Bagi sebagian pegiat sosial dan hampir semua yang kritis terhadap pemerintah saat ini. Kasus Wadas adalah sebuah tragedi kemanusiaan. Banyak cerita silang sengkarut berhembus dari media kritis, dan media-media yang memang senang menggoreng cerita menjadi sebuah epic drama rakyat kecil melawan pemerintah, dalam kitab perjanjian lama dan cerita keagamaan muncul cerita David dan goliat, mungkin juga diingatkan tentang buaya lawan cicak.
Saya pernah membaca versi Tempo yang sangat kritis bila menyangkut pelanggaran HAM dan Pemerintah.Namun perlu mencari sumber lain supaya  obyektif dengan mencari referensi lain yang lebih netral. Tujuannya adalah kadang media terlalu tendensius menyingkap fakta lapangan yang nyatanya berat sebelah. Apalagi menyangkut penderitaan rakyat. Seperti halnya ketika pemerintahan orde baru begitu represif pada penduduk di seputaran  Waduk Kedungombo.
Proyek Berskala Nasional
Kalau menurut berita yang kritis terutama cenderung menjadi antitesis pemerintah atau media yang akan mencari titik lemah pemerintah dan juga Ganjar sebagai kandidat favorit Pemilihan Presiden 2024. Posisi Ganjar dilematis. Ia adalah bagian dari pemerintah, sebagai bagian dari pemerintah  ia harus mensukseskan program pemerintah. Apalagi masalah yang dihadapi di Wadas itu sebenarnya menyangkut proyek strategis nasional yang ingin membangun waduk untuk pengairan di sekitar Purworeja dan Kulon Progo, juga di proyek itu akan dibangun pembangkit listrik 6 Megawatt. Proyek Bendungan ini diklaim menjadi tertinggi di Indonesia dan tertinggi kedua di Asia Tenggara.
Mengenai pembebasan lahan dan penggantian nilai tanah menurut data dari kumparan sudah hampir mencapai 72% yang menjadi masalah terutama hanya di Wadas yang belum tuntas karena mereka tidak setuju adanya pengukuran tanah dan menjadikan lahan mereka sebagai penambangan batu andesit.
Peristiwa penyerbuan polisi di Masjid tempat para penduduk yang tidak setuju akan adanya proyek penambangan batu andesit mendapat bumbu  cerita, entah hoaks atau memang benar. Saya tidak berani memastikan karena banyak versi yang  mengharuskan saya untuk memilah dan mengikuti utuh suara-suara dari media yang banyak. Tidak semuanya obyektif memberitakan, saya perlu membaca  Kompas, kumparan dan beberapa media yang cenderung selalu mengkrosscek dan menampilkan berita yang  obyektif.
Bukan ingin membela pemerintah sebenarnya, namun bagaimanapun kalau saya menjadi Ganjar akan bingung sebab posisinya dilematis. Â Tentunya ia tidak ingin membuat masyarakat Wadas merasa diintimidasi, namun, proyek strategis itu harus segera dieksekusi, salah satu hambatan adalah di desa Wadas, Kecamatan Bener Purworejo.
Menurut opini dari sosiolog Universitas Padjadjaran Doktor Jannus T Siahaan PSN (Proyek Stategis Nasional berpeluang memperbaiki perekonomian daerah, termasuk membuka peluang-peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Â Proyek Waduk bernilai 2,06 Trilun. Menurut rencana Waduk Bener akan menjamin aliran air untuk 13.589 hektar sawah yang sudah ada. Di samping sawah yang sudah ada waduk juga bisa mencetak 1.110 hektar sawah baru atas kapasitas air yang ada di bendungan.
Bendungan Bener direncanakan akan menyediakan sumber air baku 1.500 per detik.Sosiolog Jannus T Siahaan memperkirakan  Waduk Bener akan mereduksi potensi banjir lebih kurang 8,73 juta m3.
Reputasi Pemimpin Daerah dan Media yang Komprehensif Menampilkan Berita
Kisruh dengan warga Wadas sebetulnya di luar asumsi dari total progress pembebasan lahan dan pembayaran ganti rugi di tempat lain, hanya sekita 2,9%. Upaya Ganjar untuk meminimalisir konflik sebetulnya sudah proporsional. GP mengundang komnas HAM, Camat Bener, Kades Wadas, BBWS dan Pakar dari Undip di kantornya. Pada prakteknya warga yang kontra tidak datang, Karena asumsi persentasi sangat kecil dan tenggat waktu semakin dekat maka tim pelaksana akhirnya bergerak.
Apa yang dilakukan Ganjar sebetulnya sudah sesuai prosedur, dan karena media-media online dan pihak-pihak yang berseberangan meramaikan dan memperkeruh suasana menyebabkan kasus Wadas menjadi seakan-akan tragedi kemanusiaan, dan cacat Ganjar yang di blow up untuk menurunkan elektabilitas Ganjar yang saat ini meroket menjadi kandidat kuat Presiden pada pemilu 2024.
Menyikapi Wadas, sebagai warga negara saya harus hati-hati. Banyak media yang begitu gencar membelokkan masalah, banyak rekan-rekan dari media sinis dengan upaya pemerintah, banyak yang senang ketika muncul kisruh. Mereka mengaitkan dengan tragedi kemanusiaan di tempat lain seperti di Kedungombo yang sampai  Almarhum Gus Dur dan Romo Mangun turun tangan.
Ganjar Pranowo kembali ke Wadas, mengajak dialog mereka yang kontra dengan bermusyawarah, berusaha mendengar dengan hati, berharap anak-anak penduduk yang kontra tidak mendapat bullian, berharap bahwa kasus itu tidak didramatisir dengan perlawanan rakyat pada pemerintah.Â
Saat ini semua berita sekecil apapun bisa terekspos, jadi pejabat publik, TNI,Polisi dan semua aparat termasuk ASN mesti hati-hati dalam bertindak dan bertingkah. Mata rakyat begitu jeli mengintip berbagai penyimpangan, maka sekecil apapun proyek nasional yang sedang disosialisasikan tetap punya resistensi dan berpotensi menjadi masalah HAM dan masalah kemanusiaan.
Saya sih berharap media dewasa dan mengambil posisi netral, jangan menjadi kompor dan provokator bagi konflik. Ganjar sudah melakukan cara-cara persuasif, kalau ada yang masih belum berkenan wajar karena negara ini negara demokrasi, tidak semua kebijaksanaan mendapat persetujuan, banyak yang berbeda dan mereka mempunyai hak bersuara.
Semoga kasus Wadas semakin reda, pemerintah bisa melaksanakan proyek nasional, toh  tujuannya adalah untuk mensejahterakan rakyat dalam lingkup yang lebih luas, kalau ada kerikil kecil itu tugas pemimpin potensial untuk menyingkirkan tanpa membuat rakyat kecil terluka.Â
Era modern ini butuh masyarakat cerdas yang tidak mudah emosi dan cepat ngamuk hanya karena berita yang belum tentu benar harus punya pemikiran luas istilah canggihnya eksplanatory news (berita yang bersifat mengungkapkan/ menguraikan secara rinci dengan memadukan fakta dan opin. Fakta yang diperoleh dijelaskan secara rinci dan panjang lebar disertai argumentasi.Bisa juga ditulis bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H