Mantan menteri kesehatan  Letnan Jenderal dr.Dr Terawan Agus Putranto,(Sp.Rad) telah menerima surat cinta berupa pemecatan permanen dari IDI dan dicabutnya praktik kedokteran selamanya. Terhitung berdasarkan surat tertanggal 8 Februari 2022. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran ( MKEK ) dipecat dengan alasan salah satunya melakukan promosi Vaksin Nusantara sebelum penelitiannya selesai.
Ada beberapa alasan lain mengapa IDI akhirnya memecat Dr Terawan. Belum menyerahkan bukti telah menjalankan sanksi etik sesuai SK MKEK dari 12 Februari hingga akhirnya menerima diterbitkannya SK pemecatan.
Bertindak sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia PDSRKI. Menurut IDI badan tersebut dibentuk tanpa melalui prosedur sesuai tatalaksana dan organisasi (ORTALA) IDI dan proses pengesahan di Muktamar IDI. (sumber: m.bisnis.com).
Intinya dari berbagai referensi yang ditulis di media masa. Alasan IDI karena Dr. Terawan tidak patuh pada ketentuan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai wadah resmi para dokter Indonesia. Â Intinya Dokter Terawan adalah dokter yang tidak mengindahkan ketentuan IDI.
Metode DSA dan belum terbuktinya Uji Klinis Menurut IDI
Namun seperti diketahui bahwa jejak prestasi Dokter Terawan sangat banyak. Ia mengenalkan metode DSA (Digital subtraction angiography).Â
Menurut bahasa populernya adalah cuci otak. Metode yang digunakan oleh dokter Terawan ini sebetulnya biasa dilakukan oleh kedokteran namun menurut sumber dokter Terawan melakukannya terlalu jauh dengan menyertakan Heparin ke dalam pembuluh darah. Dengan metode ini memang tidak semua pasien tersembuhkan, namun banyak yang percaya bahwa banyak pasien yang merasa mereka tidak lagi mengeluhkan kesehatannya sehabis di terapi oleh dokter Terawan.
Intinya majelis dokter menyangsikan metode DSA hingga akhirnya muncul kesepakatan untuk memecat dokter Terawan karena dianggap mal praktik. Metodenya belum teruji secara klinis.
Dari kasus dokter Terawan ini penulis berpendapat ibaratnya langit mendung bagi profesi dokter Indonesia. Kreativitas, penemuan, metode pengobatan yang tampak nyleneh di mata IDI akan mendapatkan sanksi.Â
Dokter Terawan yang melakukan pengobatan dengan DSA sebetulnya ditanggapi positif masyarakat, metode alternatif pengobatannya terbukti banyak yang tersembuhkan, namun lagi-lagi kalau ada orang yang bandel, tidak mengindahkan apa kata organisasi yang nota bene sah di mata negara, tampaknya akan banyak rintangannya.Â
Dari polemik yang berkembang IDI sering dituduh telah tidak netral, ada pilih kasih dan membuat dokter tidak bisa melakukan pengobatan inovatif. Contoh vaksin nusantara yang dimasalahkan harusnya inovasi seperti yang dilakukan dokter Indonesia itu mendapat dukungan penuh. Termasuk riset dan uji cobanya.
Vaksin Nusantara gagasan Dr. Terawan ini belum-belum sudah ditanggapi pesimis dan dianggap illegal sehingga menjadi salah satu poin alasan IDI memecat Terawan. Â