Meskipun harus diakui banyak talenta berbakat dimiliki Indonesia, tetapi karena salah kelola dan main di kompetisi yang kurang kompetitif untuk menaikkan level permainan maka pemain berbakat itu akan berguguran satu persatu.
Kalau ingin sepak bola maju, ya jauhkan dari permainan skor, banyaknya mafia sepak bola, pengelolaan sepak bola yang transparan dan modern. Jangan mudah cepat curiga dengan terobosan kreatif anak muda untuk menjadikan bola sebagai bagian dari entertainer. Kalau masih dikuasai mafia maka susah sepak bola Indonesia bisa maju.
Sebagai penonton besar harapan Indonesia bisa bersaing dengan Korea Selatan, Jepang, Negara- negara Arab dan Australia. Hanya saja asa pesimis itu memang ada mengingat lebih banyak ramai caci maki antar suporter dan komentator daripada serius memajukan persepakbolaan Indonesia. Kemenangan di ajang AFF misalnya hanya sampai hampir juara dari waktu ke waktu, Kapan bisa juara, susah diprediksi.
Semoga Pratama Arhan, Marselino, Ronaldo, Evan Diman, Irfan Jaya, dan para striker mampu berbenah dan bisa menunjukkan diri mampu menjadi andalan dan tumpuan harapan persepakbolaan Indonesia yang sangat kangen kegemilangan. Apalah hanya khayalan belaka, hanya mimpi belaka atawa benar-benar diwujudkan. Mari berdoa bersama agar sepak bola Indonesia semakin maju.
Menjadi sepak bola favorit yang mampu memberikan kebanggaan, seperti halnya Korea Selatan, Jepang, bahkan kalau agak tinggi bisa seperti Brasil yang bergelimang prestasi. Duh tampaknya merunduk dulu, setahap demi setahap dijalani. Percayakan pada Sin Tae-yong untuk memberi pondasi dan memperbaiki sistem, organisasi permainan serta transparansi anggaran sepak bola. Kemajuan bukan hanya terletak dari galaknya komentator dan netizen, kepedulian itu milik bersama seluruh rakyat Indonesia, mau maju atau hanya sekedar sekelas tarkam. Salam sepak bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H