Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anies Baswedan dan Cipratan Kritik Seputar Sumur Resapan

13 Desember 2021   14:14 Diperbarui: 13 Desember 2021   14:18 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah pembangunan kota metropolitan adalah tumpang tindih peraturan, apalagi gubernur, atau wali kota dan penguasa yang berangkat dari partai politik diuntungkan oleh politik identitas. Anies Baswedan mengalaminya ketika menghadapi tekanan akibat proyek sumur resapan yang kontroversial dan banyak kritikan menyasar dirinya sebagai gubernur Jakarta.

Dominasi Pengaruh Partai dan Ormas bukan Sistem

Seperti ada aroma persaingan agar masuk legitimasi sejarah. Bukan kesinambungan atau sistem yang diprioritaskan melainkan gengsi dan pengin menonjol agar tercatat dalam sejarah dengan terobosan kebijakan yang bisa saja menyetop kebijakan baik yang seharusnya tetap diteruskan di pemerintahan sebelumnya.

Ada konspirasi politik yang membuat kebijakan untuk publik condong diabaikan, yang penting kepentingan politiknya tercapai. Inilah kelemahan tata pemerintahan di Indonesia. 

Dominasi partai membuat pejabat kompeten yang fokus untuk mewakili rakyat sedikit. Yang banyak adalah statemen beberapa petinggi partai yang mengatakan "Kamu itu petugas partai, harus tunduk pada keputusan partai!"

Pertanyaannya bagaimana  jika kebijakan partai tidak sejalan dengan hati nurani pemimpin tersebut ? Apalagi jika partai terlalu banyak campur tangan, totalitas pengabdian dan pelayanan terkendala formalitas dan terkesan hanya lipstick, merah merekah ketika kampanye namun semakin memucat ketika mendapat mandat besar melakukan pelayanan penuh pada masyarakat atau lebih condong mendengar suara partai yang pasti punya hitung-hitungan politik.

Ketiadaan kontinuitas dengan Pemimpin Sebelumnya

Penataan ruang publik yang tumpang tindih, cenderung menimbulkan masalah. Seperti ada sistem yang mandek dan tidak kontinyu. Gubernur sebelum dan setelahnya ingin membuat sejarah sehingga sering terkuak fakta bahwa kebijakan gubernur sebelumnya sengaja dipotong untuk mengakomodasi kepentingan konco-konconya.

Harusnya masalah lingkungan, pendidikan dan kebijakan publik itu masuk dalam sistem, tidak diutak utik lagi sampai jangka waktu lama, kecuali peristiwa insidental yang dampaknya luas, seperti hancur kota oleh bencana seperti Tsunami atau gempa yang merusak dan hampir meruntuhkan keseluruhan kota.

Anies Baswedan, gubernur yang dipilih langsung oleh sebuah mekanisme pemilihan pejabat publik melalui pemungutan langsung. Melalui berbagai bentuk kampanye dan juga saling serang ideologis. Banyak yang menilai pemilihan Gubernur Jakarta selalu berdampak nasional, sebab ada kans bahwa pimpinan daerah metropolitan bisa menjadi lompatan tinggi ke pucuk pimpinan negara.

Anies Baswedan pasti berupaya, memuluskan jalan menuju RI 1, salah satu triknya adalah dengan meluncurkan terobosan kebijakan agar mendapat simpati rakyat. Salah satunya adalah adalah meluncurkan kebijakan sumur resapan. Pemprov berusaha keras membuat ribuan sumur resapan yang saat ini menuai kontroversi. Di beberapa tempat sumur resapannya amblas dan ketika dilihat kualitasnya di bawah standar dari ketentuan tentang pembetonan jalanan umum. Banyak pula yang kedalaman sumur resapan tidak memenuhi standar sesuai penilaian ahli teknik sipil tentang idealnya tinggi rendahnya sumur resapan tergantung pada daya serap air dan juga ketinggian masing-masing daerah resapan yang berbeda-beda. Daerah selatan beda dengan daerah utara yang dekat pantai. Apalagi daerah yang digali sedikit sudah muncul air rob yang berasal dari laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun