Kalau gubernur yang didalam survey oleh beberapa lembaga ditempatkan diposisi tinggi, apakah ia mulai yakin bahwa ia direstui oleh alam sehingga perlu menjangkau perjalanan lebih jauh dari hanya sekedar provinsi yang diapit oleh Provinsi Banten dan Jawa Barat tersebut. Meskipun Jakarta tidaklah seluas Jabar dan Jateng, rupanya ia bisa bebas keluar masuk ke daerah tersebut. Entah apakah sudah direstui oleh gubernur kedua provinsi tersebut atau hanya nekat saja yang penting happy dan semakin terkenal.
Trik Untuk Calon Presiden Menebar Simpati
Memang kalau mengikuti para publik figur saat ini tingkahnya unik - unik. Untuk menarik simpati rakyatnya mereka harus berani keluar kandang, menggunakan media sosial, tebar pesona, atau sudah mulai lirak - lirik mencari pasangan dan jodoh yang cocok untuk meraih kursi satu dan dua di Republik Indonesia tercinta ini.
Intrik telah dimulai, politik sudah dimainkan dan taktik terus digoyang untuk menarik simpati. Ada yang terpesona ada pula yang malah semakin muak dengan tingkah laku politisi. Ada yang berusaha menjaga ketenaran dengan memanfaatkan kerabat, keluarga ayahnya sebagai legitimasi kepemimpinan. Ada yang tiba- tiba menyeruak muncul tanpa pernah terduga karena dalam waktu sekejap muncul sebagai kuda troli eh salah kuda hitam calon pemimpin.
Masih ingat Jokowi. Kalau ingat apakah sudah ada yang meramal bahwa ketika tahun 2004 Jokowi akan menjadi Presiden. Bahkan di tahun mendekati pemilihan presiden orang tidak menyangka bahwa Jokowi yang anak perajin kayu bisa menjadi gubernur bahkan presiden.Orang membayangkan  tentu sosoknya tidak jauh dari Soekarno, kerabat Soeharto, Keluarga SBY. Nah ternyata yang terpilih Jokowi yang ketika ada pergerakan penumbangan orde baru belum terdengar sama sekali.
Tahun 2024 masih tiga tahun lagi, tetapi sudah banyak tokoh yang mulai tebar pesona. Siapa yang pesonanya membuat jatuh cinta masyarakat maka dialah yang akan banyak terpilih untuk menjadi presiden berikutnya. Tapi kadang dari sabda alam kadang bisa saja muncul satria piningit yang menyeruak mengalahkan tokoh yang sudah payah- payah tebar pesona sejak lama.
Saya sebagai pecinta literasi rasanya sudah punya pilihan, tapi tidak ingin nggege mongso atau mendahului alam, mengalir saja. Tapi sebentar sampai tulisan ini berakhir saya masih gagal paham, apakah Sumedang Wilayah Jakarta yang baru?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H