Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Senioritas di Blog Kompasiana Tidak Penting?

13 Agustus 2021   10:50 Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:51 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata senior hanyalah senior "zonk" tanpa kepekaan menangkap fenomena. Kalau ingin bisa mengepak sayap di zaman manga dan anime jepang mengawang di angkasa ya coba kenali dan kalau bisa diakrabi. Trik yang baik dilakukan tetapi idealisme menulis tetap harus dipertahankan. 

Senior ya senior, tapi jangan mentang - mentang. Bagaimanapun tiap generasi mempunyai plus minusnya. Senior menang tua dan menang pengalaman. Mengenal denyut jantung kompasiana sejak awal dan pernah menjadi bagian mereka saat sedang merangkak.

Kini ketika platform ini semakin dewasa dan semakin berkembang, ribuan penulis datang dan pergi, dan ada beberapa penulis tengah dipucuk . Seperti halnya pohon kelapa semakin tinggi pohonnya maka terpaan angin semakin terasa. Ada yang iri dengan kesuksesan salah satu penulisnya. Ada yang terusik dengan hegemoni para milenial.

Dulu ketika masih" miskin" karena jarang ada reward mampir hanya kebanggaan mendapat pembaca banyak dan respon komentar yang beragam, relasi itu lebih hidup. Kompasiana menjadi rumah bersama tempat menguji mental dan bersaing secara sehat. Keistimewaan Kompasiana karena bebas menuangkan gagasan bukan seperti koran yang harus tahu aturan main, tata bahasa dan tema khusus yang disyaratkan koran. Kompasiana dengan segala kelebihan dan kekurangannya telah memberi donasi kepintaran dan kecerdasan para pembaca. Membuka wawasan bahwa dunia ternyata amat luas.

Bayangkan yang ada di pelosok desa bisa membaca dan merasakan pengalaman kompasianer di Jerman, di Australia, di Jepang. Dunia yang terbatas dalam jangkauan mata ternyata sangat luas di dunia maya.  Senior, senior terimakasih atas pengalamanmu, namun kalianpun masih harus belajar pada siapa saja, termasuk kehidupan pada junior. Guru tuapun saat ini harus belajar tentang digital pada yang masih unyu -- unyu. Itulah kehidupan.

Jadi apakah senioritas di Kompasiana perlu... bukan ranah senior yang menjawab tapi adalah hati nurani dan permenungan diri yang bisa menjawab. Kalau saya jujur menjawab, senior masih penting untuk menjadi tolok ukur kesetiaan. Jika seseorang lama bertahan dan masih nyaman berarti rumah besar kompasiana ini masih menjadi rumah yang enak ditinggali dan dijadikan alat untuk berkreativitas. Namun bila rumah besar itu sudah penuh konflik, penuh intrik dan para penghuninya saling bersilih paham, mungkin mesti pindah ke rumah sebelah yang lebih nyaman.

Tetapi kadang rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Setelah mencoba pindah dan ternyata tidak lebih baik pada kenyataannya, balik lagi. Meski hidup dalam himpitan ujian.

Ayo Kompasiana bersatu padu. Tidak usah dipikirkan senioritas dan junioritas. Bersaing sehat tanpa saling menjatuhkan. Merdeka berkarya. Salam damai selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun