Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

PTM "Full" Mengagetkan Siapkah Sekolah Mengantisipasinya?

4 Januari 2022   13:14 Diperbarui: 5 Januari 2022   10:07 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembelajaran tatap muka. Foto: Kompas.com/Garry Lotulung

Pembelajaran Tatap Muka ( PTM ) full di Jakarta sudah di mulai hari Senin, tanggal 3 Januari 2022. Keputusan SKB 4 Mentri no 05/KB/2021 , no 1347 tahun 2021 no HK  01.08 /menkes 6678/2021  no 443-5847 tahun 2021, mewajibkan sekolah membuka kembali pembelajaran dengan tatap muka yang mewajibkan semua masuk.

Keserentakan itu mendapat banyak tanggapan, menuai pro dan kontra. Yang pro rata-rata menyambut baik pembelajaran normal di sekolah. Yang pro menganggap mereka sudah bosan belajar di rumah dan ingin merasakan kembali suasana sekolah dengan segala dinamikanya. Namun PTM full tetap mengandung resiko. Susah mencegah munculnya kerumunan. Protokol kesehatanpun menjadi pekerjaan berat, karena bagaimanapun mengatur sekian banyak orang tidak semudah yang dipikirkan.

Untuk yang kontra pemberlakuan PTM itu terlalu tergesa-gesa. Apalagi siswa yang sudah vaksin terutama anak SD baru sekitar sepertiga. Apakah tidak beresiko sebab di banyak negara saat ini perkembangan omicron sedang naik. 

Adanya kerumunan dan pemberlakuan PTM full mengandung resiko peningkatan penularan virus omicron. Keterburuan kebijakan PTM ini membuat guru, yayasan, orang tua tampak panic. Sebab tidak mudah mempersiapkan kembali PTM. Banyak hal yang diperhatikan terutama bagi orang tua tentunya tentang seragam, peralatan pembelajaran, Kuota internet, dan juga transportasi.

Pemberlakuan PTM Full masih pro dan kontra (tribunnews.com)
Pemberlakuan PTM Full masih pro dan kontra (tribunnews.com)

Kalau orang tua harus mengikuti mobilitas siswa untuk berangkat dan pulang sekolah yang maksimal hanya 6 jam tentu butuh penyesuaian, apalagi orang tua yang dua-duanya bekerja. Ini yang membuat pada awal pemberlakuan tampak banyak orang tua yang stres dan belum siap menghadapi PTM full.

Apakah pemerintah tidak memberi kelonggaran agar sekolah dan orang tua, menyesuaikan diri pelan-pelan, menunggu sampai semua anak mendapat vaksin. Kebijakan PTM membuat beberapa orang tua tungganglanggang dengan banyaknya masalah ketakutan akan munculnya penyebaran virus baru, seragam sekolah yang mesti baru sebab jarang dipakai selama dua tahun.

Model pembelajaran baru, membuat orang tua yang tidak siap berpikir apakah mau melepaskan anak untuk pergi ke sekolah, atau istirahat dulu di rumah. Di sekolah saya, pemberlakuan PTM tidak semudah apa yang dipikirkan para pejabat yang secara tegas memberlakukan serentak mengikuti instruksi pemerintah. Ada banyak hal terutama sekolah swasta yang sudah terbiasa dengan pembelajaran blended learning.

Belum semua kelas ditambahkan alat untuk pembelajaran dengan dua model, onsite dan online.  Perlu video, tripod, layar, pembagian ruang guru yang tidak boleh lagi terlalu penuh. 

Perlu banyak ruang untuk menyebarkan guru agar tidak berkerumun dalam satu ruang. Persiapan untuk perubahan pembelajaran itu tidak bisa seperti Bandung Bondowoso yang hanya dengan waktu semalam bisa dipersiapkan. Untuk sekolah  di manasaya mengajar, perlu sebulan sampai semuanya siap. Pelan-pelan diberlakukan sampai terbiasa.

Normalisasi pembelajaran anak sekolah seperti sebelum munculnya covid-19 butuh waktu. Apalagi selama dua tahun itu ada perubahan budaya. Ada yang sudah menikmati pembelajaran jarak jauh, ada efektifitas yang berkembang dengan pembelajaran PJJ. Tidak semua kembali normal sebab pendekatan penugasan digital dan pembelajaran online sudah menjadi habit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun