Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesepian Itu Nyata Saat Kau Lebih Peduli Gawaimu Sayang

17 Desember 2021   15:35 Diperbarui: 17 Desember 2021   15:43 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah arti batukku sayang. Itu sebuah kode untukmu  yang terpesona oleh drama dan web series di gawaimu. Sebetulnya aku ingin ngobrol, tentang daun mawar yang mulai mengering karena jarang disiram, daun pucuk merah yang mulai meranggas. Tapi kau terlalu asyik dengan segala pesona yang hadir dari gawai canggih itu.

Padahal aku sebetulnya ingin mengajak sesekali di kafe, duduk semenjana sambil menikmati rintik hujan senja hari. Kau lebih senang rebahan dengan ekspresi berubah-ubah. Akhirnya aku larut juga dalam kegiatan melupakan sepi. Menulis ya menulis, hanya itu dan terkadang menggambar sketsa hitam putih atau doodle.

Sementara kamu mengelus-elus layar gawaimu aku melupakan kesepian dengan menulis dan menggambar. Kita serasa aneh bukan, hidup dalam satu atap tetapi seperti memiliki dunia tersendiri. Aku akui jauh lebih gaptek dalam hal aplikasi dan juga proses cepat urusan bisnis.  Seperti sedang terjebak dalam dunia yang bergerak secara cepat. Rasanya seperti melihat petir yang sedang menyambar pohon kelapa tepat hanya kurang lebih satu lemparan batu kerikil. Blarrrrrrrrr! Tiba-tiba dunia memutih dan suara menggelegar itu seperti merontokkan mentalku.

Aku jadi melihat dunia serasa berubah drastis sejak kejadian yang membuat persepsiku tentang dunia berubah. Semua tampak sunyi karena alunan musik hanya didengar melalui bluetooth. Dalam kuping kuping mereka terdengar hingar bingar sedangkan di luar kehidupan mereka begitu sunyi hanya sesekali terdengar suara burung berkicau, dari hembusan angin pelan.

Kalau semua akhirnya harus dibantu dengan teknologi canggih bagaimana aku harus ngobrol dari hati ke hati dengan tatapan penuh makna. Semuanya hilang karena dunia virtual telah memisahkan meskipun kesannya terasa dekat melalui kaca gawai.

Bagaimana bernostalgia mengirimkan surat dengan ditempeli perangko. Sudah langka kali mereka berkirim surat memakai perangko.

"Kalau jadi orang jangan udik- udik amat sayang, bukankan sudah ada WhatshAp, sudah ada aplikasi telegram."

" Tapi menulis itu adalah sebuah ungkapan jiwa dan seni. Kamu tidak tahu betapa kadar emosional tampak terasa ketika melihat goresan tulisan di kertas?"

"Telegram juga bisa, tik-tok juga bisa malah langsung terkirim, dan langsung dibaca. Tulis saja di kertas lalu upload gambarnya kirim hingga kekasihmu bisa melihatnya. Keuntungan lainnya kamu akan tambah viewer jika tulisanmu jadi viral."

"Duh, bukan itu maksudnya, sayang. Aku hanya ingin merasakan secara emosional lihat balasan surat dengan warna kertas atau goresan yang penuh rasa."

"Memang susah sih bergaul dengan kaum tua bangka, susah nyambung, zaman gini masih ada surat menyurat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun