Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mural, Kritik Seniman dan Tafsir Aparat

15 Agustus 2021   20:14 Diperbarui: 15 Agustus 2021   20:24 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wartakota.tribunnews.com

Saya yakin perintah penghapusan itu bukan berasal dari Presiden Jokowi. Jika akhirnya sensitifitas isu membuat gambar dihapus itu karena aparat berkewajiban mengantisipasi ekses dari gambar tersebut. 

Mungkin di satu sisi muncul kritikan keras. Banyak yang menangkap salah kaprah arogansi aparat dengan menganggap bahwa Jokowi dan jajaran di bawahnya sensitif mirip seperti orba yang sedikit sedikit dibredel dan dilarang. La wong ungkapan kebebasan menyalurkan seni kok dilarang.

Benarkah demikian? Pasti Jokowi tidak pernah mengurusi gambar yang menghina dan membuat meme yang memperkusi dirinya. Sudah kebal dengan segala sindiran keras maupun lewat gambar. 

Itu upaya antisipatif aparat agar senimanpun hati - hati dalam membuat gambar yang berpotensi membuat gambaran seakan- akan kepala negara itu seorang kriminal yang tidak peka terhadap penderitaan masyarakatnya.

Membuat mural sejauh tidak mengganggu ketertiban umum, tidak dilarang, bahkan ada sponsor yang membiayai. Tetapi membuat gambar yang menimbulkan persepsi yang bikin gaduh dan cenderung mendiskreditkan presiden sebagai kepala negara, kepala pemerintahan itu tugas aparat.

Isi kepala masyarakat berbeda dan akan sangat banyak hujatan, gugatan yang multi tafsir. Menurut penulis sih sebaiknya seniman jalanan, yang melukis dengan tujuan memberi kritikan sosial, menghindari sisi sensitif, pasal penghinaan terhadap lambang negara.

Jokowi mungkin tidak akan marah, dan penulis yakin beliau tidak marah. Tapi sopan santun ketimuran tetap harus dijunjung tinggi. Apakah sebegitu parahnyakah Jokowi sampai ada yang menggambarkan dengan gambar karikatur seperti itu?

Semoga saja para pegiat seni mural, graffiti dengan istilah kerennya street art, bisa lebih panjang lagi dalam berpikir. Aparat pasti tidak ingin kecolongan dan berharap mural yang tampil meskipun berisi kritik adalah kritikan yang cerdas yang tidak sampai menimbulkan kegaduhan dan multitafsir.

Pada para seniman ( kebetulan saya pernah melukis mural, meskipun hanya di lingkup sekolah ) tetap salurkan kreatifitas anda, namun hal - hal sensitif seperti gambar yang menjadi heboh itu sebisa mungkin dihindari. Kalau bicara politik saat ini memang lagi ngeri - ngeri sedap. Presiden mungkin sudah kebal terhadap segala caci maki dari lawan politik dan sebagian masyarakat yang cenderung menganggap presiden sekarang ini terlalu sensitif sedikit- sedikit dilarang.

Tetapi apakah benar bahwa Pemerintahan Jokowi sensitif dan gampang menghukum mereka yang mencoba mengkritik? Menurut persepsi penulis, tidak juga. Karena kondisi bangsa yang tengah fokus menghadapi wabah covid, banyak bidang lain sering tidak diperhatikan. Yang diperlukan saat ini adalah kesabaran masyarakat untuk menghadapi ujian.

Nyatanya pemerintah sudah sangat banyak mengeluarkan dana untuk mengantisipasi lonjakan covid dengan menggratiskan perawatan medis pasien corona, membantu menyediakan vaksin gratis, menyediakan wisma atlit dan sejumlah gedung untuk isoman. Mendorong masyarakat sadar pentingnya protokol kesehatan.

Para seniman cobalah fokus untuk membantu menyadarkan masyarakat untuk lebih sabar dan tetap semangat meskipun dampak PPKM teramat berat bagi masyarakat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun