Akhirnya kata toleransi dan intoleransi untuk saat ini sungguh seksi, sering diperdebatkan, sering dibuat alasan untuk melakukan perlawanan, membuat demo atas nama kebenaran mereka, hingga di saat sekarang ini muncul istilah mabuk agama, mabuk keyakinan.
Mengapa sesama saudara beragama saling gontok, saling sikut?Sudah dijelaskan bahwa manusia mempunyai sisi egoisme tinggi. Kadang ajaran agama hanya dihafalkan, dilafalkan, didaraskan dengan indah, lalu para pemuka agama suka berkhotbah pengin semua orang tahu dan mendengarkan narasinya lewat pengeras suara, lewat, kajian-kajian yang sengaja dipublikasikan agar semua bisa mendengar, bisa lewat toa, bisa lewat media sosial berupa YouTube, Instagram, facebook.
Mereka menguak sisi-sisi kebaikan ayat-ayat agama. Fanatisme itu muncul dari doktrin bahwa keyakinannya yang paling benar, kebenaran hakiki itu berasal dari keyakinan mereka, yang lain salah dan perlu diluruskan, kalau perlu disingkirkan dengan cara kekerasan. Muncullah aktivitas terorisme.Â
Munculnya terorisma muncul karena pemahaman radikal tentang agama, menganggap keyakinan di luar mereka itu sesat dan perlu diperangi kalau perlu dimusnahkan.Â
Itu sebuah hak dan keyakinan dari kaum radikal, namun ternyata masih banyak manusia lain yang menganggap bahwa agama itu adalah urusan pribadi manusia dengan penciptanya.
Mereka tidak bisa memaksa orang lain sama dengan dirinya. Meskipun dalam hati akan sangat suka jika semua orang satu keyakinan, namun menurut logika mereka tidak mungkin setiap orang bisa sama dan seragam.Â
Setiap manusia diciptakan dengan karakter berbeda, hasrat yang berbeda, wajah dan fisik yang berbeda. Setiap orang berhak memilih baju yang berbeda, asal nyaman.Â
Tetapi kadang dari sikap toleransi terbuka sering muncul perdebatan juga. Tidak semua orang liberal sama dalam memahami toleransi. Terkadang sikap aktivis yang menggaungkan toleransi kadang menabrak hak asasi manusia lain, hingga mereka merasa tidak nyaman dengan keterbukaan, kebebasan yang ditawarkan.
Kalau menurut asal katanya (KBBI online) toleransi itu bersifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)pendirian(pendapat,pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) yang berbeda dan bertentangan dengan pendirian sendiri. Kadang toleransi diartikan terlalu sempit sebatas relasi atau hubungan antar agama. Padahal toleransi itu mempunyai dimensi luas, tidak hanya masalah keyakinan saja, tetapi menyangkut banyak aspek. Bisa jadi masalah kesukaan kita pada film, pada kegiatan hobi dan kegiatan manusia lain. Jika manusia memahami toleransi ia akan membiarkan orang lain menyukai, mencintai sepak bola lepas bahwa ia tidak suka dan menganggap bahwa kegiatan sepak bola itu hanya buang-buang waktu, Misalnya.
Namun toleransi di negara beragama seperti Indonesia itu disempitkan dengan hal yang berhubungan dengan perbedaan keyakinan. Perdebatan masalah toleransi dan intoleransi selalu mendapatkan momentum dan mereka tampak antusias untuk saling mendebat meskipun kadang tidak ketemu inti persoalannya, yang penting ramai dan "panas"
Juga bisa jadi orang modern harus tetap menanamkan toleransi membiarkan orang yang suka tradisi dan menyukai budaya yang turun temurun sudah ada di negara ini berkembang dan bertumbuh. Sempitnya pola pemikiran seseorang terhadap pengetahuan dan budaya membuat banyak orang menjadi intoleran, karena tidak membiarkan orang lain bahagia dengan keyakinan dan hobi yang mereka miliki.
Indonesia sebagai negara beragama seringkali mendapatkan kenyataan bahwa semakin modern, semakin maju peradaban dan teknologi, malah semakin marak, cerita-cerita tentang intoleransi dan toleransi.Â
Dalam politik ada pembelahan, di jalur budaya ada pembelahan, di dalam masyarakat sendiri juga muncul pembelahan. Â Apalagi ketika manusia dikotak-kotakkan oleh status sosial.Â