Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jatuh Bangun Hidup Bersama di Rumah Besar Kompasiana (1)

27 Desember 2021   08:39 Diperbarui: 27 Desember 2021   09:20 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rekam jejak di Kompasiana 2021(dokpri)

 Semoga kekhawatiran bahwa Kompasiana akan tenggelam tidak pernah terjadi, meskipun katanya anggota Kompasiana naik drastis, nyatanya tahun ini saya masih bertahan di 100 besar penulis yang aktif, masih di kisaran peringkat 74 sama seperti tahun- tahun sebelumnya. Saya konsisten di angka itu tidak naik, tidak turun. Padahal di sekitar Agustus, September, Oktober, November boleh dikatakan saya kurang aktif menulis, tapi terbantu karena dari bulan Januari sampai Mei tercatat sangat aktif.

Semoga saja ada resolusi baru dari saya tentang visi menulis. Ada beberapa draft dari Kompasiana yang sedang saya kumpulkan untuk dijadikan buku. Sudah ada satu buku yang tercetak dari kumpulan tulisan saya selama gabung di Kompasiana. Kalau dikumpulkan sesuai dengan minat saya pada tulisan humaniora sebetulnya pasti akan banyak buku dihasilkan, sayangnya saya sendiri yang kurang gercep untuk mencari penerbit atau membuat keputusan untuk mandiri mengakurasi, mengedit dan mencetak sendiri seperti halnya teman- teman yang membuat buku secara indie.

Semoga saja tahun depan visi menulis saya berkembang, mau bergabung dalam komunitas agar mempunyai teman berdiskusi, teman melakukan kebaikan dan memberi dampak positif bagi generasi muda untuk membuat tidak segan-segan terjun dalam dunia literasi khususnya menulis. Meskipun bukan profesi utama saya masih yakin bahwa menulis itu memberi dorongan kuat untuk selalu belajar dan belajar, mengikuti tren, mengikuti tuntutan zaman.

Saya sempat melirik dan membaca tulisan Mbak Dewi Puspa menyinggung tentang keberadaan Kompasiana apakah baik-baik saja. dari dua tulisan yang saya baca sayapun merasakan bahwa Kompasiana sekarang itu beda dan tidak sedang baik-baik saja. tampilan yang cukup mengganggu (mungkin karena saya tidak langganan Kompasiana premium). Tiba-tiba muncul suara video, tampilan iklan yang sangat mengganggu terutama iklan film yang susah dihilangkan, ketidaknyamanan membaca karena harus membuka berhalaman-halaman untuk menuntaskan membaca. Begitu juga beberapa komunitas yang tergabung dalam kompasiana seperti terabaikan. Dulu saya cukup sering datang ke kantor Kompasiana di Palmerah, ikut diskusi dan mencoba merasakan suasana meriah bersama admin dan pengelolanya. Melihat dan merasakan sensasi masuk gedung Kompas Gramedia yang megah. Melihat sosok wartawan-wartawan yang cakap dan pintar.

Nasib Tulisan Yang Dicomot Platform Blog Lain

Yang saya lihat sekarang berita-berita di media online, rasanya terlalu simpel pragmatis, kurang dikelola dengan baik, banyak salah kata. Yang mengecewakan juga karena ada konten lain yang dengan tanpa dosa mengambil tulisan Kompasiana. Lebih dari 40 artikel saya muncul di konten yang entah milik siapa. Tulisan-tulisan yang saya tampilkan itu sebetulnya punya sejarah sendiri. Dibuat ketika tidak ada lagi pemasukan untuk penulis baik reward maupun bonus lain. Ini adalah murni karena rasa suka dan panggilan menulis. Tiba-tiba saja tulisan nongol dan Kompasiana membiarkan tulisan muncul di konten lain tanpa ada perlindungan hak cipta sama sekali. Kalau mau mengambil apakah sudah ijin ke Kompasiana atau langsung ke penulisnya sendiri, kalau karena tulisan- tulisan kompasianer mereka untung lalu bagaimana nasib penulis aslinya, bangga kecewa atau diuntungkan karena ternyata pengelola konten itu melihat kualitas penulis seperti saya (sombongnya!).

Ah, kadang rasa sakit hati itu akhirnya berakhir menjadi sikap masa bodo yang penting menulis, di Indonesia ini hak cipta terutama menulis masih menjadi barang langka. Belum ada penghargaan terhadap penulis sehingga ketika muncul penjiplakan, pembajakan maka pembiaranlah yang terjadi. Penulis menjadi tidak berdaya dengan kemeriahan munculnya konten yang entah resmi atau hanya sekedar mencuri viewer dari mencomot tulisan-tulisan bloger tanpa harus permisi.

Padahal saat menulis, seorang penulis harus mengorbankan kuota, belajar, bahkan mengeluarkan uang untuk melakukan riset. Mendatangi obyek dan kadang mengeluarkan uang untuk transportasi. Ketika akhirnya tulisan dimuat kemudian dicuri oleh platform lain rasanya sakit sungguh luar biasa. Mereka untung penulisnya buntung. Tulisan pertama saya berhenti di sini semoga pembaca penasaran dengan tulisan saya selanjutnya, kalaupun tidak tertarik untuk membahas artikel selanjutnya saya tetap akan menulis, karena percaya setiap tulisan mempunyai takdirnya sendiri.

Resolusi tahun 2022 saya spoiler untuk pembaca  saya ingin mempunyai buku dan menulis jauh lebih baik dan ikut salah satu komunitas. Hehehe kok bocorannya banyak sih, tidak apa-apa, aku ra popo. Mas Bro...Tunggu artikel kedua saya ya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun