya tidak pernah lengang, kendaraan tetap lalu lalang, hampir tiap pagi selalu terjebak macet, mobil mengular dari arah luar kota ke pusat kota, di Jalanan kecil masuk perkampungan selalu sesak dengan kendaraan bermotor, HP sudah seperti barang mainan yang dipegang hampir semua orang, jarang yang jadul, hampir semuanya bertipe smartphone yang bisa mengakses instagram, foto selfie, facebook, tiktok dan sejenisnya.

Semakin banyak yang bisa komentar, teriak mahal-mahal tapi bisa membeli mobil meskipun harus menyewa lahan parkir, sementara rumahnya hanya sepetak di gang. Wow luar biasa.

Setiap sore meskipun minyak goreng mahal tetap masih banyak pedagang kaki lima berjualan dan warung-warung dijejali pembeli.Sementara banyak aktivis pada demo memprotes pemerintah mereka tidak sadar dari luar kota dengan lancarnya mereka menyusuri jalan tol, infrastruktur yang dibangun padahal disisi lain mereka teriak "makan tuh infrastruktur."

Ambigunya Masyarakat

Duh, begitulah saya, begitulah negeriku, sementara sebetulnya mereka banyak merasakan kemudahan tetapi demi politik mereka rela diupah dibayar untuk turun ke jalan untuk berusaha menurunkan pemerintah yang giat melancarkan jalan dengan membangun tol di mana-mana.

Untungnya Jokowi masih kuat, ia bisa menahan diri dari gempuran kritik dan nyinyir yang tidak habis-habisnya di medsos. Bahkan banyak profil cantik, berkarakter santun melihat dari penampilan wajahnya ternyata kata-katanya luar biasa kasar dan tidak beraititude.

Hari hari yang melelahkan bagi Jokowi, tidak mudah merangkul masyarakat yang sudah terluka, akibat bakaran berita media-media yang sangat gencar dalam mengurai benang kusut kekuasaan. Padahal kalau para aktivis, oposan dan para pegiat media merasakan apa yang dirasakan Jokowi saat ini, merekapun akan lebih bingung apa yang akan mereka lakukan.

Melihat kantung mata Jokowi, dan tidak semakin gemuk tubuhnya, ia tengah berada dalam situasi dilema, seperti makan buah simalakama, serba tidak nyaman, penuh resiko. Apapun kebijakannya akan mendapat penolakan meskipun tujuannya benar. Ibaratnya seperti judul film komedi Dono Kasino Indro Maju Kena Mundur Kena. Lebih baik maju terus, mau wacana tiga periode empat periode, ya tunggu saja sampai masa jabatan selesai, masalah ambisius tidaknya, silahlah kemerdekaan masyarakatlah untuk beropini, tetapi kalau saya akan berpikir dulu sebelum melontarkan kritik. Apakah saya bisa setangguh Jokowi saat ini jika di mana-mana suara nyinyir dan kritik terus menghunjam. Lebih baik menjadi guru biasa dan penulis, lebih merdeka berpikir. Tidak sampai kena serangan komentar, yang kalau dirasakan dan ditanggapi hanya menjadi biang stres.

Pak Jokowi, tetap semangat ya...kami akan tetap kritis, dan semoga bapak selalu bisa mencari solusi terbaik untuk kemajuan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun