Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Semua Kesenanganku Berhubungan dengan Rasa (2)

29 Mei 2021   07:22 Diperbarui: 29 Mei 2021   07:27 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang dalam hidup tidak melibatkan rasa. Saya pikir apapun yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan rasa. Meskipun tampak masa bodo dan cuek terhadap apapun ujian kehidupan, semua orang pernah mengalami kesedihan, kecemasan, ketakutan, dan perasaan meluap- luap. Nah pernahkah kalian merasakan bagaimana rasanya minder, grogi dan  perasaan bertumpuk lain saat memendam rasa jatuh cinta pada seseorang.(di sini)

Pengalaman dan Kenangan Memperkaya Jiwa

Nah waktu remaja dulu di zaman rikiplik eh zaman 80-an akhir sampai 90-an awal model percintaan yang kurasakan benar- benar membuat aku malu sendiri. Merasa mencintai, naksir tapi tidak berani menyatakannya. Mau jujur bahwa sebenarnya ada rasa tapi tidak berani menyatakannya. Pada akhirnya hanya berakhir dengan rencana- rencana dan rencana, setelah itu tidak ada momen spesial yang bisa diingat kecuali setumpuk surat cinta yang tidak pernah terkirim.

Banyak orang yang berpengalaman pacaran dan mempunyai kenangan manis masa SMA, sedangkan saya hanya sempat membaca lembaran - lembaran puisi yang saya tulis. Kalau membacanya aku jadi seperti seorang penyair, mendadak menjadi sastrawan dengan barisan puisi jatuh cinta. Tapi khayalan, lintasan- lintasan kata indah nyatanya boleh dikatakan pungguk merindukan bulan. Tanpa keberanian apalah artinya. Tanpa menyatakan dan mengirimkan pada sang kekasih jiwa mana dia mengerti. Dan itulah bodohnya saya menyia- nyiakan kesempatan hanya karena perasaan malu dan mental jeblok untuk menyatakan rasa.

Kenangan, dan kesenanganku benar benar butuh dan selalu berhubungan dengan rasa. Ada titik haru ketika saya merasa berhasil, apalagi bisa menaklukkan perasaan perempuan, namun tetesan air mata itu juga dirasakan ketika diputus dan betapa gundah gulana perasaan harus meninggalkan kenangan kisah indah percintaan. Semua akhirnya tertuang dalam tulisan, kegalauan menjadi menguar karena telah ditampung dengan membuat catatan harian, semacam diary, semacam tumpahan curhatan di atas kertas.

Itu masa masa SMA . Katanya masa SMA adalah masa paling indah, seperti yang digambarkan dalam novel novel teenlit, novel percintaan seperti halnya novel karya Mira W, Novel karya Motinggo Busye, Hilman Hariwijaya, Agnes Jessica. Beda dengan karangan Pramoedya Ananta Toer yang tidak semata tentang cinta namun lebih berat pada idealisme kebangsaan, beratnya kehidupan ketika disingkirkan sebuah rezim disebuah pulau penyiksaan bagi mereka yang di cap komunis. Pulau Buru.

Semua tentang rasa hanya yang satu bersifat melow, atau melankolis tentang kenangan percintaan baik. Sedangkan lainnya tentang kegundahan, kegeraman, dan sisi politis yang tertulis dan tertuang dalam novel politik dan budaya.

Saya tinggalkan masa SMA, mencoba memahami kenangan kampus biru seperti halnya gambaran novel Ashadi Siregar. Rasanya novel itu terlalu romantis untuk saya. Siapakah saya yang tidak mengerti bagaimana menjadi Don Juan atau bocah playboy dalam arti sebenarnya. Ketika keberanian menyatakan cinta di masa itu saya lebih sering mendapat penolakan baik halus maupun kasar, menjadi jomlo ngenes yang jarang berpengalaman mendapatkan cerita bagus bagi kisah percintaan yang manis.

Perubahan Mental Berkat Silat dan Teater

Akhirnya saya lebih larut dalam pengalaman organisasi dengan belajar pencak silat, juga sempat suntuk dalam kegiatan teater Kampus yang membawaku pada persimpangan jalan. Antara kuliah dan tenggelam dalam aneka kegiatan yang menyita waktu. 

Di unit kegiatan teater perubahan terjadi karena dari perasaan malu, minder waktu SMA menjadi malu - maluin. Di Teater digojlok untuk berani tampil di panggung, berubah dan masuk dalam karakter yang diperankan. Latihan - latihan keras fisik, oleh rasa, olah nafas, olah jiwa. Mendalami berbagai karakter, berlatih senam wajah dan olah gerak. Meditasi dan kontemplasi. Semua kesenangan di teater selalu berhubungan dengan rasa dan pendalaman jiwa.

Bahkan saya pernah merasakan bagaimana sosok - sosok unik seniman teater Yogya ketika pernah latihan bareng dengan mentor seperti Jujuk Prabowo, Whani Dharmawan, Jemek Supardi dan Latief Anggoro. Mereka spesial di bidangnya dan total menyatakan diri sebagai seniman teater. Saya pernah hampir terblasuk dan lupa akan kuliah ketika masa - masa latihan dan persiapan pementasan teater yang menuntut latihan dari siang sampai hampir larut malam di sebuah gedung bernama Seni Sono di ujung Malioboro dengan sutradara dan penulis naskah terkenal waktu itu Emha Ainun Nadjib. Betapa berharganya pengalaman waktu itu. Mereka yang total sudah menjadi penyair dan pemain teater, sedangkan saya sejak tersentil untuk kembali konsentrasi kuliah (meskipun terseok - seok juga akhirnya bisa menggenggam ijasah sarjana). Dulu ketika suntuk main teater dunia saya serasa bebas, bercita -- cita menjadi penyair, seniman, berambut awut- awutan "sok nyeni".

Di sisi lain ketika saya juga sibuk latihan silat ada manfaat lain yaitu keberanian, keputusan cepat untuk tidak takut bepergian meskipun tanpa bekal dan persiapan bonek (ini nanti saya ceritakan di artikel berikutnya)

Namun orang tua mengingatkan untuk menyelesaikan yang seharusnya diselesaikan. Ya, tampaknya jalan seniman murniku harus dilupakan. Ternyata panggilan untuk menjadi "guru" akhirnya datang setelah bimbang antara menjadi seniman, penulis dan orang bebas yang tidak terikat pada pekerjaan yang penuh aturan.

Jonggol, 29 Mei 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun