Ternyata ketika melihat layar besar masa sekarang, terlihat Pendekar Tua Gila terlihat ciut nyalinya, sebab kekuatan khayalan pendekar muda, sudah bisa menembus dimensi. Bisa mengitari bumi dengan sekali tarikan nafas, bisa merubah wajah dan menyerang dengan kekuatan cahaya. Bisa berpindah dari zaman batu menuju zaman milenial di mana digitalisasi telah mampu memecahkan rahasia dari kitab sakti pendekar lama yang bisa meramal masa depan.
Sekarang Si Tua Gila harus bertapa lagi agar ia bisa memahami fenomena alam. Banyak perubahan yang tidak ia mengerti, tapi memang dia hanya bisa menggumam, apa yang terjadi memang harus terjadi. Â Sekarang memang eranya Pendekar Steven yang mampu mempesona kaum Milenial, ia sedang berada di puncak ketenaran dan mampu mengerti apa yang ada dalam dunia milenial dan pola pikirnya. Pendekar lain harus banyak belajar agar bisa menerobos kekuatan narasi Sang Pendekar.
Ah aku terbangun, sebagai guru seni rupa, aku masih bisa berkuasa untuk memerintahkan siswa milenial mempelajari dulu bagaimana menggambar wajah realis .
"Lihat bagaimana Pak Guru memberi contoh menggambar realis." Mereka berkata
"Susah Pak menggambar realis, kita lebih suka menggambar Manga."
 Dan memang gambar mereka memang lebih hidup ketika menggambar manga daripada ketika saya paksa untuk menggambar alam benda dan wajah realis. Sabetan garisnya menawan ketika menggambar manga, giliran menggambar wajah realis duh berantakannya. Hehehehe....
Maaf ini artikel hanya untuk hiburan semata. Tidak kurang tidak lebih jangan anggap serius. Mas Steven sukses dengan kemampuan anda dalam memahami kemauan kaum milenial. Sedangkan saya bingung ketika menulis, Sebab ilmu saya berasal dari generasi X yang lebih suka menasihati daripada memberi bocoran cerita baru dari cerita Manga yang banyak digandrungi kamu milenial. Ah saya dari generasi Wiro Sableng dan Komik Gundala sih jadi susah mengerti lompatan pemikiran kaum "Penggila Manga" generasi anak cucu kita para bangkotan tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H