Ketika saya punya sepeda MTB atau sepeda gunung saya pernah bersepeda menuju Bogor dengan naik kereta.Â
Dari stasiun, sepeda MTB itu masuk ke gerbong. Saya memilih gerbong belakang agar lega bisa memegang sepeda.Â
Di sana bisa duduk bersama pedagang pisang, pedagang sayur-sayuran, pedagang buah-buahan, dan dihibur oleh pengamen yang berlalu lalang sepanjang gerbong.Â
Untuk bersepeda, saya memilih sekitar jam 9 pagi agar penumpangnya tidak terlalu padat dan tidak sungkan bila bawa sepeda. Dari stasiun Bogor terus keliling ke Bogor naik sepeda.
Jujurly hehehe, saya tidak berani naik kereta di atas atap, di samping sayang pada diri sendiri memang rasanya konyol saja naik kereta di atap, lebih baik sedikit menunggu daripada nekat tanpa perhitungan naik ke atap.Â
Penumpang kereta dulu benar-benar bandel, sudah banyak korban berjatuhan tetap saja tidak kapok.
Terakhir-terakhir, sebelum kereta api di pegang Ignasius Jonan, pernah ada alat agar kereta tidak bisa dinaiki orang, tapi di antara banyak orang itu, tetap saja nekat naik atap meskipun resikonya luka atau tergencet.
Benar-benar luar biasa penumpang kereta demi mendapat tumpangan gratis, malah rela mengorbankan diri sendiri.
Pengalaman Nekat Naik Kereta dengan Modal Nekat
Kalau diceritakan tentang KRL, berlembar-lembar tidak selesai, maka dalam artikel saya ini hanya saya pilih yang masih saya ingat dan benar-benar menjadi pengalaman luar biasa.Â
Dulu sebelumnya sudah ada pengalaman ketika masih kuliah di Yogyakarta, naik kereta barang.Â