Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bos Sekaligus Bapak bagi Anak Buahnya

11 Juli 2021   09:51 Diperbarui: 11 Juli 2021   09:58 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seorang pemimpin yang suka melindungi Anak Buah/ kebapakan (Finansialku.com)

Saya sebetulnya tidak pandai bercerita seperti halnya Pak Guru Ozzy V Alandika penulis aktif dan jago menulis dan salah satu penulis andalan di Kompasiana. Ia bercerita tentang kepala sekolahnya dengan ilustasi menarik, ditambah dengan referensi kepemimpinan dari buku yang menggambarkan dengan pas apa itu pemimpin.

Saya pun akan bercerita tentang kepala sekolah saya yang di tahun ini pensiun dan mulai tahun pelajaran 2021 - 2022 dan seterusnya tidak lagi mengajar karena sudah berumur 60 tahun lebih. 

Pertama kali ketemu ada perasaan segan dan cemas serta berbagai dugaan tentang kepala sekolah sekitar 9 tahun 10 tahun lalu. Selain kata- katanya yang nylekit, ia juga tidak segan - segan memanggil dan memarahi anak buahnya jika melakukan kesalahan. Itu gambaran awal sehingga kadang saya menduga bahwa ia bukan tipe pemimpin yang baik.

Pemimpin Teliti dan Tegas

Salah satu sifat bos /Kepala Sekolah saya adalah selalu detail dalam melihat permasalahan sehingga apapun dinilainya guru jadi dituntut untuk sempurna dan harus mengikuti instruksinya, kalau tidak akan kena semprot dia. Satu hal yang dihindari adalah mengatakan iya tapi tidak melaksanakannya, itu dianggap fatal baginya. Di samping itu mungkin kepala sekolah saya itu mirip Jose Mourinho. Selalu galak, dan menggunakan kata- kata kasar untuk menyentil anak buahnya yang salah. Namun iapun motivator yang bagus yang bisa memberi gambaran dengan gamblang bagaimana bekerja dan memaksimalkan kinerja anak buahnya.

Ada ambisi besar untuk menjadikan sekolah the best hingga banyak prestasi diraih sekolah sampai ke tingkat nasional meskipun hanya sekolah swasta. Salah satu nilai plus kepala sekolah saya adalah inovasinya dalam mengembangkan kemampuan para guru dan karyawannya sehingga mampu menjamin untuk meningkatkan mutu anak didik dengan menerapkan disiplin serta kerja keras siswa hingga menjadi lebih unggul dibanding sekolah yang lain. 

Nyatanya selama periode kepemimpinannya sekolah SMPK 2 PENABUR Jakarta tercatat masuk 10 besar terbaik baik di Jakarta dan masuk juga deretan terbaik di tingkat Nasional. Ketika UN pertama berbasis komputer. SMP ini pertama kali melaksanakannya di tingkat swasta se Indonesia hingga diliput oleh media baik televisi maupun media berita online sehingga hampir setiap hari ada saja media yang meliput persiapan UNBK.

Ambisi untuk menjadi yang terbaik dan selalu bercerita tentang sekolah - sekolah unggulan terutama di Singapura telah menaikkan level bekerja para anak buahnya. Mereka menjadi terbiasa bekerja dalam tekanan, memberi semangat sampai batas maksimal para siswanya sehingga hasil lulusannya mampu memberi testimoni di tingkat SMA dan perguruan tinggi bahwa lulusan SMPK 2 banyak yang berkualitas dan mampu kompetitif dalam hal menyerap pelajaran. Mereka terbiasa menerima pekerjaan berat dan belajar keras sewaktu SMP sehingga ketika di SMA dan perguruan tinggi mudah baginya menerima tekanan dan tugas berat karena sudah terbiasa dengan tekanan dan mentalnya sudah terbentuk.

Dari kepala sekolah saya ini saya mendapat jaminan dan masa depan, menjadi guru tetap setelah kepala sekolah sebelumnya sangat sulit memberi kesempatan untuk menjadi guru tetap karena masalah usia dan kebijakan yang cenderung kaku.

Menjadi Bamper Bagi Anak Buahnya

Meskipun kepemimpinannya cenderung kaku kepala sekolah saya  berusaha melindungi anak buahnya tidak gampang mengeluarkan SP. Membina lebih dahulu sehingga jauh menjadi lebih baik. Ia tipe bos yang sering menjadi bamper bagi anak buahnya dan akan membela anak buahnya dihadapan pimpinan yang lebih tinggi terutama kepala jenjang dan kepala devisi pendidikan di atasnya. Makanya ia bertahan menjadi kepala sekolah lebih dari 9 tahun sampai akhirnya pensiun.

Tantangan menjadi kepala sekolah di sekolah unggulan memang berat, ia harus mempunyai target, mempunyai keteguhan dalam hal prinsip, punya planning jauh ke depan untuk mendorong sekolah mampu tetap terdepan. 

Secara jujur saya katakan meskipun di sekolah ini saya hanya guru seni budaya dan tidak menonjol sebagai guru yang menjadi pilar terdepan seperti guru - guru matematika, IPA, bahasa Inggris sebagai unggulan sekolah ini namun mata pelajaran seni budaya pun mampu unjuk gigi karena banyak dari mereka yang tekun mengikuti pelajaran budaya entah itu seni rupa, seni tari, seni drama, seni musik. Bahkan ada alumni SMP yang selalu diandalkan oleh kedutaan di Kanada untuk menampilkan tarian daerah karena kemampuannya yang dibawa ketika bersekolah di tempat kami.

Keseimbangan pengetahuan eksak dengan seni budaya telah memberi keistimewaan anak - anak sehingga banyak alumninya yang berhasil dalam bidang studi bahkan banyak yang menjadi juara olimpiade dari tingkat SMA sampai perguruan tinggi. Ada alumni yang bersekolah di Amerika yang mencapai level tertinggi pendidikan dengan prestasi gemilang.

Terbiasa dalam Tekanan, Ambisius

Pressure dari model bos seperti kepala sekolah saya telah membentuk kinerja yang terbiasa dalam tekanan sehingga ketika muncul perubahan besar metode pembelajaran model pembelajaran berbasis komputer sudah tidak kaget. Ketika ada perubahan dalam hal pengajaran menggunakan internet, dua tahun sebelum muncul kebijakan nasional kami sudah menerapkan. 

Di saat yang lain masih meraba tentang kurikulum 13 kami sudah mempraktekkan dan ketika PJJ pekerjaan menjadi ringan karena pembiasaan menggunakan media komputer dan internet tidak membuat kami gegar budaya dan sudah menyesuaikan diri karena kebiasaan mempersiapkan perubahan sehingga tidak sempat terbirit -- birit menghadapi perubahan.

Salah satu hal positifnya karena bos kami ambisius menjadi terbaik di antara yang baik sehingga harus ada inovasi lebih dan target kualitas di atas rata- rata sehingga sering lebih cepat menyerap perubahan dibanding sekolah lain. Saat sekolah lainnya menggunakan basis test menggunakan moodle, kami sudah memulainya jauh sebelum sekolah lain diwajibkan.

Itulah meskipun kami sekarang tidak lagi dipimpin kepala sekolah yang selama 10 tahun mendampingi dan memimpin kami namun sentuhan midasnya dan ambisinya mampu memberi pondasi bagi anak buah untuk bekerja maksimal.

Di samping itu meskipun terlihat galak tetapi nyatanya ada rasa nyaman karena selalu dilindungi, karena kenyataannya beliau sering ngotot untuk membela anak buah meskipun kadang beresiko pada nilai kinerjanya dari atasan kepala sekolah.

Itulah banyak hal yang bisa dipetik dari pemimpin. Bos yang baik mampu mengelola emosi, mampu memberikan rasa nyaman dan mampu menginspirasi untuk maju dan bersemangat melakukan pekerjaan lebih baik dari waktu ke waktu. 

Banyak tipe pemimpin dengan berbagai karakter. Ada yang pendendam dan sangat ingat kesalahan anak buahnya. Ada yang kurang bisa memahami kesulitan anak buah dan cenderung otoriter, ada yang plin -- plan menerapkan kebijakannya sehingga membingungkan anak buah, ada yang peragu, namun tidak mau disalahkan. Ada yang pendiam tapi menghanyutkan karena mudah memberikan SP bila anak buah melakukan kesalahan.

Penyesuaian Diri terhadap Berbagai Tipe Pemimpin

Sebagai anak buah harus pandai menyesuaikan diri dengan tipe pemimpin. Fleksibel namun tetap kritis, serta kuat dalam prinsip bekerja.

Saya sendiri mengakui kurang mempunyai jiwa kepemimpinan. Saya sebetulnya lebih suka kebebasan, tidak mau terikat, jarang mau tampil ke depan, lebih suka diam dan bekerja sesuai passion, lebih suka kegiatan petualangan dan agak alergi dengan pekerjaan yang menuntut aktifitas administrasi. Namun karena situasi dan kondisi saya harus mampu menyesuaikan diri terutama bekerja di yayasan pendidikan yang cukup ketat aturan administrasinya.

Kepemimpinan itu dilahirkan dan juga karena kebiasaan. Menjadi pemimpin itu perlu pembelajaran dan selalu terbuka untuk menerima kritikan. Menjadi pemimpin tentunya juga harus berani mengambil keputusan sulit untuk kepentingan yang lebih besar. 

Terkadang harus mengalami dilema tetapi sebuah keputusan harus cepat dieksekusi. Itu teorinya dan selama ini terus terang saya lebih senang hidup dalam kebebasan makanya memilih lahan seni rupa atau seniman yang tidak terlalu terpatok pada aturan.

Tetapi pada kenyataannya hidup memang penuh kompromi. Untuk bisa bertahan hidup kita tidak bisa hidup sendiri. Sebagai manusia homo socius maka ketergantungan dan makhluk lain amat besar maka perlu bergaul dan berkomunikasi.

Saya sendiri berpengalaman menjadi anak buah dari banyak pemimpin dengan berbagai tipe dan karakter. Dan yang saya ingat saya saat ini adalah bos saya selama 10 tahun terakhir yang bagi saya paling baik pola kepemimpinannya. Meskipun untuk hal kebaikan ada yang lebih baik dari beliau namun dari tipe pemimpin visioner dialah pemenangnya. Salam hangat selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun