Mengapa ragam hias tetap menarik meskipun motifnya diulang-ulang? Menurut beberapa referensi yang pernah penulis baca, pengulangan motif itu adalah untuk menghasilkan kesan magis, dan pola berulang menghasilkan irama gambar yang dinamis. Jadi meskipun polanya terlihat sama dalam proses finishing dan penerapan pada benda pakai seperti kursi, meja, pintu, batik, relief, pintu gerbang, tetap menghasilkan karya yang luar biasa, apalagi dibuat dengan pola detail dengan modifikasi disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Motif modern  muncul dari pengaruh budaya pesisiran.  Pesisiran yang berarti dekat pantai memungkinkan percampuran budaya dari berbagai suku bangsa.Pengaruh budaya lebih dinamis. Zaman dulu daerah pesisir terbuka terjadinya asimilasi, akulturasi, pertukaran kebudayaan atau budaya luruh bercampur sehingga menghasilkan budaya baru. Misalnya budaya Jawa bisa terpengaruh dengan budaya Arab dan China. Motif China tampak nyata pada motif batik yang berasal dari Lasem. Seperti diketahui Lasem (nama kecamatan) terletak di pesisir pantai Utara Jawa, Kabupaten Rembang dan dekat dengan Jepara. Sedangkan untuk pedalaman biasanya tetap kuat memegang tradisi turun temurun terutama pengaruh kerajaan mataram yang sekarang terbagi dua yaitu Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.
Ornamen Nusantara banyak ragamnya apalagi jika dilihat pengaruh budaya dari tiap suku. Dari Aceh, Sumatra Utara(Batak), Melayu, Sumatra Barat (Minang), Lampung, Â Banten, Sunda, Jawa, Madura Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT, Papua. Masing- masing mempunyai sejarah sendiri. batik muncul dari budaya Jawa, sedangkan tenun atau songket muncul di banyak suku di NTT, Sumatra Utara, Kalimantan, Sedangkan di Kalimantan ukir- ukiran kayu dan motif sering muncul sebagai tato atau hiasan untuk senjata, alat musik dan motif bangunannya yang khas.
Jadi jika berbicang tentang ragam hias akan banyak karya yang bisa ditampilkan yang membuat semakin kaya karya seni rupa anak bangsa. Meskipun digambar dan dibuat dengan pola berulang tetap saja menarik dan tidak pernah lekang sampai kapanpun.
Referensi Kompas.com, Detik edu.Â
Sumber gambar : Karya Penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H