Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Izinkan Kami Istirahat di Kala Malam Penuh Kesunyian

4 September 2021   12:08 Diperbarui: 4 September 2021   12:08 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang besar di jagad kehidupan

menyimpan balutan misteri sekira dalam lautan

ada banyak mata yang terlihat melirik hanya sekilasan

selanjutnya tetap berjalan tanpa kesan

selain hanya senyum sinis melihat gambar baliho di depan.

Untuk apa tersenyum penuh kekaguman

mereka berdiri sombong bersembunyi dalam kamuflase  pakaian

 mencoba perlihatkan senyum  yang penuh ringai kekuasaan

aku berdiri, melihat gambar - gambar kesepian

Saat malam - malam tanpa manusia berlintasan.

Sepertinya gambar gambar itu ingin duduk di taman

lelah melihat gelap dan lalu lintas tanpa kesan

kecewa karena  manusia bercitra ketidakpedulian

hanya melengos selanjutnya tanpa menoleh terus berjalan

Aku dengar gambar itu pengin menyampaikan pesan

sementara manusia menunduk menghitung pelan - pelan

misteri kehidupan yang mesti mereka rasakan

gambar gambar itu hadir penuh polesan

sedangkan manusia saat ini butuh hidup sesuai kenyataan

senyatanya misteri hidup tidak pernah tertebak ke mana arah tujuan

Hai gambar gambar kalian kesepian?

menyungging senyum penuh harapan

"kau lihat aku, pilih saja dan hadiahnya kemakmuran."

sementara pengemis kecil melihat kamu berbisik langsung berkata." Pencitraan "

Pengemis kecil yang selalu membawa plastik bekas permen menyentil pelan

"Nih, kau isi kantong ini. Baru bisa dikatakan kenyataan"

sementara gambar itu hanya diam, meskipun dalam hati mungkin penuh umpatan

"Ih anak kecil songong, siapa peduli pada suaramu, Per**tan.

Dua hari kemudian gambar - gambar kesepian itu menghilang tanpa pesan

hanya terlihat sisa sobekan semeteran

sisa baju putih yang tampak kusam penuh irisan

ternyata poster itu sudah menjadi alas tempat tidur pengemis kecil di sudut taman

diantara rimbun bunga- bunga dan dedaunan

meskipun harus menahan diri merasakan nyamuk datang penuh suara desingan

tertangkap telinganya yang penuh kotoran

maklum ia tidak pernah bersih - bersih telinga dengan cotton bud melainkan hanya jari tangan

sesekali congek keluar kekuningan

hingga bau menghambur diantara kentut dan keringat berbuncahan.

Wajah - wajah kesepian terlipat di sudut taman

menemani bocah congekan

mereka adalah kenyataan sedangkan wajah - wajah kesepian itu hidup di ranah impian.

Jakarta, 4 September 2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun