Apa yang salah dengan pengetahuan netizen, sekarang merekalah penjaga moral, hakim dan jaksa sekaligus. Tidak ada celah bagi kesalahan, sekali salah ucap atau salah kata, siap-siaplah dihakimi, apalagi mereka yang bisa dikatakan publik figur. Sekali berbuat dosa maka siap-siaplah akan dibeberkan dosa-dosa lainnya.
Di dunia politik lebih keji, namun luar biasa kejinya ketika seseorang divonis melakukan pelecehan terhadap sesama apalagi pelecehan seksual, tidak ada ampun bagimu. Bahkan saking depresinya ada publik figur yang hidupnya berakhir tragis. Memutuskan bunuh diri karena tidak tahan oleh buli, buli dan buli. Netizen punya seribu wajah, ia akan tampak ramah, mudah kagum dan mudah pula menghakimi.
Wajah-wajah itu bisa berubah cepat, selalu mengingat kesalahan dan mudah melupakan kebaikan. Kalau membaca komentar, saya sering kagum, banyak kata-kata bijak muncul, tetapi selalu ada hujatan menyakitkan yang datang dari wajah-wajah cantik, religius, namun ternyata tidak sepadan dengan wajah di statusnya. Mereka mungkin hanya memungut wajah, cantik penuh senyum namun kata-kata statusnya waow mengerikan. Rasanya dalam khayalan saya wajah seimut dan seganteng itu ternyata punya taring dan tanduk.
Ternyata banyak akun-akun aneh. Bisa dibikin oleh satu orang namun punya banyak wajah. Ia akan membobardir dengan kata-kata kembar dan akan menanamkan di komentar netizen lain yang berbeda pandangan.Â
Akun-akun itu agresif masuk di artikel populer, masuk di YouTube, olah raga populer seperti olah raga. Namanya keren Puteri... namun kata-katanya sering mblangsak dan jorok. Bahkan banyak yang wajahnya dibalut jilbab dan wajah agamis tetapi kata-katanya lebih banyak bar-barnya.
Sayang seribu sayang, kasihan yang benar-benar jilbab dan agamis yang dimanfaatkan wajahnya hanya untuk membuat status kata-kata jorok. Manusia banyak status. Dengan aktif menghujat dan berdebat apa sih manfaat sebenarnya. Sesekali sebagai pembaca menyempatkan diri membaca komentar, meresapi kata-kata dari netizen bijak, namun tidak habis berpikir selalu saja komentar sinis, cenderung kontra dan akan selalu membuat teror bila tak berkenan.
Netizen itu terus bertahan meskipun sudah dikepung dengan jawaban bijak, tetap saja menghujat, dan menuduh iblis netizen yang berusaha meluruskan komentarnya. Sepertinya akunnya akan selalu meramaikan perdebatan, nyelip diantara komentar adem dan mendukung, ia akan membuat kata-kata blunder yang akhirnya akan membangkitkan emosi netizen lainnya. Keluarlah kata-kata spontan yang memang menjadi milik manusia normal, memberondong dengan hujatan receh ataupun hujatan kata yang mengerikan. Ih merinding rasanya.
Bisa jadi seandainya Vladimir Putin membaca hujatan netizen Indonesia, ia memerlukan waktu untuk konsultasi ke psikiater, atau psikolog agar tidak jatuh mental dan bisa gila mendengar hujatan netizen yang mempunyai seribu wajah di dunia maya.
Netizen Indonesia itu bisa benar benar membuat efek psikologis luar biasa. Mereka bisa menulis apa saja, memberi semprotan kata-kata yang sebetulnya tidak keras namun menyakitkan. Bagi yang sempat dikritik, bisa membuatnya mengalami insomnia, keadaan di mana mereka akan sangat susah tidur terngiang, ngiang oleh kata-kata yang tertulis di kolom komentar. Sekali lagi tidak keras namun membuat hancur lebur mental publik figur yang ditampol.
Coba saja ada artis Korea tinggal dan bekerja di Indonesia, mencari makan di Indonesia, mungkin wajah mereka yang unyu-unyu hasil dari bedah plastik akan cepat mengkerut memikirkan kata-kata netizen yang woow, warbiasah...Coba di IG sudah maksimal memoles wajahnya tetapi dikatakan."WOOW, kok cantiknya luar biasa seperti hantu noni Belanda Kota tua, wihh seremmm"(Ilustrasi dari penulis sendiri).
Di sebuah artikel yang membahas tentang atlet seperti Cristiano Ronaldo misalnya, bukannya membahas tentang prestasi atlet, tapi komentatornya malah saling buli. Mereka tampaknya berasal dari fans Messi dan Cristiano Ronaldo garis keras, Komentar yang menurut saya sekedar ramai, tidak mendidik, tidak ada pesan positif yang bisa dipetik, hanya guyon-guyon dari para penggemar yang selalu tutup muka pada prestasi hattersnya dan memuji berlebihan atlit pujaannya.
"Uh, bisanya hanya tap in saja dibanggain, sudah tuwir... itulah Penaldog.."
Komentar lainnya. "Messong, bisanya ngambeg minta pensiun... Â zonk di klub lain...
Di politik lebih parah lagi. Saya tidak berani mencupliknya takut kena pinalti hahaha...
Kalau dari cuplikan ig ....serem banget muknya seperti kayak boneka hantu2...Â
Apa tidak makan hati mas Bro?!
Itulah, kalau anda pembaca sering membaca komentar netizen, jangan diambil hati. Pusing sendiri dan bisa esmosi eh, emosi, buat saja membaca komentar netizen sebagai seru-seruan, kalau ditanggapi, bisa-bisa malah darting, alias darah tinggi.Â
Enjoy saja, sambil baca, ngelus dada... amit-amit jabang bayi, semoga daku masih normal tidak ikut-ikutan komentar para netizen yang unyu-unyu serta bikin, tersirap darah ketika membaca kata-kata yang bikin bludreg. Duh seribu wajah netizen Indonesia, luar biasa, namun yang unik kata Cak Robbi Gandamana, mereka bisa garang dan galak di dunia maya, namun malu-malu dan cenderung pendiam di dunia nyata. Nah lho bagaimana ini.
Bayangkan mereka bisa ganas dan galak di dunia maya, tidak peduli mau presiden, menteri, mantan mentri bekas gubernur, artis tenar, artis mendem, sekali ketahuan salah dan membuat blunder. Maka kata-kata yang bisa digambarkan merasakan reaksi netizen. Halusnya end, kasarnya, mam**s  lo !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H