Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesepian Itu Nyata Saat Kau Lebih Peduli Gawaimu Sayang

17 Desember 2021   15:35 Diperbarui: 17 Desember 2021   15:43 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah suasana nan sunyi (Ilustrasi by Joko Dwiatmoko)

Nah itulah banyak tanggapan nyinyir hingga membuat semakin kesepian menyaksikan hingar bingar teknologi. Ini baru sekitar beberapa dasa warsa. Semua berlangsung cepat di kisaran tahun 2000. 2021 sampai 2045 apa yang terjadi? Akan banyak kaum rebahan yang malas bangkit dari sofa dan tempat duduknya. Mereka hanya berkutat pada gawai dan PC yang akan semakin dominan di rumah. Tidak perlu ramai dengan menyetel musik keras-keras. Dengan chip, Bluetooth musik tidak harus mengganggu ketertiban umum, cukup di dengar sampai gendang kuping sendiri, mau seharian sampai panas dengan battery HP tahan 24 jam penuh, sampai muntah juga tidak habis-habis.

Aku sudah merasakan betapa sepi rumah, tanpa musik tanpa hingar bingar anak yang bermain di luar rumah, main galasin atau petak umpet. Mereka lebih senang rebahan sambil memainkan game-game terbaru. Lalu bagaimana diriku yang gaptek, yang hanya mengandalkan pengetahuan pendek tentang aplikasi dan hanya tahu dari WA dan telegram yang semakin lama semakin jadul.

Lalu ke mana media sosial dulu, bagaimana SMS, bagaimana pager sebagai alat komunikasi, zaman dulu. Bisa jadi di tahun 2045 akan terjadi revolusi besar. Untuk bisa bertahan hidup tidak harus menghuni kantor, tidak harus punya gedung wah dengan maintenance yang amat mahal. Cukup membangun rumah yang terkoneksi internet, semua transaksi bisa dilakukan di rumah, semua pembelajaran tidak memerlukan ruangan luas, hanya perlu audio canggih dengan peralatan komputer yang bertera-tera bith untuk menampung memori yang banyak.

Tidak perlu beranjak hanya karena ingin membayar listrik dan laporan pajak. Dengan duduk, rebahan dan tiduran semua bisa dilakukan. Untuk tersenyumpun tidak harus mencari tempat khusus seperti gedung pertunjukan. Semuanya bisa dilakukan di rumah dengan berbagi aplikasi canggih yang mampu menampilkan film-film lokal maupun internasional. Korea, Jepang, Amerika, tidaklah jauh. Sekali membuka layar gawai siapa saja bisa menyaksikan secara virtual gang-gang di negara yang dulu harus ditempuh dengan perjalanan berhari-hari. Sekarang dengan satu dua sentuhan, kamu bisa terbang ke mana saja dibelahan bumi sambil seruput kopi dan menikmati bubur kacang merah dari layanan antar pesanan makanan lewang daring.

Belajar tidak perlu onsite, mau pilih sinkronus atau asinkronus. Mau dengan konvensional atau dengan permainan kuisis dengan aplikasi yang bisa memastikan seberapa skormu dengan cepat ketika bisa menjawab pertanyaan dengan amat presisi. Jadi fix zaman modern itu yang susah tidak perlu dibuat lebih susah lagi, kalau semua bisa dipermudah dengan adanya gawai mengapa mesti susah dengan cara manual. Zaman kuno, hello.... Ini bukan zaman batu atau zaman yang masih mengandalkan kaki untuk menjejak dan tangan untuk mengangkat beban berat. Cukup sehatkan jarimu, jempolmu dan pastikan kecepatan ketikanmu diperbaiki untuk bisa membuat semuanya bisa berjalan cepat dan tepat

Sehabis Covid pembelajaran daring amat gencar. Dari sinkronus dengan interaksi lewat layar zoom dan asinkronus dengan penugasan berbasis internet. Hahaha, dasar guru harus tahu istilah-istilah baru dalam pembelajaran. Sejak covid, kursi kerja di rumah jadi sering mengeluh, betapa sering harus menahan beban.

"Kapan, kau keluar kamar Bos? Sekali-kali keluar, blusukan ke mana kek, yang penting ane bisa istirahat. Sedikit-sedikit duduk, buka gawai, buka laptop, lalu demikian berisik suara-suara dari pembelajaran lewat zoom, sampai webinar yang tidak berhenti-berhenti dari pagi buta sampai menjelang senja. Malamnya bos menulis artikel pula. Capek. Apalagi dudukan kaki-kaki sudah kendor, tidak lagi mampu menahan beban berat dalam jangka waktu lama."

Aku menjawab,

"ya maafkan saja. ini adalah sebuah cara agar terbebas dari segala ancaman virus di luar sana. Dari virus covid biasa, delta sampai sekarang omicron. Perubahan era begitu cepat dan mau tidak mau banyak gedung kesepian ditinggal penghuninya. Masih bersyukur rumah tidak lagi sepi karena semua berkumpul untuk bekerja dan belajar."

***

Kalau kalian bisa merayakan betapa serunya teknologi, aku   merasa hidup semakin kesepian Hanya kenangan yang berkelindan, melintas dan akhirnya lenyap. Meskipun mungkin ada sisi positifnya, aku jadi semakin rajin menulis puisi. Sebab puisi bagiku lebih mudah ditulis ketika tengah merayakan sepi dan sunyi. Saat gaduh dan ramai dipastikan hanya terbengong mencoba menjaring kata tapi tidak pernah ketemu.

Andaikan aku punya sayap, aku ingin terbang memotret senja, memotret wajah-wajah lelah mereka. Adakah sepi di wajahmu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun